Analisis Pengaruh Program Pemeliharaan Karyawan Terhadap Loyalitas Karyawan

4.7. Analisis Pengaruh Program Pemeliharaan Karyawan Terhadap Loyalitas Karyawan

A. Model Regresi Logistik Biner

Model regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel dependen program pemeliharaan karyawan terhadap variabel independen loyalitas karyawan. Hasil dari analisis ini diharapkan mampu menjelaskan sejauh mana program pemeliharaan karyawan dalam mempengaruhi loyalitas karyawan. Berikut ini penjelasan mengenai analisis regresi logistik biner. Tabel 19 menjelaskan tentang jumlah kasus regresi yang dimasukkan dalam analisis regresi logistik biner. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat jumlah sampel yang dimasukkan dalam analisis regresi adalah 78 buah sampel, semuanya dimasukkan dalam analisis tersebut, tidak ada sampel yang terlewatkan artinya seluruh sampel sudah masuk dalam analisis regresi. Tabel 19. Jumlah sampel yang dimasukkan dalam analisis regresi Selected Cases Jumlah Persentase Include in Analysis 78 100 Missing Cases Total 78 100 Model regresi logistik biner ini dilakukan pengkodean terhadap variabel dependen Y. Adapun pengkodean yang dilakukan adalah bersifat biner Tabel 20. Dimana, kode 1 untuk variabel dependen yang “Loyal” dan 0 untuk variabel dependen yang “Tidak Loyal”. Hal ini dilakukan karena mempermudah dan mengetahui, serta membedakan antara variabel dependen yang loyal dan tidak loyal dalam analisis regresi logistik biner. Tabel 20. Pengkodean variabel dependen Y Variabel Dependen Kode Tidak Loyal Loyal 1 Pengujian kebaikkankelayakan model dilakukan dengan uji Hosmer and Lemeshow. Dari hasil pengujian Tabel 21 diperoleh nilai Chi-Square sebesar 4,741 dengan nilai signifikan sebesar 0,785. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikansi Sig.=0,785 lebih besar dari alpha α=0,05, yang berarti bahwa hipotesis yang diambil adalah menerima H o Santosa, 2005. Adapun cara lain yang dapat digunakan untuk melakukan uji Hosmer and Lemeshow adalah dengan melihat sebaran Chi-Squarenya. Dimana, telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai statistik uji Hosmer and Lemeshow Ĉ mengikuti sebaran 2 Chi-Square dengan derajat bebas g-2. Dengan g merupakan banyaknya variabel bebas yang digunakan ditambah konstanta g=6. Berdasarkan Tabel 21, nilai Chi-Square hitung 4,741 lebih kecil dibanding dengan nilai Chi-Square tabel 9,490 dengan df=4 g-2 dan α=5, sehingga hipotesisnya menjadi terima H , dengan interpretasi tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati atau model layak. Itu berarti model regresi logistik biner bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. Tabel 21. Uji Hosmer and Lemeshow Step Chi-Square Df Sig. 1 4,741 8 0,785 Penilaian uji keseluruhan model regresi Uji G dapat menggunakan nilai -2 Log Likelihood. Dimana, jika terjadi penurunan dalam nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua block number=1 dibandingkan dengan blok pertama block number=0, maka dapat disimpulkan bahwa model kedua dari regresi logistik biner tersebut menjadi lebih baik. Berdasarkan dari hasil perhitungan nilai –2 Log Likelihood terlihat bahwa nilai blok pertama Tabel 22 adalah sebesar 55,790 dan nilai –2 Log Likelihood pada blok kedua sebesar 28,033. Dengan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi kedua lebih baik dalam memprediksi loyalitas karyawan Santosa, 2005. Hasil uji G juga dapat dilihat melalui nilai Chi-Square. Statistik uji G berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas sebesar jumlah variabel bebas k-1. Berdasarkan Lampiran 6, nilai uji G sebesar 27,757 55,790 – 28,033 lebih besar dibanding dengan nilai Chi-Square tabel sebesar 11,070 dengan df=5 dan α=5. Sehingga hipotesisnya adalah tolak H atau terima H 1 dengan interpretasi terdapat pengaruh variabel independen atau model secara signifikan terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Tabel 22. Nilai -2 Log Likelihood berdasarkan Block Number Block Number -2 Log Likelihood Blok pertama block number=0 55,790 Blok kedua block number=1 28,033 Uji selanjutnya yang digunakan adalah uji Wald. Dimana, uji wald digunakan untuk menguji signifikasi dari tiap-tiap variabel independen program pemeliharaan karyawan, sehingga hasil akhirnya akan diketahui program pemeliharaan yang mana β≠0 yang berpengaruh nyata terhadap loyalitas karyawan. Berdasarkan Tabel 23, dapat disimpulkan bahwa program pemeliharaan karyawan yang dapat mempengaruhi tingkat loyalitas karyawan adalah variabel insentif. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi P- value=0,009 lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5, sehingga tolak H untuk hipotesisnya. Selain itu, hasil uji Wald bisa dilihat melalui nilai Chi- Squarenya. Dimana, telah dijelaskan sebelumnya bahwa statistik uji Wald berdistribusi Chi-Square dengan derajat bebas 1 ∽ � 1 2 yaitu sebesar 3,840. Berdasarkan Tabel 23, hanya variabel insentif yang memiliki nilai uji Wald 6,736 lebih besar dari nilai Chi-Square tabel 3,840. Sehingga hipotesisnya menjadi tolak Ho, yaitu variabel insentif berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5. Empat variabel lainnya tidak terbukti signifikan karena dengan nilai P-value diatas 0,05 dan nilai uji Wald lebih kecil dari nilai Chi- Square tabel, maka kesimpulannya keempat variabel tersebut tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat loyalitas karyawan. Tabel 23. Nilai Uji Wald Variabel Independen Wald Sig. Komunikasi 0,532 0,466 Insentif 6,736 0,009 Kesejahteraan 3,582 0,058 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 0,575 0,448 Hubungan Industrial Pancasila 3,665 0,056 Pada tabel klasifikasi Tabel 24 untuk blok pertama block number=0 terlihat bahwa nilai prediksi loyalitas karyawan untuk karyawan loyal adalah 69 dan karyawan tidak loyal adalah 0, dengan klasifikasi yang diamati untuk karyawan loyal adalah 69 dan karyawan tidak loyal 9. Sedangkan, pada blok kedua block number=1, terlihat bahwa nilai prediksi loyalitas karyawan untuk karyawan loyal adalah 69 dan karyawan tidak loyal 6. Dengan ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati blok kedua untuk karyawan loyal adalah 100 dan karyawan tidak loyal adalah 66,7. Secara keseluruhan hasil klasifikasi menunjukkan persentase ketepatan klasifikasi sebesar 96,2 Santosa, 2005. Tabel 24. Tabel klasifikasi berdasarkan Block Number Block number Pengamatan Obeservasi Prediksi Persentase Ketepatan Persentase Ketepatan Keseluruhan Tidak Loyal Loyal Blok pertama Tidak Loyal 9 88,5 Loyal 69 100 Blok kedua Tidak Loyal 6 3 66,7 96,2 Loyal 69 100 Menggunakan loyalitas karyawan sebagai variabel dependentterikat Y dan program pemeliharaan sebagai variabel independentbebas X, diperoleh persamaan model logistik biner yang terdapat pada Tabel 25 berikut hasil perhitungan lengkap terdapat pada Lampiran 6: Tabel 25. Nilai-nilai variabel dalam persamaan regresi logistik biner B S.E. Wald df Sig. ExpB Komunikasi X1 Insentif X2 Kesejahteraan X3 K3 X4 Hub_Industrial X5 Constant -1.350 4.923 -4.040 2.766 3.478 -20.671 1.851 1.897 2.135 3.649 1.817 10.337 .532 6.736 3.582 .575 3.665 3.999 1 1 1 1 1 1 .466 .009 .058 .448 .056 .046 .259 137.365 .018 15.900 32.407 .000 Hasil analisis regresi logistik biner dengan memasukkan semua komponen dari variabel independen, terlihat bahwa nilai konstanta adalah sebesar -20,671, koefisien X1 komunikasi adalah sebesar -1,350, koefisien X2 insentif sebesar 4,923, koefisien X3 kesejahteraan karyawan adalah sebesar -4,040, koefisien X4 keselamatan dan kesehatan kerjaK3 sebesar 2,766 dan koefisien X5 hubungan industrial Pancasila adalah sebesar 3,478. Berdasarkan nilai pada Tabel 25, maka persamaan log logistiknya menjadi: ln p 1 − p = −20.671 − 1.350 X1 + 4.923 X2 − 4.040 X3 + 2.766 X4 + 3.478 X5 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 22 Persamaan regresi di atas terlihat bahwa Log of Odds karyawan akan loyal berhubungan secara negatif dengan komunikasi dan kesejahteraan, serta berhubungan positif dengan insentif, keselamatan dan kesehatan kerja K3 dan hubungan industrial Pancasila. Tingkat loyalitas karyawan melalui variabel komunikasi sebagai berikut, dimana setiap terjadi peningkatan komunikasi efektif akan meningkatkan Log of Odds loyalitas karyawan menjadi loyal sebesar 1,350, dengan variabel independen lainnya dianggap konstan. Sedangkan, memprediksi loyalitas karyawan melalui variabel insentif dapat diinterpretasikan setiap terjadi peningkatan insentif yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaan akan meningkatkan Log of Odds loyalitas karyawan menjadi tidak loyal sebesar 4,923, dengan variabel independen lainnya dianggap konstan Santosa, 2005. Sedangkan, untuk nilai konstanta pada Log of Odds adalah sebesar -20,671 mengindikasikan bahwa tingkat awal loyalitas