PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk SURABAYA.

(1)

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

AYU DIAH CS

0513010305 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk

SURABAYA

Disusun Oleh :

AYU DIAH CS

0513010305 / FE / EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 24 Juni 2011

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi NIP. 19580325 198803 1 001 NIP. 19580325 198803 1 001

Sekretaris

Dra. Endah Susilowati, MSi Anggota

Drs. Ec. Sjafii, AK, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389


(3)

Dengan Hormat,

Ditengah kesibukan Bapak/Ibu pada saat ini kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menuangkan sedikit waktu guna mengisi angket yang kami lampirkan berikut ini mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial budaya organisasi, Motivasi, Ketidakpastian Lingkungan dan Pelimpahan wewenang sebagai variabel Moderating pada PT. Unilever Indonesia. Tbk.

Petunjuk pengisian kuisioner :

1. Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan dibawah ini

mengenai partisipasi penyusunan anggaran, budaya organisasi, motivasi, ketidakpastian lingkungan, pelimpahan wewenang dan kinerja manajerial.

2. Tidak ada penelitian benar atau salah atas jawaban yang dipilih serta kerahasiaan atas jawaban yang bapak/ibu berikan terjamin.

3. Cara pengisian jawaban adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih

Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam pengisian kuisioner ini kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya.


(4)

kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah

satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

dengan judul “

PENGARUH GAYA KEPEMIMPNAN DAN

KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA

PARTISIPASI PENGANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL

PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk SURABAYA”

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka

akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan

dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung dalam mendukung kelancaran penulis skripsi baik berupa dukungan,

doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa

hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwadi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas


(5)

membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.

6.

Bapak dan Ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Program

Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan

serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan

kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir

studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7.

PT. Unilever Indonesia Tbk Surabaya yang telah memberikan bantuan

dalam perolehan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8.

Orang Tua dan kakak yang telah memberikan doa dan semangat moril

maupun materiil.

9.

Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulisan juga berharap, penulisan

skripsi ini dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Juni 2011


(6)

Oleh:

AYU DIAH C.S

ABSTRAK

Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat

melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien. Sebagai alat

perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah

target yang akan dicapai oleh manajer departemen suatu perusahaan dalam

melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Proses

penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat

atas(

top level management

) sampai manajemen tingkat bawah (

lower level

management

). Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku

manusia, terutama bagi orang yang langsung terlibat dalan penyusunan anggaran.

Atas dasar uraian diatas, maka timbul keinginan untuk mengadakan

penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan

terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial

pada PT.Unilever Indonesia,Tbk.

Sampel yang diambil berjumlah 26 orang dari total populasi berjumlah 28

orang. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

Metode Sensus atau

Sampel Jenuh

dan untuk pengujian data digunakan

Analisis Regresi dengan uji

nilai Selisih Mutlak

. Berdasarkan analisis regresi linier berganda menyimpulkan

bahwa partisipasi penganggaran mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.015 (p

< 0.05) menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap

kinerja manajerial secara signifikan. Dalam Nilai koefisien regresi untuk interaksi

antar partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan adalah 0.617

dengan tingkat signifikansi 0.666 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa pengaruh

interaksi antara partisipasi penganggaran dengan ketidakpastian lingkungan

adalah tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

ketidakpastian lingkungan bukanlah variabel moderating. Nilai koefisien regresi

untuk antar partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial adalah -3.736 dengan

tingkat signifikansi 0.138 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa pengaruh interaksi

antara partisipasi penganggaran dengan gaya kepemimpinan adalah tidak

signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan

adalah bukan variabel moderating.

Keywords :Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Ketidakpastian Lingkungan

Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Terhadap

Kinerja Manajerial.


(7)

HALAMAN JUDUL ...

i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ...

v

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

1.1.

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2.

Perumusan Masalah ...

7

1.3.

Tujuan Penalitian ...

7

1.4.

Manfaat Penelitian ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ...

9

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu ...

9

2.2

Landasan Teori ... 12

2.2.1

Gaya Kepemimpinan ... 12

2.2.2

Ketidakpastian Lingkungan ... 15

2.2.2.1

Pengertian Ketidakpastian Lingkungan ... 15

2.2.2.2

Sebab-sebab Ketidakpastian Lingkungan .... 16

2.2.2.3

Macam-macam Ketidakpastian Lingkungan 17

2.2.2.4

Teori- teori Lain Tentang Lingkungan ... 19

2.2.2.5

Dianogsa Lingkungan dan Analisa

Lingkungan ... 20


(8)

2.2.3.3

Fungsi Anggaran ... 25

2.2.3.4

Jenis-jenis Anggaran ... 28

2.2.3.5

Macam-macam Anggaran ... 29

2.2.3.6

Manfaat Anggaran ... 29

2.2.3.7

Anggaran dan Fungsi Manajemen ... 30

2.2.4

Kinerja Manajerial ... 31

2.2.4.1

Pengertian Kinerja Manajerial ... 31

2.2.4.2

Tugas-tugas Manajer ... 32

2.2.4.3

Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja

Manajerial ... 33

2.2.4.4

Variabel Moderating Sebagai Pendekatan

Kontijensi ... 34

2.2.4.5

Variabel Moderating dan Variabel

Intervening ... 35

2.3

Teori Yang Melandasi Gaya Kepemimpinan Terhadap

Hubungan Antara Partisipasi Pengannggaran Dengan Kinerja

Manajerial ... 36

2.4

Pengaruh Ketidak Pastian Lingkungan pada Hubungan

Antara Partisipasi Panganggaran Terhadap Kinerja

M\anajerial ... 38


(9)

Lingkungan Terhadap Hubungan antara Partisipasi

Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 40

2.7

Kerangka Pikir ... 40

2.8

Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

Definisi Operasional Variabel ... 42

Tehnik Pengukuran Variabel ... 44

Tehnilk Pengambilan Sampel ... 45

Tehnik Pengumpulan Data ... 47

Jenis Data ... 47

Sumber Data ... 47

Pengumpulan Data ... 47

Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

Tehnik Analisis ... 48

Uji Hipotesis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1

Deskripsi Objek Penelitian ... 54

4.1.1

Sejarah Singkat Perusahaan ... 54


(10)

4.1.6

Struktur Organisasi Perusahaan ... 60

4.2

Deskripsi Hasil Penilitian ... 61

4.2.1

Pengambilan Kuesioner Responden ... 64

4.2.2

Distribusi Frekuensi Variabel Partisipasi

Penganggaran (X

1

) ... 64

4.2.3

Deskripsi Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X

2

) .. 64

4.2.4

Deskripsi Variabel Gaya Kepemimpinan (X

3

) ... 65

4.2.5

Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Manajerial (Y). 66

4.3

Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis ... 67

4.3.1

Tehnik Analisis ... 68

4.3.2

UJI Nilai Selisih Mutlak ... 68

4.3.3

Uji Asumsi Klasik ... 73

4.4

Pengujian Hipotesis ... 75

4.4.1

Pengujian F-Test ... 78

4.4.2

Pengujian t-test ... 78

4.5

Pembahsan Hasil Penelitian ... 81

4.6

Perbedaan Dengan Peneliti Terdahulu ... 83

4.7

Implikasi Penelitian ... 87

4.8

Keterbatasan Penelitian ... 89

4.8.1

Implikasi Peneltiain ... 90


(11)

5.3

Manfaat ... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangan perekonomian saat ini, perkembangnan dunia usaha dengan sangat pesat sehingga menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi dan menciptakan persaingan yang semakin tajam dalam usaha. Keadaan ini menuntut setiap perusahaan untuk lebih efektif dan efisien untuk menjalankan kegiatan perusahaan, baik itu kinerja perusahaan maupun sumber daya manusia yang dimiliki serta akan memaksa setiap perusahaan untuk lebih mengembangkan usahanya semaksiamal dan seoptimal mungkin agar kondisi perusahaan dapat berjalan secara efektif.

Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk dapat menjelaskan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi kuantitatif dan waktu serta jangka panjang maupun pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran.

Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung terlibat dalam penyusunan anggaran. Untuk menghasilkan sebuah anggaran yang efektif, Manajer membutuhkan keperluan untuk memprediksi masa depan.


(13)

Menurut definisi manajer harus bekerja dengan orang lain. Beberapa peneliti akuntansi menemukan bahwa tingkat anggaran dipengarhui oleh beberapa faktor di dalam penyusunan anggaran. Hasil penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara partisipasi bawahan dengan senjangan anggaran menunjukkan hasil yang tidak konsiisten. Ketidakkonsistenan tersebut menurut Govindarajan (1986) memungkinkan dilakukan pendekatan kontinjensi untuk mengevaluasi berbagai faktor kondisional yang dapat memepengaruhui efektifitas penyusunan anggaran terhadap senjangan anggaran.

Gaya kepemimpinan (Leadership style) menggambarkan perilaku manager dalam menghadapi atau berinteraksi dengan situasi. Gaya kepemimpinan ditinjau dari sisi perilaku individu dalam menjalankan perusahaan merupakan sarana untuk mengantisipasi kondisi persaingan yang semakin tajam. Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang diarahkan kepada keterbukaan dan lebih bersifat humanis. Efektifitas gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh variabel situasional kompleks yang disebut dengan situasional favorability atau situasional control

(Yulk,1981:195) Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimipina: gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented). Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan


(14)

daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi bawahan.

