Apakah pemberian bantuan pengembangan kemitraan usaha bagi UKM tepat sasaran? Apakah telah terjadi bantuan pelatihan yang tepat sasaran?

160 Lampiran 7 Hasil Tabulasi Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Program CSR PKT NO INDIKATOR RESPON DEN SANGAT BAIK BAIK CUKUP BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK 1 Pembinaan olahraga dan seni budaya 90 5 12 33 38 2 2 Bantuan Pinjaman Kredit Modal kerja 90 11 42 24 12 1 3 Pelatihan dan pengembangan kewirausahaan 90 3 25 26 32 4 4 Bantuan pengembangan fasilitas usaha 90 5 37 13 32 3 5 Bantuan Korban bencana alam 90 12 27 25 21 5 6 Pendidikan masyarakat beasiswa 90 4 8 24 42 12 7 Kesehatan masyarakat 90 5 16 46 18 5 8 Peningkatan Sarana dan prasarana umum 90 2 3 20 33 32 9 Bantuan sarana ibadah 90 5 6 40 35 4 10 Pelestarian alam 90 3 4 31 38 14 161 Lampiran 8 Hasil Tabulasi Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Kepentingan Program CSR PKT NO. INDIKATOR RESPON DEN SANGAT PENTING PENTING CUKUP PENTING KURANG PENTING TIDAK PENTING 1 Pembinaan olahraga dan seni budaya 90 7 15 22 43 3 2 Bantuan Pinjaman Kredit Modal kerja 90 24 29 22 14 1 3 Pelatihan dan pengembangan kewirausahaan 90 21 30 25 13 1 4 Bantuan pengembangan fasilitas usaha 90 28 28 26 6 2 5 Bantuan Korban bencana alam 90 12 18 24 30 6 6 Pendidikan masyarakat beasiswa 90 6 22 29 25 8 7 Kesehatan masyarakat 90 8 26 28 23 5 8 Peningkatan Sarana dan prasarana umum 90 9 18 25 32 6 9 Bantuan sarana ibadah 90 11 23 38 16 2 10 Pelestarian alam 90 12 28 35 12 3 162 Lampiran 9 Hasil Perbandingan Harapan Masyarakat Terhadap Kinerja Program CSR PKT NO. INDIKATOR RESPONDEN PERFORMANCE IMPORTANCE KESESUAIAN 1 Pembinaan olahraga dan seni budaya 90 44 44 100 2 Bantuan Pinjaman Kredit Modal kerja 90 64 67 95 3 Pelatihan dan pengembangan kewirausahaan 90 48 66 72 4 Bantuan pengembangan fasilitas usaha 90 53 71 74 5 Bantuan Korban bencana alam 90 56 50 111 6 Pendidikan masyarakat beasiswa 90 36 48 75 7 Kesehatan masyarakat 90 49 53 94 8 Peningkatan Sarana dan prasarana umum 90 25 48 52 9 Bantuan sarana ibadah 90 43 57 75 10 Pelestarian alam 90 34 59 58 163 Lampiran 10 Tabulasi Keterkaitan Mitra Binaan Program Kemitraan No U R A I A N Ya Tidak 1. Apakah perusahaanusaha anda menjalin kerjasama bisnis dengan perusahaan atau pihak lain? 80 20 2. Apakah perusahaanusaha anda hanya menjalin kerjasama dalam bidang pemasaran dan distribusi dengan perusahaan atau pihak lainnya? 66,7 33,3 3. Apakah perusahaanusaha anda merupakan bagian dari mata rantai produksi perusahaan besar atau pihak lainnya? 33,9 66,1 4. Apakah perusahaanusaha anda seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan besar sehingga menjadi bagian dari unit organisasi perusahaan lain? 31,6 68,4 5. Apakah usaha anda mendapatkan order atau pesanan dari perusahaan atau pihak lainnya? 89,8 10,2 6. Apakah usaha anda mendapatkan pasokan bahan baku dari perusahaan atau pihak lainnya? 62,7 37,3 7. Apakah usaha anda mendapatkan modal kerja dari perusahaan atau pihak lainnya? 44,6 55,4 8. Apakah hasil usaha anda ditampung pada perusahaan atau pihak lain yang telah memberikan bantuan modal kerja? 32,2 67,8 9. Apakah dalam menjalankan usaha, anda bekerjasama dengan pihak luar negeri? 28,1 71,9 Tabulasi Keterkaitan Horisontal No U R A I A N Ya Tidak 1 Apakah perusahaanusaha anda memiliki kerjasama dengan pengusaha kecilmenengah lainnya? 90,6 9,4 2 Bentuk kerjasama antara pengusaha kecil yang biasa dilakukan? 