karyawan pada Log of Odds adalah sebesar -20,671 dengan asumsi variabel independen lainnya program pemeliharaan karyawan dianggap tidak memiliki pengaruh atau konstan. Bedasarkan perhitungan uji Wald sebelumnya Tabel 23, dapat disimpulkan bahwa program pemeliharaan yang dapat mempengaruhi tingkat loyalitas karyawan adalah insentif X2. Dimana, dapat diinterpretasikan melalui rasio Odds sebagai berikut, peluang karyawan menjadi loyal dengan peningkatan insentif yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaan 137,365 kali dibandingkan dengan apabila perusahaan menurunkan insentif yang diberikan kepada karyawan, dengan asumsi jika variabel independen lainnya sama Juanda, 2008. Hal tersebut dapat dilihat pada hubungan antara rasio Odds dan variabel independennya. Sedangkan, untuk nilai konstanta memiliki nilai odds ratio sebesar 0 nol yang mengindikasikan bahwa peluang karyawan menjadi loyal dengan adalah sebesar 0 kali tanpa peluang perubahan dengan asumsi nilai odds ratio variabel independen program pemeliharaan karyawan lainnya dinggap tidak memiliki pengaruh atau konstan. Pada variabel kesejahteraan karyawan, memiliki nilai odds ratio paling kecil 0,018 dibandingkan dengan nilai odds ratio variabel independen lainnya yang memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kesejahteraan karyawan memiliki pengaruh yang tidak terlalu tinggi dalam mempengaruhi tingkat loyalitas karyawan. Variabel kesejahteraan karyawan ini malah cenderung tidak mendukung loyalitas karyawan atau dengan kata lain variabel ini lebih condong untuk menarik menjadi tidak loyal. Semakin tinggi kesejahteraan karyawan maka semakin rendah loyalitas karyawan. Hal ini disebabkan karena apabila kesejahteraan karyawan sudah dipenuhi, maka karyawan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor cenderung untuk bersikap tidak loyal. Mungkin hal ini disebabkan karena berubahnya pola pikir karyawan pada perusahaan tersebut, yang awalnya berorientasi pada materi menjadi berorientsi pada non materi. Mungkin faktor-faktor lain yang membuat karyawan menjadi loyal secara non materi yaitu berupa kepuasan kerja, motivasi yang diberikan oleh perushaan, promosi jabatan, pengadaan pelatihan untuk pengembangan kemampuanskill, dan lingkungan kerja yang produktif. ψerdasarkan Tabel 25, dugaan nilai koefisien parameter β tidak ada yang tidak proporsional pada variabel, semua koefisien β masih dapat di tolerir dan model regresi logistik biner tersebut masih baik dalam memprediksi loyalitas karyawan melalui program pemeliharaan karyawan. Hal ini menyebabkan model regresi logistik biner tersebut tidak perlu dilakukan reduksi Nachrowi dan Usman, 2002. Berdasarkan hasil regresi logistik biner diketahui bahwa kategori 1 pada Y menunjukkan bahwa karyawan berada pada kategori loyal, sedangkan untuk Y = 0 menunjukkan bahwa karyawan berada pada kategori tidak loyal. Kategori pada variabel bebas menunjukkan hal yang berbeda, untuk Xj = 1 menunjukkan karyawan menjadi tidak loyal melalui faktor Xj, sedangkan Xj=0 menunjukkan bahwa karyawan menjadi loyal melalui faktor Xj. Hal ini menyebabkan dugaan parameternya negatif -. Ukuran hubungan asosiasi antara nilai variabel independen Y dengan nilai dugaan peluangnya Px, dapat dilihat pada Tabel 26 sebagai berikut: Tabel 26. Hubungan antara nilai aktual variabel dependen Y dengan nilai dugaan peluangnya Px Measures of Association: Between the Response Variable and Predicted Probabilities Pairs Number Percent Summary Measures Concordant 565 91.0 Somers D 0.82 Discordant 55 8.9 Goodman-Kruskal Gamma 0.82 Ties 1 0.2 Kendalls Tau-a 0.17 Total 621 100.0 Berdasarkan nilai Concordant Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa 91 persen pengamatan dengan kategori loyal Y=1 mempunyai peluang lebih besar pada kategori loyal Y=1. Sedangkan, dari nilai Disconcordant dapat disimpulkan bahwa 8,9 persen pengamatan dengan kategori tidak loyal Y=0 mempunyai peluang lebih besar pada kategori loyal Y=1. Adapun berdasarkan nilai Ties merupakan persentase pengamatan dengan peluang pada kategori loyal sama dengan peluang pada kategori tidak loyal yaitu sebesar 0,2 persen. Berdas arkan ukuran ringkas asosiasinya Somers’ D, Goodman- Kruskal Gamma, dan Kendal’s Tau-a ukurannya cukup besar. Semakin besar ukuran asosiasi tersebut ke 1 satu, maka semakin baik daya prediksi dari model dugaan yang diperoleh.

4.8. Implikasi Manajerial