Ketidakpastian lingkungan (environment uncertainly) adalah variabel lain yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi lingkungan secara akurat (Miliken,1978). ketidakpastian lingkungan rendah, individu dapat memprediksi keadaan sehingga dapat menentukan langkah untuk membantu organisasi menyusun rencana yang akurat (Duncan, 1972). Kemampuan memprediksi keadaan yang akan datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah juga terjadi pada individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran sehingga anggaran dapat lebih akurat. Pernyataan ini mengacu pada pendapat Govindajaran (1986), bahwa dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah,pertisipasi bawahan yang tinggi akan mampu meningkatkan senjangan anggaran. Tingkat ketidakpastian yang dihadapi bawahan dalam lingkungan organisasi mempunyai implikasi yang penting terhadap organisasi. Kemampuan untuk menganalisis dan memprediksi lingkungan yang berbeda-bedadari manajer dan bawahan tentang ketidakpastian lingkungan yang mereka hadapi.

Pengaruh gaya kepemimpinan seorang atasan dan juga ketidakpastian lingkungan inilah yang dapat mempengaruhi perilaku


(15)

atasan dan bawahan yang tercermin dalam penyusunan anggaran dan kinerja perusahaan, hal inilah yang menyebabkan tujuan perusahaan belum dapat dicapai secara maksimal.

Tuntutan perusahaan terhadap kinerja manajer yang baik adalah untuk menjaga eksistensi atau kelangsungan operasional perusahaan.Kinerja yang baik dapat dilihat dari realisasi anggaran perusahaan yang telah ditentukan pada awal periode dengan hasil yang dicapai selama periode bersangkutan.

PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk adalah perusahaan yang mengembangkan usahanya dengan menghasilkan barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti : sabun, pastagigi, produk kecantikan,dll.

PT.Unilever Indonesia,Tbk mempunyai tujuan ingin menjadi distributor atau industri yang berkualitas Go Internasional yang dapat menjadi panutan bagi industri di Indonesia. Kinerja organisasi diukur dari tingkat pencapaian material dan inmaterial, keuangan dari target yang semula telah ditetapkan.Di Dalam tiga tahun terakhir kinerja PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk mengalami penurunan atau tidak tercapainya target yang telah ditetapkan.

Data pendapatan terjadi penurunan dari target yang ditetapkan perusahaan sebesar Rp.10.000.000.000.000.Pada tahun 2006 laba yang dihasilkan perusahaan sebesar Rp.1.053.724.000,- sedangkan pada tahun 2007 laba perusahaan menurun sebesar Rp.1.053.724.000,-tetapi ditahun 2008 laba perusahaan meningkat sebesar Rp.1.368.617.000. Terjadinya


(16)

tahun 2007. Dengan melihat data tentang anggaran perusahaan dari tahun ke tahun yang mengalami penurunan,kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Di sini dapat diketahui bahwa semangat yang diberikan atasan kepada bawahan kurang, dan atasan hanya mengawasi bawahan, bawahan harus melaksanakan perintah yang diberikan atasan dan harus dilaksanakan dengan benar. Disini menunjukkan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh atasan hanya berorientasi pada tugas.Maksud dari gaya kepemimpinan yang dijalankan atasan hanya berorientasi pada tugas adalah atasan mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan oleh atasan,manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada perkembangan karyawannya. Maksud dari ketidakpastian lingkungan di sini adalah adanya ketidakmampuan seseorang memprediksi sesuatu secara akurat. Adanya hasil pemasaran produk-produk terkadang hasil pemasarannya baik. Maksud baik disini adalah pemasaran yang sesuai dengan target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. pemasaran menurun berarti konsumen juga menurun minat untuk membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga sangat berpengaruh terhadap laba yang dimiliki oleh perusahaan dari tahun ke tahunnya. Jika perusahaan tersebut dapat mengembangkan ide-ide yang baik dalam melakukan pemasaran produk dan pembelian konsumen akan meningkat maka perusahaan akan bisa memprediksi sesuatu secara tepat, maka laba dari tahun ketahunnya akan semakin meningkat.


(17)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah menjadi gambaran bagaimana kinerja manajer PT.UNILEVER INDONESIA,Tbk pada periode itu.Ini disebabkan karena adanya pengaruh gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan, sehingga akan mempengaruhi partisipasi penganggaran dan juga akan mempengaruhi kinerja atasan dan bawahan. Keadaan ini dapat diidentifikasikan bahwa kinerja manajerial mengalami penurunan.

Melalui penjelasan latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpian dan ketidakpastian lingkungan yang berfungsi sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial dalam perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul:

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN

KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DENGAN KINERJA MANJERIAL”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial ?


(18)

2. Apakah kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijensi ketidakpastian berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

3. Apakah kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijensi gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas dapat dijabarkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijensi ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial.

3. Untuk mengetahui kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor kontijensi gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan serta kontijensi gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial.


(19)

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh selama masa studi, maupun yang diperoleh dari sumber-sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat disumbangkan dan digunakan bagi pembaca sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini di masa yang akan datang.


(20)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam skripsi ini menggunakan penelitian terdahulu yaitu : 1. Nivera Crizendani Citra N (2006)

Judul Penelitian :

“Pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial pada Pabrik Gula “Lestari”Patianrowo, Nganjuk”.

Permasalahan :

“Apakah motivasi,gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan dapat memoderasi hubungan antra partisipasi penganggran terhadap kinerja manajerial?”

Kesimpulan :

a. Dari Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien regresi pada tingkat signifikan 0,577 berarti menunjukkan bukan variabel moderating. berarti bahwa pengujian hipotesis motivasi, gaya kepemimpinan, dan ketidakpastian lingkungan suatu variabel moderating yang dapat memperkuat ataupun memperlemah, pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingkat motivasi karyawan


(21)

terhadap persediaannya untuk melakukan kegiatan dengan maksud agar dapat tercapai kinerja manajerial suatu perusahaan berjalan optimal,sangat rendah.

2. Yan Adward (2002) Judul :

“Pengaruh ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderating dan partisipasi penganggaran perusahaan terhadap kinerja manjerial.” Permasalahan :

a. Apakah penganggaran akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

b. Apakah ketidakpastian terhadap lingkungan akan menguatkan pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial. Kesimpulan :

a. Bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial tidak terbukti kebenarannya, hal ini ditunjukkakn dengan koefisien variabel partisipasi anggaran -0,465 dengan standart error 1,388 dengan nilai t=-0,335.

b. Bahwa ketidakpastian lingkungan akan menguatkan pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial juga tidak terbukti kebenarannya. Hal ini ditukjukkan dengan koefisian adalah 0,1651 dengan standart error 2,473 dengan nilai t = -0,668.


(22)

Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ini ( Kritikal Review) adalah :

a. Perbedaannya adalah :

 Tempat atau objek yang diginakan dalam penelitian ini

adalah tidak sama.

 Variabel yang digunakan berbeda.Variabel yang digunakan

dalam penelitian sekarang ini adalah sebanyak 4 variabel yaitu, Partisipasi Penganggaran, Ketidakpastian lingkungan, Gaya Kepemimpinan, Kinerja Manajerial.

 Penelitian yang sekarang menggunakan uji statistik analisis regresi moderating variabel.

 Penelitian yang sekarang tehnik analisisnya ditambah dengan uji nilai selisih mutlak.

b. Persamaannya adalah :

 Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner  Menggunakan uji asumsi klasik

 Tehnik pengukuran variabel menggunakan Semantic Differential.

Dengan demikian, maka peneliti tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial Pada PT.Unilever Indonesia,Tbk Surabaya” Bukan merupakan replikasi dari peneliti terdahulu.


(23)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Gaya Kepemimpinan

Digambarkan hubungan antara kematangan yang berkaitan dengan tugas, dengan gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan pada saat pengikut bergerak dari keadaan yang tidak matang ke level yang lebih matang.

Gambar 2.3 : Kepemimpinan Situasional

Sumber: Thoha Miftah,Kepemimpinan dalam Manajemen (hal : 73)

Seperti yang dilihat dalam figure itu, kita perlu ingat bahwa figur tersebut mewakili dua gejala yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang sesuai (gaya kepemimpinan) bagi level kematangan tertentu dari pengikut digambarkan dengan kurva preskriptif yang bergerak melalui keempat kuadran kepemimpinan yang sesuai langsung diatas level kematangan yang berkaitan.


(24)

Masing-masing dari keempat gaya kepemimpinan itu : 1. Memberitahukan ( Telling)

2. Menjajakan (Selling)

3. Mengikutsertakan (Participating) 4. Mendelegasikan ( Delegating)

“Memberitahukan” adalah bagi tingkat kematangan yang rendah,yaitu orang-orang yang tidak mampu memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu,mereka tidak kompeten atau tidak yakin.Dalam banyak hal ketidakmauan mereka adalah karena ketidakyakinan mereka dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas tertentu.

