10 4. hambatan dalam proses politik. Sering terjadi kebijakan yang akan
dilaksanakan oleh eksekutif terhambat oleh proses pengambilan keputusan karena harus disetujui dahulu oleh pihak legislatif.
2.3 Pertambangan Emas
Pertambangan merupakan salah satu pemanfataan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki
cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien
akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbaharui non-renewable atau terhabiskan
exhaustible Fauzi2006. Di dalam Pasal 1 UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Menurut Ngadiran et al.2002, emas merupakan salah satu bahan tambang yang menjadi prioritas sebagai sumber pendapatan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup, namun dalam pelaksanaannya penambangan skala kecil terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaannya seperti :
1. Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengelolaan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan merkuri.
2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin. Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat
terbatas. Para penambang sering sekali berhutang karena tidak ada bank yang mau member kredit.
3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisional dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika
dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan. 4. Jumlah cadangan atau kadarnya belum diketahui karena pada umumnya belum
pernah dilakukan eksplorasi sebelum kegiatan penambangan.
11 5. Peralatan kerja cadangan untuk penambangan belum tersedia sehingga jika alat
kerja rusak maka kegiatan penambangan akan dihentikan. Pertambangan emas yang dikelola masyarakat secara umum belum
memiliki izin dari pemerintah setempat sehingga kegiatan penambangan ini disebut Pertambangan Emas Tanpa Izin PETI. Berdasarkan hasil yang diperoleh
oleh Tim Koordinasi pencegahan dan penanggulangan masalah penambangan emas pada bulan Maret tahun 2003, PETI disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain : 1. Tradisi
2. Sempitnya lapangan kerja 3.
Backing 4.
Instan 5. Lemahnya hukum.
Selanjutnya Ngadiran et al.2002 menyatakan secara teoristis dampak yang dirasakan masyarakat yang berada di sekitar lokasi penambangan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu dampak fisik dan nonfisik. Dampak fisik pertambangan emas terbagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Dampak positif
yaitu diantaranya dapat meningkatkan derajat hidup masyarakat dan tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sedangkan dampak negatif seperti dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas air, udara, kesehatan masyarakat sekitar serta dapat merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan. Apabila kondisi seperti ini
berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh. Dampak nonfisik dari kegiatan penambangan adalah adanya perubahan-
perubahan pola pikir masyarakat seperti perubahan dalam organisasi masyarakat, persepsi masyarakat, gaya hidup dan kepuasan, serta pengaruh pembangunan
Sulistina et al. 1991 dalam Ngadiran et al. 2002. Menurut Effendi 2003 dampak pertambangan berdasarkan sifat racun
toksik, pencemar dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Polutan tak toksik nontoxic polutan, yaitu polutan yang telah berada pada
ekosistem secara alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem.
Polutan tak toksik terdiri dari bahan-bahan tersuspensi yang dapat
12 meningkatkan kekeruhan dan nutrient yang dapat memacu terjadinya
pengayaan eutrofikasi perairan. 2. Polutan toksik, yaitu polutan yang bukan alami dikenal dengan istilah
xenobiotik polutan artificial yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia, diantaranya bahan-bahan kimia yang bersifat stabil dan tidak mudah
mengalami degradasi seperti merkuri, logam, asam, dan senyawa organik dari kegiatan industri, domestik, pertanian.
Subanri 2008 menyatakan penggunaan merkuri dan sianida serta pembuangan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pencemaran air sungai dari
hulu hingga hilir. Jika limbah tambang dibuang ke sungai maka potensi dampak yang ditimbulkan adalah:
1. Pendangkalan sungai karena pasir sisa penambangan dibuang di badan sungai 2. Perubahan alur sungai serta tertutupnya aliran sungai
3. Banjir di sekitar lokasi buangan ketika musim hujan 4. Kekeruhan di aliran sungai terutama daerah hilir
5. Menurunnya kualitas air karena kandungan senyawa berbahaya yang digunakan pada proses penambangan yang terbawa oleh aliran sungai.
2.4 Pencemaran Air
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk keberlangsungan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia bahkan semua
makhluk hidup. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya air harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Dalam pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air dinyatakan, “negara menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif”.
Menurut Manik 2003, pencemaran air didefenisikan sebagai kondisi berkurangnya nilai guna sebuah perairan yang diakibatkan oleh masuknya bahan
ke perairan dalam tingkat yang tak mampu dinetralisasi oleh alam. Bahan pencemar yang masuk ke dalam suatu perairan biasanya berupa limbah suatu
aktivitas. Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar air dibedakan