Latar Belakang Eksternalitas Negatif Pencemaran Sungai Kampar Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

3 macam penyakit serta penurunan pendapatan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan Kantor Desa Lipatkain. Secara resmi kegiatan pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak diizinkan oleh pemerintah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun B3 yaitu; merkuri Hg. Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah bijih emas dengan pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI. Sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah PP RepublikIndonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dalam PP tersebut dicantumkan suatu ketentuan umum yang berhubungan dengan pencemaran air. Ketentuan umum tersebut antara lain memuat definisi pencemaran air, baku mutu air, baku mutu limbah cair dan beban serat daya tampung beban pencemaran air. Peraturan Pemerintah PP tersebut memuat juga perihal inventarisasi kualitas dan kuantitas air, penggolongan air, upaya pengendalian, perizinan, pengawasan dan pemantauan, pembiayaan inventarisasi dan pengawasan pencemaran air, sanksi pelanggaran dan ketentuan peralihan. Dalam rangka pengawasan, pengendalian dan pemulihan Sungai Kampar sebagai akibat penambangan emas ilegal atau tanpa izin diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Kampar harus mengambil tindakan tegas terhadap pihak PETI. Pencemaran Sungai Kampar dapat mempengaruhi secara langsung masyarakat yang tinggal disekitar aliran sungai, karena sungai dimanfaatkan untuk kegiatan sehari-hari seperti untuk dikonsumsi, mandi, mencuci, dan kegiatan lainnya. Pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan PETI menimbulkan biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat yang belum diperhitungkan oleh penambang PETI sehingga menyebabkan kerugian masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Kampar. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui apa saja kerugian yang dirasakan masyarakat akibat kegiatan PETI tersebut serta untuk mengetahui kebijakan apa yang seharusnya diberlakukan pemerintah untuk penanggulangan pencemaran akibat kegiatan PETI. 4

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan penambangan emas ilegal di sepanjang Sungai Kampar di Desa Lipatkain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampartelah menimbulkan eksternalitas negatif bagi masyarakat maupun lingkungan di sekitar sungai tersebut. Masyarakat merasakan berbagai perubahan dan gangguan akibat kegiatan penambangan antara lain tercemarnya Sungai Kampar yang menjadi sumber kegiatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta lumpuhnya mata pencarian nelayan di Kabupaten Kampar. 1 Eksternalitas lain yang ditimbulkan adalah semakin dangkalnya dasar sungai dan terjadi abrasi di bibir sungai karena matinya pepohonan akibat pencemaran ulah penambang emas liar itu. Berdasarkan informasi dari Kantor Camat Kampar Kiri, saat ini Sungai Kampar mengalami sedimentasi yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2001 kedalaman Sungai Kampar, khususnya Kampar Kiri rata-rata 7-10 meter dengan lebar 80-100 m, namun pada tahun 2011 sungai tersebut mengalami pendangkalan yang signifikan. Saat ini kedalaman Sungai Kampar Kiri diperkirakan hanya mencapai 6-8 meter. Masyarakat juga kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan terancam mengalami berbagai penyakit seperti gatal-gatal, sakit perut, mual. Penambangan emas ilegal tidak hanya terjadi di Sungai Kampar, sungai lain yang tercemar seperti Sungai Kuansing diharapkan juga secepatnya dilakukan penertiban, mengingat pekerjaan ilegal ini telah merusak lingkungan dan meresahkan masyarakat. Diharapkan diberikan tindakan tegas kepada pelaku penambangan PETI karena sangat disayangkan jika Sungai Kampar yang terbagi dua zona mengalami pencemaran akibat penambangan emas liar. Secara geografi Sungai Kampar dibagi dua zona. Zona pertama sungai yang berhulu di XIII Koto Panjang dan zona kedua berhulu di Sungai Kuansing dan Subayang yang bermuara pada satu tempat di daerah Langgam, Pelalawan. 2 1 http:haluanriaupress.comindex . Aktivitas PETI Marak bagian ILubuk Porak Poranda, ikan menghilang.Riau. [20 Mei 2012]. 2 http:kuansing-kotajalur.blogspot. [20 Mei 2012 ]. 5 Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin PETI di Sungai Kampar? 2. Bagaimana eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat terhadap pencemaran Sungai Kampar akibat kegiatan PETI? 3. Berapa besar nilai kesediaan PETI membayar untuk penanggulangan pencemaran Sungai Kampar?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai kesediaan PETI membayar untuk penanggulangan pencemaran Sungai Kampar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan gambaran kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin PETI di Sungai Kampar. 2. Mengidentifikasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat terhadap pencemaran Sungai Kampar akibat kegiatan PETI. 3. Mengestimasi nilai kesediaan PETI membayar untuk penanggulangan pencemaran Sungai Kampar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar bantaran Sungai Kampar, civitas akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait masalah pencemaran Sungai Kampar akibat aktivitas PETI, sedangkan masyarakat diharapkan lebih mengerti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan, sedangkan bagi peneliti sendiri penelitian ini sebagai alat untuk mempraktikkan teori-teori yang selama ini diperoleh selama kuliah, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai 6 pentingnya menjaga sumberdaya lingkungan yang tersedia agar dapat terus dimanfaatkan tanpa mengurangi kualitasnya, sehingga keberlangsungan dapat terjaga.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mendeskripsikan gambaran aktivitas PETI di Sungai Kampar,mengidentifikasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat terhadap pencemaran Sungai Kampar akibat kegiatan PETI, serta mengestimasi nilai kesediaan PETI membayar untuk penanggulangan pencemaran Sungai Kampar.Penelitian ini hanya mencakup daerah Desa Lipatkain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Responden merupakan masyarakat yang merasakan eksternalitas dari kegiatan PETI, penambang PETI serta Pemerintah Daerah setempat.