“Menjajakan” adalah bagi pengikut tingkat kematangan rendah menuju sedang. Orang-orang yang tidak mampu tetapi mau memiliki tanggung jawab melakukan tugas atau yakin tetapi kurang mampu,tetapi juga kurang memiliki ketrampilan pada saat sekarang. Dengan demikina gaya “Menjajakan” yang menyediakan perilaku direktif tinggi karena mereka kurang mampu,tetapi juga perilaku suportif tinggi untuk memperkuat kemuan dan antusias mereka,merupakan gaya yang paling sesuai dengan orang-orang yang berada pada level kematangan ini.

“Mengikutsertakan” adalah bagi tingkat pengikut sedang menuju tinggi. Pengikut pada tingkat kematangan ini mampu tetapi tidak mau melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. Ketidakmauan mereka sering kali karena kurang yakin atau tidak merasa aman. Tetapi apabila mereka kompeten namun tidak mau keengganan mereka lebih merupakan masalah motivasi. Terhadap bawahan pada tingkat kematangan ini,


(25)

pemimpin perlu membuka saluran komunikasi dua arah untuk mendukung upaya pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka miliki.Dengan demikian gaya ”Partisipatif” yang suportif tinggi dan direktif rendah memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang atau pengikut pada tingkat kematangan ini.

“Mendelegasikan”adalah bagi tingkat kematangan pengikut yang sudah tinggi.Orang-orang atau pengikut pada tingkat kematengan seperti ini adalah mampu dan mau atau yakin untuk memiliki tanggung jawab. Dengan demikian gaya “mendelegasikan”yang berprofil rendah yang menyediakan arahan atau dukungan yang rendah. Memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang yang berada pada level kematangan tinggi. Meskipun pemimpin boleh jadi masih mengidentifikasikan masalah,tetapi tanggung jawab untuk melaksanakan rencana diberikan pada para pengikut yang matang.

Kepemimpinan situsional tidak hanya mengajukan gaya kepimimpinan yang paling tinggi kemungkinan efektifnya bagi berbagai level kematangan pengikut, tetapi juga menunjukkan kemungkinan berhasil dari konfigurasi gaya lainnya apabila pemimpin tidak dapat menerapkan gaya yang diinginkan. Kemungkinan berhasil dari masing-masing gaya bagi keempat level kematangan itu, bergantung pada sejauh mana gaya tersebut dari gaya yang memiliki kemungkinan efektif yang paling tinggi diperpanjang kurva preskriptif dalam porsi gaya pemimpin pada model tersebut.


(26)

2.2.2. Ketidakpastian Lingkungan

2.2.2.1. Pengertian Ketidakpastian Lingkungan

Menurut M.T Hannan dan J.H Freeman, seperti dikutip oleh Stoner (1992 : 128), organisasi dengan lingkungannya akan menghadapi salah satu dari dua masalah teoritis. Ketidakpastian yang disebabkan oleh adanya informasi dan ketergantungan pada yang lain untuk sumber daya vital.

Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasional perusahaan (Otley, 1980).Sedangkan Miliken (1987) menyatakan ketidakpastian lingkungan sebagai rasa ketidakmampuan individu dalam memprediksi sesuatu secara tepat, dan persepsi ketidakpastian lingkungan didefinisikan sebagai persepsi individual atau kitidakpastian yang berasal dari lingkungan masing-masing.

Menurut Duncan (1972) ketidakpastian lingkungan didefinisikan menjadi 3, yaitu:

1. Kesenjangan informasi yang menyangkut faktor-faktor lingkunagn yang dihubungkan dengan situasi dicision making.

2. Tidak mengetahui outcome dari keputusan yang spesifik dalam istilah seberapa banyak organisasi akan merugi jika keputusan tidak benar. 3. Ketidakmampuan untuk menaksir probabilitas dalam berbagai tingkat


(27)

sedang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan keputusan unit dalam melakukan fungsinya.

Gambar 2.4 : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpastian Lingkungan.

Sumber:Duncan (1972)

2.2.2.2. Sebab-Sebab Ketidakpastian Lingkungan

Menurut Duncan (1972), kutipan Steers (1983 : 104). Ketidakpastian lingkungan disebabkan oleh 3 kondisi yaitu :

1. Kurangnya informasi mengenai faktor lingkungan yang bertalian dengan situasi khusus dengan pengambilan keputusan.

2. Ketidakpastian secara tepat menetapkan kemungkinan mengenai cara faktor-faktor lingkungan itu mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah unit penentu dalam melaksanakan fungsinya.

3. Kurangnya informasi kerugian yang harus dipikul akibat keputusan atau langkah yang keliru.

Organisasi lebih ergantung dalam sebuah lingkungan dengan kondisi  Sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia secara meluas  Sumber daya tersebut bahkan tidak disalurkan dan

 Peningkatan koreksi mengganggu unsur – unsur lingkungan dan keterkaitan diantara mereka

Lingkungan menjadi lebih tidak pasti dan agak tidak mudah dipahami bila :

 Lingkungan itu lebih beraneka ragam.  Lingkungan itu sedang berubah, dan


(28)

Gambar 2.5 : Ciri –Ciri Berbagai Keadaan Lingkungan

Sederhana Rumit

Sel:1 Tingkat ketidakpastian rendah

Sel:2

Tingkat ketidakpastian agak rendah

1. Jumlah faktor dan

komponen dalam lingkungan kecil

1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan besar Statis 2. Faktor dan komponen

agak mirip satu sama lain

2. Faktor dan komponen tidak mirip satu sama lain

3. Faktor dan komponen tetap

sama dan tidak berubah

3. Faktor dan komponen tetap sama

Tingkat ketidakpastian

agak tinggi

Tingkat ketidakpastian tinggi Dinamis 1. Jumlah faktor dan

komponen dalam lingkungan kecil

1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan besar

2. Faktor dan komponen

agak mirip dengan yang lain

Faktor dan komponen

2. Faktor dan komponen tidak mirip satu dengan yang lain

3. lingkungan selalu dalam

proses perubahan

3. Faktor dan komponen

lingkungan selalu dalam proses perubahan  

Sumber:Duncan (1972)

2.2.2.3. Macam-macam Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan terdiri atas :

1. Ketidakpastian Ekonomi

Lingkungan ekonomi meliputoi wilayah yang luas dan penting artinya bagi usaha. Lingkungan ekonomi merupakan sumber peluang yang benar dan juga sumber ancaman yang serius. Tugas manajerial dewasa ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan tugas dimasa lampau, yang untuk sebagian besar kareana perubahan lingkungan ekonomi berlangsung dengan cepat harus beradaptasi perusahaan demi


(29)

keberlangsungan hidupnya dan pertumbuhan yang menguntungkan, perubahan dalam bisnis menimbulkan ketidakpastian ekonomi, sehingga orang akan mencemaskan keamanan mereka.

2. Ketidakpastian Politik

Perubahan lingkungan politik dalam beberapa dasawarsa telah menambah sejumlah faktor baru ke dalam penyusunan dan penerapan kebijakan atau strategi bagi semua organisasi, khususnya bagi perusahaan besar. Hal ini timbul sebai pencerminan langsung dari perubahan sosial dan melalui dampak tidak langsung dari perubahan sosial terhadap faktor ekonomi tehnis dan politik yang penting bagi dunia usaha. Ancaman maupun perubahan politik atau politik yang tidak stabil akan menimbulkan ketidakpastian politik.

3. Ketidakpastian Teknologi

Orang–orang yang berkecimpung dalam dunia usaha, tidak dapat mengelola dari kejutan masa depan (future shock). Untuk melukiskan keadaan stress dan diorientasi menghancurkan yang kita timbulkan dalam diri orang – orang dengan menghadapkan mereka pada terlalu banyak perubahan dalam waktu singka. Laju perubahan teknologi telah meningkatkan secara cepat selama beberapa dasawarsa terakhir dan meskipun ada sejumlah orang yang mengemukakan bahwa perubahan itu cenderung melambat, tetapi hal itu berlangsung terus, sehingga menimbulkan ketidakpastian tehnologi.


(30)

2.2.2.4. Teori-teori Lain Tentang Lingkungan

Teoritis lain mengembangkan model-model lingkungan yang strategis dalam upaya menjelaskan hubungan antara organisasi dan lingkungan, yaitu :

(Sumber : Irawan, 1996) a. Seleksi Alamiah

Model ini didasarkan pada teori-teori biologis dari ekologi kependudukan dan bersama-sama menekankan persaingan demi sumber daya. Dalam taraf variasi, organisasi membuat tanggapan yang berbeda terhadap tekanan lingkungan dan kesempatan sama penting dengan kemampuan memecahkan masalah dalam menentukan organisasi mana memperoleh informasi dan sumber daya secara lebih efisien. Dan taraf seleksi, organisasi yang bertahan hidup adalah yang paling sesuai dengan paksaan yang datang dari lingkungan. Pada taraf roterisasi atau penyimpangan, organisasi pilihan kan bertahan sampai lingkungan berubah atau munculnya organisasi-organisasi yang berbeda.

b. Ketegantungan Sumber Daya

Model ini beranggapan bahwa organisasi tergantung pada lingkungan karena sumber adaya seperti pemasok, pelanggan, pesaing, dan pengatur atau regulator. Organisasi bisa mengambil tindakan sendiri secara kolektif dengan organisasi-organisasi lain berperan serta dalam serikat-serikat dagang yang berusaha mempengaruhi badan pemerintah


(31)

dan menetapkan norma-norma industri informal. Strategi organisasi akan berubah-ubah sesuai dengan kepentingan relatif dari masing-masing ketergantungan.

Penting atau kurang pentingnya lingkungan luar bagi manajer tergantung pada bentuk dan tujuan organisasi, kedudukan dan fungsi serta tempat mereka dalam hierarki organisasi. Karena kekuatan yang lebih besar dan pemandangannya lebih luas, para manajer dari tingkat yang lebih tinggal memikul tanggungjawab yang lebih besar dan mengatur relasi dengan lingkungan luar ketimbang dari lingkungan yang lebih rendah.

2.2.2.5. Diagnosa Lingkungan Dan Analisa Lingkungan

Diagnosa lingkungan adalah kegiatan penyusunan strategi yang terdiri atas pembuatan keputusan-keputusan manajerial dengan menilai pentingnya informasi tentang kesempatan-kesempatan dan tantangan-tantangan ditemukan dalam analisis lingkungan.

Analisis lingkungan adalah proses dengan mana penyusunan strategi memorial kesempatan dan tantangan lingkungan serta untuk menentukan sifat, fungsi dan saling hubungannya. Analisis lingkungan meliputi kegiatan mengidentifikasi strategi yang dilaksanakan sekarang dan prediksi lingkungan masa depan. Dalam mengumpulkan informasi untuk analisis lingkungan, penyusunan strategi dapat menggunakan informasi verbal informasi tertulis,penyelidikan dan pengamatan, spionase, peramalan dan study formal, serta system informasi manajemen.


(32)

Karakteristik penyusunan strategi maka semakin banyak dan semakin akurat informasi yang dapat dikelola oleh penyusunan strategi dalam mendianogsa lingkungan meliputi :

(Sumber : Swastha, 1996) a. Intelenjesia

Makin tinggi intelenjesia penyusunan strategi akurat informasi yang dapat dikelola oleh penyusunan strategi.

b. Kemampuan berfikir

Beberapa eksekutif memerlukan jumlah yang sedikit, bersifat impulsif, dengan cepat bertindak. Semakin cepat kemampuan untuk berfikir (refleksi) seorang penyusun strategi maka semakin terarah pada dianogsis yang efektif, kecuali pada waktu krisis yang tidak diharapkan.

c. Dogmatisme

Para eksekutif yang mempunyai system kepercayaan tertutup, membuat dianogsa dengan cepat berdasarkan informasi yang tidak cukup. Diantaranya anggota kelompok – kelompok pada kebanyakan organisasi ada yang tidak setuju dengan dasar sistem kepercayaan para eksekutif lainnya, untuk menyakinkan atau kepercayaan tersebut perlu dikemukakan dan didiskusikan.

d. Struktur konsepsual abstrak

Organisasi-organisasi dengan struktur konsepsual abstrak memproses banyak dimensi informasi dan menggunakan suatu pendekatan


(33)

komplek untuk integrasi. Keabstrakan bernilai untuk diagnosis perubahan lingkungan.

e. Pengalaman dan umur

Semakin banyak pengalaman relevan para eksekutif dalam membuat diagnosi maka terdapat kecenderungan besar bahwa eksekutif tersebut mampu mendiagnosis dengan cepat dan kualitas tinggi. Pengalaman bisanya berhubungan dengn umur. Eksekutif yang umurnya tua kiranya membuat dianogsis lebih lama tetapi umumnya dapat melaksanakan tugas tersebut dengan lebih baik.

f. Tingkat motivasi dan aspirasi

Para eksekutif dengan tingkat partisipasi tinggi, dengn kata lain motivasinya juga lebih tinggi, umumnya dapat mendianogsis dengan lebih baik. Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan penyusun strategi misalnya : kebutuhan pencapaian prestasi, kebutuhan afiliasi, kebutuhan kekuatan, serta ganjaran atau hadiah yang diterima atas prestasinya.

g. Kemauan menghadapi resiko

Orang-orang yang menghadapi resiko akan menganalisis resiko secara konservasif, menekankan analisis dan dianogsisnya pada satu atribut wajtu tertentu.

h. Keadaan psikologi

Keadaan psikologi atau jiwa para eksekutif mempengaruhi proses dianogsis lingkungan. Jika keadaan psikologi para eksekutif maka


(34)

konsekuensinya penyusun strategi bersifat optimis tetapi jika psikologinya jelek atau murung hatinya maka mereka bersifat pesimis.

Dianogsis lingkungan sering dilaksanakan oleh kelompok penyusun strategi semangat dan keterpaduan kelompok penyusun strategi sangat mempengaruhi proses dianogsis pada lingkungan yang tidak pasti dan berubah-ubah lebih diperlukan dianogsis pada lingkungan yang komprehensif dan tepat waktu. Biaya penyelidikan lingkungan, keterbatasan waktu, dan keberuntungan adalah faktor-faktor terakhir yang mempengaruhi lingkungan.

2.2.3. Pengertian Anggaran

Menurut Ahyari (1996 : 5) anggaran adalah merupakan suatu perencanaan yang disusun formal didalam perusahaan tersebut, yanhg ,mencakup seluruh kegiatan perusahaan tanpa adanya pengecualian.

Menurut Horngren dan Foster (1996 : 146) anggaran adalah suatu pernyataan kuantitatuif tentang rencana tindakan dan alat bantu yang berfungsi untuk mengevaluasi prestasi, kerja,mengkoordinasi kegiatan dan mengkomunikasikannya dengan pihak yang berkepentingan.

Menurut Fauzi (1994 : 147) menyatakan bahwa anggaran hanyalah merupakan suatu rencana yang dinyatakan secara yang dinyatakan secara kuantitatif, umumnya dalam bentuk satuan uang,utang jangka waktu tertentu.

Kesimpulan dari definisi anggaran adalah sebagai berikut :

a. Sebagai alat bantu untuk membuat dan mengkoordinasikan perencanaan jangka pendek.


(35)

b. Sebagai alat komunikasi antara rencana yang disusun dengan manajer.

c. Sebagai alat untuk memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat pertanggung jawaban yang dipimpinnya.

d. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

e. Sebagai pedoman untun mengevaluasi prestasi para manajer pusat pertanggung jawaban yang dipimpinnya.

f. Sebagai pirianti pendidikan bagi para manajer. 2.2.3.1.Persyaratan Penyusunan Anggaran

Dalam menyusun anggaran perlu memperhatikan beberapa syarat Edy Sukarno dan fuad (2001 ; 3-4)

a. Anggaran harus realistis b. Anggaran harus luwes c. Anggaran harus kontinyu

Anggaran harus realistis adalah anggran harus disusun berdasarkan data-data yang akurat, hal itu supaya anggaran yang ditetapkan itu dapat dicapai dengan prinsip yang efektif efisien.

Anggaran harus luwes, berarti anggaran haruslah dapat disesuaikan dengan kondisi yang dilalui dalam tahun anggaran tersebut. Anggaran harus kontinyu, adalah anggaran harus merupakan proses berkesinambungan dalam arti kata, walaupun anggaran bersikap luwes bukan berarti anggaran harus terpisah-pisah dalam proses penyusunannya.


(36)

2.2.3.2.Prosedur Penyusunan Anggaran

Prosedur penyusunan anggaran menurut (Munandar, 1986 : 18) antara lain:

a. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran.

b. Pengolahan dan penganalisa data dan informasi yang diperlukan untuk mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun anggaran. c. Menyusun anggran serta menyajikannya secara teratur dan sistematis. d. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.

e. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja,yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan anggaran.

f. Pengelola dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interprestasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah di laksanakan, serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.

2.2.3.3.Fungsi Anggaran

Anggaran mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut Supriyono (1987 : 343)

1. Fungsi perencanaan

Langkah pertama dalam perencanaan adalah penentu tujuan. Setelah tujuan dasar ditentukan, strategi dan kebijaksanaan harus dirumuskan.


(37)

Selanjutnya strategi dan kebijaksanaan tersebut harus dituangkan kedalam anggaran, agar dapat dinilai dan ditinjau kembali kemajuan yang dicapai apakah telah mengarah kepada tujuan yang diinginkan. 2. Fungsi koordinasi

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan rencana dan tindakan baerbagai unit yang dada didalam organisasi agar dapat bekerja secara selaras kearah pencapaian tujuan.

3. Fungsi komunikasi

Jika organisasi diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi tersebut menentukan saluran komunikasi malalui sebagai unit dalam organisasi tersebut. Komunikasi meliputi penyampaian informasi yang berhubungan

dengantujuan,strategi,kebijaksanaan,rencana,pelaksanaan,dan penyimpangan yang timbul.

4. Fungsi motivasi

Anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana didalam melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.

5. Fungsi pengendalian dan evaluasi

Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian kegiatan karena anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen daripada pelaksana yang ikut berperan serta didalam penyusunan anggaran tersebut.


(38)

6. Fungsi pendidikan

Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja scara terperinci pada pusat pertanggung jawaban yang dia pimpin dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggung jawaban yang lain didalam organisasi yang bersangkutan.

Penganggaran atau perencanaan laba mempunyai beberapa keuntungan sebagi berikut :

1. Tersedia suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah 2. Membantu manajemen membuat studi awak terhadap

,masalah-masalah dihadapi oleh suatu organisasi dan membiaskan manajemen untuk mempelajari dengan seksama masalah tersebut untuk diambil keputusan.

3. Menyediakan cara-cara untuk menformalisasi usaha perencanaan. 4. Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi.

5. Mengembangkan dan mendorong sikap kesadaran serta memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.

6. Membantu mengkoordinasikan dan menyusun rencana operasi.

7. Memberi kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali terhadap kebijakan dan pedoman dasar yang sudah ditetukan.

8. Mengkoordinasikan, menghubungkan, danmembantu mengarahkan modal keseluhan yang paling menguntungkan.

9. Mendorong suatu standart prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat.


(39)

2.2.3.4. Jenis-Jenis Anggaran

Appropriation Budget adalah menupakan anggaran biaya yang tidak dapat dikategorikan sebagai bagian dari anggaran-anggaran sebelumnya (Saputro dan. Asri, 1995;433),misalnya:

a. Anggaran Pemliharaan b. Anggaran Penelitian

Menurut Nafarin (2000 : 17)anggaran dapat dikelompokan dari beberapa sudut pandangan berikut ini:

1. Menurut dasar penyusunan, anggaran tertidiri dari:

a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tetentu dan pada intinya merupakan seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktifitas (kegiatan) yang berbeda.

b. Anggaran kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

2. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran jangka pendek adlah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.

b. Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat lebih dari satu tahun.


(40)

2.2.3.5.Macam Anggaran

Menurut Munandar (1985 ; 33) dalam perusahaan industri anggaran ada :

1. Anggaran penjualan adalah anggaran yang merencanakan secara lebih baik terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang.

2. Anggaran produksi adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dibidang produksi selama periode yang akan datang.

3. Anggaran biaya administrasi adalahanggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya-biaya kantor administrasi selama periode yang akan datang.

4. Anggaran persediaan adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang persediaan barang selama periode yang akan datang. 2.2.3.6. Manfaat Anggaran

Menurut Supriyono (1987 : 343) anggaran mempunyai menfaat sebagai berikut :

1. Sebagai alat untuk mengkoordinasi kegiatan.

2. Sebagai alat komunikasi dengan bawahan tentang apa yang akan dilakukan oleh perusahaan.

3. Sebagai alat memotivasi karyawan agar berupaya mencapai sasaran yang diinginkan.


(41)

4. Sebagai landasan kegiatan.

5. Sebagai alat untuk mengukur prestasi para pelaksanaan anggaran.

6. Sebagai alat untuk membina dan meningkatkan kemampuan melaksanakan anggaran.

2.2.3.7.Anggaran dan Fungsi Manajemen

Menurut Sukarno dan Fuad (200:5) manajemen diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengadakan perencanaan (planning), mengadakan pengkoordinasi (organizing), mengadakan penyusunan pegawai (staffing), serta mengadakan pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan barang-barang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Dari pengertian ini tampak bahwa terdapat lima fungsi manajemen yaitu :

a. Menyusun 74 rencanakan untuk dijadikan sebagi pedoman kerja (planning).

b. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan pembagian tanggung jawab terhadap keryawan perusahaan (organizing).

c. Membimbing member petunjuk dan mengarahkan karyawan (directing).

d. Bahwa manjer hendakny menunjuk orang-orang yang tepat dan qualified, dengan memberikan motivasi kerja yang insentif yang sesuai (staffing).

e. Mengadakan pengawasan terhadap kerja para karyawan didalam merealisasikan apa yang tertuang dalam perencanaan perusahaan yang


(42)

Sebagai telah diuraikan, anggaran adalah pendekatan yang formil dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan,koordinasi dan perencanaan. Dengan demikian Nampak bahwa anggaran adalah alat bagi manajemen untuk membantu menjelaskan fungsi-fungsinya.

Oleh karena anggaran hanyalah sebagai suatu alat bagi manajemen, maka meskipun anggaran telah disusun dengan begitu sempurna, namun kehadiran manajemen masih mutlak diperlukan.Anggaran yang baik dan sempurna tidak akan menjamun bahwa pelaksanaan dan realisasinya nanti juga akan baik dan sempurna. Tanpa dikelola oleh tangan-tangan manajer yang terampil dan berbakat mustahil anggaran dapat bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Tjiptono dan Diana (1995 : 264) dalam pendekatan tradisional, manajer membagikan wewenang dari atas ke bawah melalui peraturan dan kebijakan. Dalam TQM manajer puncak masih memegang wewenang, tetapi dibagikan dengan mengkomunikasikan pandangannya dan memperdayakan para karyawan untuk merealisasikan pandangan tersebut.

2.2.4. Kinerja Manajerial

2.2.4.1. Pengertian Kinerja Manajerial

Istilah kinerja dari kata job performance atau actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai olek seseorang ) Pengertian kinerja (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan


(43)

kuantitas yang dicapai untuk seorang pegawai dalam mel;aksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Mulyadi ( 1998 : 164)

Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks. Manager menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada di daerah wewenangnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial merupakan proses yang dilakukan oleh seorang manajer yang membutuhkan waktu yang melibatkan satu atau beberapa elemen kunci yang harus diatur. Kinerja tidak untuk mengatur semua aktifitas yang dapat mempengaruhi kinerja sekarang, tetapi juga untuk mempengaruhi kinerja masa yang akan datang.

2.2.4.2. Tugas-Tugas Manager

Menurut Handoko, (1997 : 29) tugas-tugas para manager itu sendiri adalah :

a. Manajer bekerja dengan melalui orang lain. Manager tidak hanya berhubungan dengan para bewahan dan atasan tapi juga manager lainnya dalam organisasi serta berhubungan dengan individu-individu di luar organisasi.


(44)

b. Manager memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menerapkan prioritas-prioritas.

c. Manger bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan atas kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan dan tugas bawahan.

d. Manager harus berfikir secara analitis dan konseptual. Mampu memilih-milih masalah, menganalisa komponen-komponen permasalahandan memberikan solusi permasalah tersebut dan menjadi pemikir konseptual dengan memandang keseluruhan tugas dan menmgkaikan tugas dengan yang lain.

e. Manager adalah mediator permasalahan dalam organisasi baik dalam hal individu maupun antar unit kerja.

f. Manager adalah politis, yaitu mengkampanyekan program, mengembangkan hubungan untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan usulan –usulan dan keputusan-keputusannya.

g. Manager adalah diplomat, manager mampu menjadi wakil (presentatif) pada pertemuan organisasional ataupun dengan pihak lain. h. Manager mengambil keputusan – keputusan yang sulit. Organisasi

selalu menghadapi permasalahan yang banyak, untuk sebab itu manager diharapkan dapat menemukan pemecahan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan yang tepat.

2.2.4.3. Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja Manajerial

Faktor-faktor penyebab manajer tidak menghasilkan kinerja dari organisasi (Mulyadi, 1998 : 163)


(45)

a. Kemungkinan manajer tidak memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya sebagai manager.

b. Kemungkinan manajer tidak memahami peran manajerial yang disandangnya.

c. Kemungkinan manajer tidak memiliki managerial skill yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja manajerial.

d. Kemungkinan manajer tidak memiliki semangat untuk menfokuskan dan mendorong usahanya dalam menghasilkan semangat kinerja manajerial.

2.2.4.4. Variabel Moderating Sebagai Pendekatan Kontijensi

Hasil penemuan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya du dalam melihat hubungan antara partisipasi penyusunan anggran dengan kinerja manajerial. Riyadi (2000:137) mengemukakan bahwa untuk menyesuaikan perbedaaan dari berbagai hasil penemuan tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontijensi ( contingency approach).

Penggunaan kerangka tersebut memungkinkan adanya variabel lain bertindak sebagai moderating atau intervening yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.Nazir (1998 : 150) menjelaskan bahwa faktor moderating adalah faktor atau variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) antara variabel independen dan dependen. Sedangkan faktor intervening dalah faktor atau variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel independen dan


(46)

Dalam penelitian ini,pendekatan kontijensi dan diadopsi untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi penyusunan anggaran tergantung pada faktor-faktor kontektual organisasional dan sifat psikologis karyawan.

Faktor kontijensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki manajer untuk variabel psikologi karyawan.

Sedangkan untuk moderating kontektual organisasionalnya adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki, oleh seorang manajer dalam memimpin perusahaan dan ketidakpastian lingkungan.Ketiga faktor kontijensi tersebut berperan sebagai variabel moderating didalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manjerial.

Govindajaran (1986 : 739) untuk menyelesaikan pertentangan dari berbagai hasil penelitian dapat digunakan faktor kontijensi yang memungkinkan variabel-variabel lain menjadi faktor moderating (faktor yang mempengaruhi hubungn antara dua variabel) atau intervening (faktor yang dipengaruhi oleh satu variabel dan mempengaruhi variabel lainnya) yang mempengaruhi hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.

2.2.4.5. Variabel Moderating dan Variabel Intervening

Menurut Umar (2003 : 65) variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.


(47)

Menurut Umar (2003 : 65) variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen, sehingga akan terjadi hubungan yang tidak langsung.Variabel intervening merupakan variabel yang terletak diantara variabel-variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen.

2.3. Teori Yang Melandasi Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Dengan Kinerja Manajerial

Teori Jalur – Tujuan (Path-Goal Theory) yang dikemukakan oleh Martin Evans Dan Robert House berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pimpinan terhadap motivasi,kepuasan,dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya.

Adapun Path-Goal Theory versi House,mengemukan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis dari Lippi dan White. Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

2. Kepemimipian yang mendukung (Suportive Leadership). Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan Mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya


(48)

3. Kepemimpinan Partisipatif. Gaya kepemimpinan ini,pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya.Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.

4. Kepemimpinan yang berorientasi kepada prestasi.Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin menberikan kenyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.

Berdasarkan teori diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan salah satu dari empat gaya tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan tersebut,maka pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bahawannya dan memotivikasikannya.Selain itu dengan adanya partisipasi anggaran memberikan kesempatan bagi manager atas maupun bawah untuk ikut menyusun anggaran.

Hal ini dikuatkan oleh Mangkunegara (2005:102) yang menyatakan bahwa pimpinan harus memperhatikan kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjann agar meningkatkan minat pegawai terhadap mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.Berdasarkan uraian teori diatas,maka hipotesis diajukan adalah sebagai berikut :

“Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap hubungan partisipasi penganggaran terhadap peningkatan kinerja manajerial.”


(49)

2.4. Pengaruh Ketidakpastian lingkungan Pada Hubungan antara Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial.

Dalam lingkungan yang dinamis selalu mengalami lebih banyak ketidapastiang dalam pengambilan keputusan tidak peduli apakah lingkungannya sederhana atau rumit.selisih ketidakpastian yang terlihat pada unit-unit penentu dalam lingkungan yang sederhana dengan yang berada dalam lingkungan rumit tidak begitu nyata kecuali bila lingkungan unit penentu adalah dinamis juga (Duncan,1972).Ketidakpastian lingkungan yang berfungsi sebagai variabel moderating akan mempengaruhi hubungan antara parsipasi penganggaran dan kinerja manajerial.

Hal tersebut dapat dikuatkan oleh toeri ketidakpastian dan ketergantungan yang dikemukakan oleh M.T. Hanna dan J.H.Freeman yang menyatakan bahwa lingkunagn secara keseluruhan dapat dipandang sebagai sumber informasi dan stock sumber daya (Stoner,1992:139).

Jika kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi,maka manajer memerlukan informasi system akuntansi manajemen untuk mengatasi ketidakpastian dan membuat keputusan menjadi lebih tepat (Galbraith 1973).Sebaliknya dalam penganggaran apabila ketidakpastian lingkungan rendah sehingga interprestasi lingkungan relatif lebih mudah manajer secara relative dapat membuat prediksi yang akurat (Gul dan Chia,1994).

“Bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif pada hubungan partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial.”


(50)

2.5. Teori Yang Melandasi Hubungan Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial

Penganggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani,1975)

Untuk memanfaatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan mereka yang merupakan bawahan sejak lahir, para manajer hendaknya memberikan suatu iklim yang konduksif bagi perkembangan pribadi. Dalam hal ini,manajemen partisipatif adalah model yang ideal. (Thoha,1992:24)

Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain,semakin beraneka ragam interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnnya sentiment mereka. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang,semakin tinggi kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain,maka semakin banyak kemungkinan-kemungkinan ditularkan aktivitasnya dan interaksinya. (Thoha,1992:242)

Dari beberapa pernyataan diatas,dapat disimpulkan manager yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan merasa bertanmggung jawab atas tujuan yang ingin dicapai dan hal itu dapat meningkatkan kinerja para manajer untuk mencapai tujuan mereka.Iklim yang kondusif juga berperan


(51)

dalam meningkatkan kinerja manajerial.Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

“Hubungan partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja manajerial.”

2.6. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial

Gaya kepemimpinan terhadap kinerja manjerial akan berpengaruh pada lingkungan yang dinamis dalam pengambilan keputusan penganggaran oleh manajer secara akurat.

Penganggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani,1975).Maka Gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan pada hubungan partisipasi penganggaran akan mempengaruhi peningkatan kinerja manajerial.

2.7. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :


(52)

Gambar 2.1

2.8. Hipotesis

1. Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial.

2. Kesesuaian antara partisipasi penyususnan anggaran dengan faktor ketidkpastian lingkungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

3. Kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dengan faktor gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Partisipasi Penganggaran (X1)

Kinerja Manjerial (Y)

Uji Statistik : Analisis Regresi dengan Uji Nilai Selisih Mutlak

Gaya Kepemimpinan (X3)


(53)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas,Variabel moderating, variabel terikat. Partisipasi penganggaran (X1) sebagai variabel bebas. Ketidakpastian Lingkungan (X2) dan gaya

kepemimpinan (X3) dan sebagai variabel moderating, sedangkan variabel terikat (Y) adalah kinerja manajerial.Agar tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda, maka secara operasional variabel-variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Partisipasi penganggaran (X1)

Adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu (manajer) dalam proses penyusunan anggaran.

2. Ketidakpastian Lingkungan (X2)

Menunjukkan persepsi manajer dari faktor-faktor diluar perusahaan, seperti lingkungan industri, ekonomi, teknologi, persaingan dan lingkungan pelanggan.

Dengan indikator yang digunakan : a. Hal yang terjadi pada industri

b. Banyak produk dan jasa baru yang telah dipasarkan dalam industri selam 5 (lima) tahun terakhir.


(54)

c. Tingkat kestabilan lingkungan eksternal (ekonomi dan teknologi) di perusahaan.

d. Klasifikasi aktivitas-aktivitas pasar para pesaing selama 5 tahun terakhir.

e. Selera dan preferensi para pelanggan selama 5 tahun terakhir. f.Kendala-kendala hukum, politik, dan ekonomi yang mengelilingi

perusahaan 5 tahun terakhir.

g. Penemuan-penemuan ilmiah yang muncul di industri 3. Gaya kepemimpinan (X3)

Adalah ciri khas yang dipunyai pemimpin dalam memberikan motivasi dan semangat kepada bawahannya serta sekaligus memberikan keputusan atau kebijakan yang baik dalam suatu orginasasi.

Dengan indikator yang digunakan adalah :

a. Kejelasan dalam memberikan pengarahan dan cara mengerjakan tugas (telling)

b. Pemimimpin menerangka keputusan yang diambil (selling)

c. Pemimpin mengajak pekerja untuk membuat keputusan bersama (participating)

d. Pemimpin menyerahkan pelaksanaan tugas / pekerjaan sepenuhnya kepada pekerja (delegating)


(55)

4. Kinerja Manajerial (Y)

Yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai untuk seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Dengan indikator yang digunakan: a. Perencanaan

b. Investivigasi c. Evaluasi d. Pengawasan e. Pemilihan Staff f. Negosiasi g. Perwakilan

h. Kinerja secara keseluruhan Tehnik Pengukuran Variabel

Tehnik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala semantic defferesial sedangkan skala pengukurannya menggunakan skala interval.

Skala semantic differensial adalah skala yang digunakan untuk mengukur obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik. Skala ini tersususn dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri atau sebaliknya, jawaban posotifnya terletak disebelah kiri,dan jawaban negatifnya terletak disebelah kanan (Sumarsono,2004:25) yang mempunyai skala 7 point, dengan pola sebagai berikut :


(56)

1 2 3 4 5 6 7 Sangat tidak setuju Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, nilai 4 merupakan tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan,jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

Kuesioner/ item pertanyaan dalam penelitian ini bersumber dari Nasir M yang disesuaikan dengan model penelitian ini. Kuesioner/item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel partisipsi penganggaran sebanyak enam(6) item pertanyaan. 2. Variabel Ketidakpastian lingkungan sebanyak tujuh (7) item

pertanyaan.

3. Variabel Gaya Kepemimpinan sebanyak empat (4) item pertanyaan. 4. Variabel Kinerja Manajerial sebanyak delapan (8) item pertanyan. Tehnik Pengambilan Sampel

a. Obyek dan Populasi

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Unilever Indonesia Tbk Jl. Rungkut Industri IV/5-11 Surabaya, Disini Populasi adalah Suatu kelompok dari elemen penelitian,dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumberdata yang diperlukan.Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 orang manajer dan 1 orang asisten manajer perusahaan yang berjumlah 28 orang, yaitu :


(57)

1. Bagian Produksi dan Asisten Bagian Produksi 2. Bagian Personalia dan Asisten Bagian Personalia 3. Bagian Accounting dan Asisten Bagian Accounting 4. Bagian Pemasaran dan Asisten Bagian Pemasaran

5. Seksi Pengelola Bahan dan Asisten Seksi Pengelola Bahan 6. Seksi Gudang dan Asisten Seksi Gudang

7. Seksi Finishing dan Asisten Seksi Finishing 8. Seksi Pembukuan dan Asisten Seksi Pembukuan 9. Seksi Keamanan dan Asisten seksi keamanan

10.Seksi Pembelian & Umum dan Asisten Seksi Pembelian & Umum

11.Seksi Penjualan dan Asisten Seksi Penjualan 12.Seksi Penagihan dan Asisten Seksi Penagihan 13.Seksi Kasir dan Asisten Seksi Kasir

14.Seksi Transportasi dan Asisten Seksi Transport b. Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dengan beberapa ciri-ciri membuat anggaran; Anggaran harus realistis, Anggaran harus luwes, Anggaran harus kontinyu. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel sebanyak 26 orang yaitu manajer dan asisten manajer. PT.Unilever Indonesia,Tbk tersebut dapat dengan mudah memberikan informasi.


(58)

Tehnik Pengumpulan Data Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi (Nazir, 1988 : 58) :

a. Data Primer

Adalah data yang langsung didapart dari perusahaan yang diteliti baik perorangan atau staff dari perusahaan yang diteliti seperti data hasil kuisoner.

b. Data Sekunder

Data yang sudah disusun oleh pihak perusahaan, srtuktur , organisasi, proses dan jenis produksi dan lain-lain.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari para manajer sebagai responden PT. Unilever Indonesia,Tbk Jl.Rungkut Industri IV No.5-11 Surabaya.

Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner

Memberikan daftar pernyataan kepada responden untuk kemudian diberikan nilai atau scoring. Kuisoner tersebut diberikan kepada pihak yang berkepentingan yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang diteliti (Nazir, 1998 : 246).


(59)

b. Wawancara

Yaitu melakukan interview atau tanya jawab secara langsung dengan pimpinan perusahhan,karyawan administrasi pembukuan, yang berhubungan dengan pekerjaan yang dibutuhkan penulis (Nazir, 1988 : 234).

c. Dokumentasi

Yaitu meminta data dari catatan-catatan serta arsip laporan yang dibuat perusahaan yang ada relevansinnya dengan pokok permasalahan. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis

Tehnik Analisis a. Uji Validitas

Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan derajat yang tinggi darai kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika r hasil posotif,serta r hitung > r tabel maka butir atau variabel tersebut valid.


(60)

b. Jika r hasil tidak positif,serta r hitung < r tabel maka butir atau

variabel tersebut tidak valid (Santoso,2001 ; 133)

b. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah derajat ketepatan,

ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen

pengukuran.Analisis keandalan butir bertujuan untuk menguji

konsistensi butir-butir pertanyaan dalam mengungkap indikator. Uji

reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Cronbrach Alpha yaitu dinyatakan

dalam nilai α yang dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbrach Alpha > 0,60 (Nunnaly dalam Ghozali,2001 : 133)

Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika nilai alpha >0,60 berarti pernyataan reriabel

b. Jika nilan alpha<0,60 berarti pernyataan tidak reliabel

c. Uji Nilai Selisih Mutlak

Uji nilai selisih mutlak menurut Frucot and Sharon (1991) mengajukan model regresi yang agak berbeda untuk menguji pengaruh

moderasi yaitu dengan model nilai selisih mutlak dari variabel

independen dengan rumus persamaan regresi.

1. Y=a+ b1X1 + e


(61)

Y = Kinerja Manajer

b 1 = Konstanta

e = Kesalahan Baku

2. Y=a + b1 X1 + b2 X2 + b3 [ X1 - X2 ] Dimana :

Y = Merupakan nilai standartdized score

|X1 – X2| = merupakan interaksi yang diukur dengan nilai absolute perbedaan antara X1 dan X2

Menurut Furcot dan Sheron (1991) interaksi sepreti ini lebih disukai oleh karena ekspektasi sebelumnya berhubungan dengan kombinasi antara X1dan X2 dan berpengaruh terhadap Y.

3. Y=a+b1X1 + b2X3 + b4 [X1-X3] d. Asumsi klasik

Didalam asumsi klasik fungsi regresi sebagai estimator mensyaratkan adanya BLUE (Best Linier Estimate). Dalam analisis asumsi klasik metode yang digunakan antara lain:

1. Multikolinier

Uji multilinier bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.


(62)

2. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. (Sumber :Santoso, 2000 :216)

Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi maka dapat digunakan alat uji Durbin – Watson (DW test). Alat uji Durbin – Watson ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (Firts order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam modal regresi dan tidak ada varibel lagi diantara variabel bebas tidak dilakukan.

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Gejala ini dapat dilakukan dengan cara menentukan formulasi regresi linier berganda dengan menggunakan residual sebagai indikator terikat. Hal ini dapat diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rankspearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Jika nilai signifikan koefisien korelasi rankspearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari level of significant (0,05), maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas.


(63)

Uji Hipotesis

Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut : a. Uji F – Test

Untuk menguji cock atau tidaknya model regresi yang dihasilkan.

1. Ho : 1 = 2 …. = 0 (Model regresi yang dihasilkan tidak cocok) 2. Ha : β1,β2,β3….  0 (Model regresi yang dihasilkan cocok) 3. Level Of Significant = 0.05 dengan derajat bebas pembilang = k

dan derajat bebas penyebut = n – k – 1, dimana n: jumlah pengamatan dan k : jumlah variabel bebas.

4. Dengan kaidah pengujian :

a. Apabila Signifikan F < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima,artinya model regresi yang dihasilkan cocok.

b. Apabila Signifikan F > α, maka Ha ditolak Ho diterima, maka model regresi yang dihasilkan tidak cocok.

b. Uji t-Test

Digunakan untuk menguji koefisien regresi parsial atau untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

1. Ho : 1 = 2 = 0 (tidak ada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial)

Ha : 1, 2  0 (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)


(64)

2. Ho : 3 = 4 = 0 (partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan atau partisipasi penganggaran dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial)

Ha : 3 = 4  0 (partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan atau partisipasi penganggaran dan gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial)

3. α = 5%

4. Kriteria yang dipakai untuk membuktikan hipotesis ini adalah : Apabila nilai signifikansi hasil pengujian > α, maka Ho diterima atau Ha diterima.

Apabila nilai signifikansi hasil pengujian < α, maka Ho ditolak atau Ha diterima.


(65)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Tahun 1985, dua bersaudara dari inggris yang bernama William Lever dan James Lever Brother yang memproduksi sabun cuci bermerek Sunlight. Perusahaan ini terus berkembang karena tehnik pemasarannya sama, di Belanda terdapat dua perusahaan besar milik keluarga Anton Jurgens dan keluarga Van der Berg. Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan pembuat margarin,dan tak lama kemudian bergabung menjadi sebuah perusahaan dengan nama Margarine Unie.

Lever Brother dan Margarine Unie memperluas usahanya di daratan Eropa. Keduanya membuat produk untuk konsumen dalam jumlah besar, memiliki jalur distribusi yang luas dan menggunakan bahan baku yang sama. Pada tahun 1993, kedua perusahaan tersebut bergabung dengan nama Unilever. Berawal dari penggabungan tersebut, Unilever berkembang menjadi salah satu perusahaan raksasa di dunia dengan dua kantor pusat, yaitu Unilever Linited di London (Inggris) dan Unilever NV di Rotterdam (Belanda).

PT Unilever Indonesia berdiri di Batavia tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeep Fabrieken NV berdasarkan akte notaris Mr.A.H Van Ophuysen No.23 dan disahkan oleh gubernur Van Nederlansh Indie


(66)

dengan keputusan No.14 tanggal 16 Desember 1933. Perusahaan ini kemudian didaftarkan ke kantor Raad nan Justitie di jalan Batavia No.3, pada tanggal 9 Januari 1934.

Perusahaan ini mulai melakukan usahanya sebagai produsen sabun di jalan Pangeran Tubagus Angke pada bulan Oktober 1934. Pembuatan lemak untuk bahan aktif makanan dan minyak goreng dimulai tahun 1936 ditempat yang sama di Jakarta tetapi dibuat oleh perusahaan yang berbeda, yaitu Van den Bergh Fabrieken NV.

Bulan November 1941 diputuskan untuk mengadakan diversufikasikan dengan memproduksi pasta gigi dan kosmetik lainnya. Untuk itu,dibelilah fasilitas produksi yang telah berjalan di Surabaya, yaitu Maatchappij ter Exploitatie der Colibri Fabrieken NV. Selama perang Dunia II, pengawasan Unilever NV, terhadap perusahaannya di Indonesia dihentikan sampai bulan Maret 1946. Kemudian pabrik dan peralatannya diperbaiki dan diperbaharui dengan bantuan induk perusahaan Unilever. Pada tahun 1948, Unilever membeli NV. Oliefabriek Archa yang menjalankan pabrik kelapa di Jakarta agar persediaan minyak murni dapat tersedia secara kontinu. Minyak ini yang digunakan dalam pembuatan sabun,lemak-lemak makan dan minyak goreng. Namun dikemudian hari,yaitu pada tahun 1978, pabrik ini ditutup dan persediaan minyak didapat dari perusahaan penggilingan lokal.

Tahun 1964 kegiatan Unilever di Jakarta dan Surabaya secara penuh ditempatkan di bawah pengawasan Pemerintah Indonesia. Pada tahun


(67)

1967, perusahaan dikembalikan kepada Unilever NV, berdasarkan keputusan Presidium Kabinet Ampera dan perjanjian antara Unilever dan Departemen Perindustrian.

Unilever kembali menjalankan usahanya pada bulan april 1967. Persetujuan untuk beroperasi diberikan pemerintah pada bulan September 1967 dengan batasan-batasan yang ditentukan oleh UU Pemerintah Modal Asing No.1 Pada tanggal 1 Sepetember 1980 dilakukan penggabungan seluruh perusahaan Unilever di Indonesia. Seluruh aktiva dan pasiva dan Van den Bergh’s Fabrieken, Colibri ddan Archa Oil Mill dipindahkan ke Lever’s Zeepfabriken. Nama perusahaan gabungan ini diubah menjadi PT.Unilever Indonesia dengan kantor pusatnya sekarang di Graha Unilever, Jl.Gatot Subroto Kav.15,Jakarta Selatan.

4.1.2. Produk PT Unilever Indonesia ,Tbk

Sebagai industri yang semula hanya memproduksi sabun dan mentega, PT Unilever Indonesia mulai mengembangkan usahanya dengan menghasilkan barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti pasta gigi, sdabun mandi, produk kecantikan dan lain-lain. Berikut ini produk-produk dan merek dagang yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik PT Unilever Indonesia.

1. Pabrik Cikarang, Bekasi (Food an Non Soap Detergent Division)  Sabun cuci : Rinso,Superbusa,Omo,Sunlight,Surf  Sabun cuci piring : Sunlight, Vim Pouder


(68)

 Bumbu dapur : Royco

 Teh : Sariwangi, Lipton

 Es krim : Walls

 Baby Care : Cuddle

 Pewangi cucian : Comfort, Molto

2. Pabrik kecap Cap Bango (Subang, Jawa Barat)

3. Pabrik Rungkut, Surabaya (Personal Wash and Personal Care Division)

 Sabun batang : Lux,Lifebuoy,Dove  Sabun cair : Lux, Lifebouy

 Pasta gigi : Pepsodent,Pepsodent Junior, Close Up

 Shampo : Sunsilk, Organics,Dimension

 Hair Cream : Brisk

 Lotion : Citra, Pons, Vaseline, Dove

 Deodorant : Rexona, Axe

4.1.3. Lokasi dan Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik merupakan susunan bangunan pabrik yang meliputi mesin-mesin, tempat kerja karyawan dan penyimpangan bahan baku serat produk yang dihasilkan. Tata letak ini kan menentukan efisiensi penggunaan ruangan dan keekonomisan proses produksi secara lokal.

Lokasi suatu pabrik sangat menentukan karena mempengaruhi kelangsungan hidup dan perkembangan pabrik tersebut. Lokasi pabrik yang strategis akan lebih menguntungkan dari segi ekonomi daripada


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai "Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial pada PT. Unilever Tbk.", maka kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah: 1. Hasil uji F menunjukkan bahwa model regresi linier berganda yang digunakan adalah cocok atau sesuai untuk mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran, ketidakpastian lingkungan dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial.

2. Hasil uji t menyimpulkan hipotesis penelitian "bahwa partisipasi penganggaran, ketidakpastian lingkungan dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial" tidak teruji kebenarannya, karena gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial, sedangkan partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait,


(2)

dan saran-saran yang diberikan peneliti untuk pihak-pihak terkait tersebut antara lain :

1. Bagi Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk, hendaknya memperhatikan partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan, karena dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dan mempertimbangkan faktor lainnya seperti gaya kepemimpinan. Menerapkan partisipasi penganggaran dan ketidakpastian lingkungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi dapat berdampak pada peningkatan kinerja manajerial.

2. Bagi peneliti yang akan datang diharapkan agar mengambil populasi yang berbeda, misalnya untuk organisasi non-profit. Karena dalam penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, sehingga masih perlu dilakukan penelitian pada aspek yang sama untuk mengetahui konsistensi hasil dari penelitian ini.


(3)

  94

5.3. Manfaat

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan serta kontijensi gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh selama masa studi, maupun yang diperoleh dari sumber-sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini dapat disumbangkan dan digunakan bagi pembaca sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini di masa yang akan datang.


(4)

BPFE- Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Christina,Ellen dan Sukarno Edy, Anggaran Perusahaan Suatu Pendeketan Praktis,Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama

Ghozali, Imam,2002, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Cetakan 1, Penerbit Universitas Pustaka Utama, Jakarta.

Hansen dan Mowen, 2004, Management Accounting,edisi ke 7, Penerbit Salemba Empat

Harsey, P dan Blanchard, 1982, Manajemen Perilaku Organisasi Pendatagunaan Sumber Daya Manusia, Terjemahan Edisi 4 Erlangga Horngren, dan Foster,Akuntansi Biaya, Jilid 1, Edisi 11, Penerbit PT

Indeks,Kelompok Gramedia

Irawan Dan Swastha.Dh Basu, 1996, Lingkungan Perusahaan. Edisi 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Machfoedz, Mahmud, 2007, Pengantar Bisnis Modern ,Penerbit ANDI Yogyakarta

Milikin, F, Z.1987. “Three Type of Perceived Uncertainty About The Environmet State, Effect and Response Uncertainty

M.T.Hannan,”The Pupolation Ecology Of Organization, America journal of Sociology

Mulyadi, 1993, Akuntansi Manjemen, Edisi Ke-2, Penerbit STIE-YKPN, Yogyakarta

Munandar, 1986, Budgeting Perencanaan Kerja Pengorganisasian Kerja Pengawasan Kerja, Edisi Kesatu, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta Nafarin, M, 2000, Penganggaran Perusahaan, Edisi pertama, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta

Nazir, M 1999 Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Ridwan, 2004,Metode & Tehnik Menyusun Tesis, Cetakan Ke-2, Penerbit


(5)

  96

Santoso,Singgih,2001,Statistik Parametrik,Cetakan Ke-1,Penerbit Elex Media Komputindo

Stoner, James, A.F, 1990, Manejemen, Edisi Kedua (Revisi), Jilid Pertama, Cetakan Kedua, Terjemahan Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga, Jakarta Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Beserta Contoh

Interprestasi Pengolahan Data, Surabaya

Supriyono, RA, 1987, Akuntansi Manajemen I, Edisi Pertama, Penerbit BPFE-UGM Yogyakarta

Steers, R.M, 1985, Efektivitas Organisasi (Kaidah Perilaku), Cetakan Kedua, Penerbit Erlangga,Jakarta

Tjiptono, Fandy, dan Diana, Anastasia, 2003, Total Quality Management, Edisi Revisi, Penerbit ANDI Yogyakarta

Thoha,Miftah,2004, Perilaku Organisasi, Edisi I, Cetakan Ke-15,Penerbit PT Raja Grafindo Persada,Jakarta

Umar, Husein, 2003, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen,PT. Gramedia Pustaka Tama Jakarta

Yukl, A Gary,1998, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Prenhallindo, Jakarta

Jurnal

Rahayu ,Isti, 1999, Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Partisipasi Penganggaran dan Kinerja Manajerial , Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia

Riyadi, Slamet, 2000, Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Kristina, Linda, 2001, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Motivasi dan Pelimpahan Wewenang terhadap kinerja Manajerial (studi Kasus pada PT. Surya Sakti Utama) UPN VETERAN” Jawa Timur


(6)

Peneliti Terdahulu

Adward, Yan,2002, Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderating dan partisipasi penganggaran perusahaan terhadap kinerja manajerial.

Nivera, Crizendani Citra N, 2006, Pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan dan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial pada Koperasi di Wilayah Tangerang Selatan

1 12 159

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI MODERATING PADA BPR.

0 5 14

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIANLINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL.

0 0 13

PENDAHULUAN PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL.

0 0 6

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL DAN KEPUASAN KERJA(Survey Pada Perusahaan Ma

0 1 11

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL DAN KEPUASAN KERJA (Survey Pada Perusahaan Kontraktor Di Surabaya).

0 1 13

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, PARTISIPASI PENGANGGARAN, DAN MOTIVASI, TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. CITRA YASINDO SETIA.

0 0 77

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. X SURABAYA.

0 0 7

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, PARTISIPASI PENGANGGARAN, DAN MOTIVASI, TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. CITRA YASINDO SETIA

0 0 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Unika Repository

0 0 13