100 -  Pembelian bahan baku 59 -  Penjualan produk bersama 31 -  Lain-lain 9 - 164 Lampiran 11 Daftar Nama Mitra Binaan PKT Dissektor Perikanan dan Kelautan NO NAMA MITRA KODE MB JENIS USAHA NILAI PENYALURAN 1 DG.PARANRENG,H 2010D002 TANITAMBAK 14,000,000 2 SAHA 2009S145 TANITAMBAK 15,000,000 3 PATAHUDDDIN 2009P014 TANITAMBAK 16,000,000 4 MASDAR 2009M100 TANITAMBAK 16,000,000 5 SAMSU 2009S144 TANITAMBAK 15,000,000 6 JUDDING,H 2009J028 TANITAMBAK 16,000,000 7 RANTO 2009R043 TANITAMBAK 15,000,000 8 BEDDUHALING,H 2010B008 BELATKERAMBA 50,000,000 9 BURHANUDDIN 2010B007 KERAMBA 35,000,000 10 PIRMAN,H 2009P015 TANITAMBAK 15,000,000 11 CORING 2010C001 NELAYAN 7,500,000 12 BURHANSABIR 2010B006 NELAYAN 20,000,000 13 AHMAD 2010A018 PRASARANANELAYAN 25,000,000 14 SIRAYU 2010S029 NELAYAN 10,000,000 15 HABA 2010H007 NELAYAN 7,000,000 16 TANASE 2010T002 TANITAMBAK 10,000,000 17 BADARUDDIN 2010B012 KELOMPOKNELAYAN 25,000,000 18 RUSTAM 2010R006 KELOMPOKNELAYAN 24,000,000 19 ISMAILNASARUDDIN 2010I012 NELAYAN 7,000,000 20 AHMADT 2010A04 NELAYAN 13,000,000 21 TASRI 2010T008 NELAYAN 4,000,000 22 ABDULMALIK 2010A039 PEDAGANGIKAN 40,000,000 23 ISMAIL 2010I013 NELAYAN 4,000,000 24 RUSTAN 2010R008 NELAYAN 25,000,000 25 MUKHTAR 2010M030 KERAMBA 30,000,000 26 HATTABETA 2010H013 TANITAMBAK 20,000,000 27 RUSTAMSINRING 2010R007 NELAYAN 10,000,000 28 HARIANI 2010H020 TANITAMBAK 16,000,000 29 JACOBPAMASI 2009Y013 KOLAMBUDIDAYA 65,000,000 30 KASTANBETTA 2010K011 TANITAMBAK 30,000,000 31 AZIS 2010A023 KERAMBA 35,000,000 32 MUHAMMADNASIR 2010M027 NELAYAN 1,700,000 33 MURSALIM 2010M045 KOLAMBUDIDAYA 37,000,000 165 Lampiran 11 lanjutan NO NAMA MITRA KODE MB JENIS USAHA NILAI PENYALURAN 34 HASAN 2010H027 NELAYAN 15,000,000 35 RAMLIRAZAK,H 2010R016 NELAYAN 28,000,000 36 MUHAMMADTHAHIR 2010M045 NELAYAN 10,000,000 37 AMINNUR 2010A057 PRASARANANELAYAN 15,000,000 38 ALFIAN 2010A053 KELOMPOKNELAYAN 35,000,000 39 NAJEMUDDIN 2010N029 NELAYAN 10,000,000 40 HERMAN 2010H019 NELAYAN 10,000,000 41 LATIF 2010L004 NELAYAN 30,000,000 42 MAKMUR,H 2010M068 NELAYAN 95,000,000 43 SUPRIANTO 2010S086 TANITAMBAK 8,000,000 44 JAYA 2010J010 NELAYAN 15,000,000 45 BASRI 2010B018 NELAYAN 15,000,000 46 HASAN 2010H035 NELAYAN 30,000,000 47 MAHIR 2010M077 NELAYAN 25,000,000 48 SYARIFUDDIN 2010S113 NELAYAN 10,000,000 49 ARIS 2010A071 NELAYAN 5,000,000 50 PARNOSUJARNO,H 2010P018 TANITAMBAK 60,000,000 51 BAHARUDDIN 2010B022 NELAYAN 7,000,000 52 NASRUDDIN 2010N041 PEDAGANGIKAN 25,000,000 53 JUFRIADI 2010J016 PEDAGANGIKAN 15,000,000 54 IDHAN 2010I047 PEDAGANGIKAN 15,000,000 55 USMAN 2011U001 NELAYAN 10,000,000 56 WARDLHAN 2010W010 PRASARANANELAYAN 20,000,000 57 SADIKE 2011S016 NELAYAN 50,000,000 58 HAERUDDIN,SE 2011H012 KOLAMBUDIDAYA 35,000,000 59 SYAMSURI 2011S022 KELOMPOKNELAYAN 35,000,000 60 DENNYWAHYUDI 2011D005 NELAYAN 20,000,000 61 HAMSAH 2011H008 KERAMBA 7,500,000 LAMPIRAN ABSTRACT TAUFIK HASBULLAH. Design Strategy of Corporate Social Responsibility CSR in the Economic Empowerment of Local Communities and Coastal Resources Management in Bontang Case Study of PT Pupuk Kaltim. Under supervision of TRIDOYO KUSUMASTANTO, LUKY ADRIANTO and SUGENG BUDIHARSONO. The purpose of this study is to analyze the impact of PT Pupuk Kaltim and the presence of its industrial activity on the economic growth of Bontang. To analyze the role of company’s CSR activities towards the economic empowerment on local communities and management of coastal resources in Bontang. and to develop a design strategy to economically empower local communities and coastal resources management in Bontang. Location Quotient LQ methods and Shift Share to observe the influence of company’s industrial activity and its economic impact on Bontang. Importance Performance Analysis IPA to observe the effectiveness of company’s CSR activities. To assess the sustainability of coastal areas, a modified method by measuring dimensional aspects of sustainability which are ecological, economic, socio-cultural, infrastructure and technology, as well as legal and institutional. The results of LQ analysis indicates that Bontang economic growth is highly correlated with the presence of manufacturing sector. Based on the analysis, which covers oil and gas industry, this study exceptionally concludes the presence of gas industry does have a strong role with a value greater than 1 and, coefficient of determination of 1.582 to the regional economy. Meanwhile, the shift share analysis shows that the role of regional economic structures is large enough to reach 92. The ratio is mainly contributed by the potential of regional economic which is 46. The results of IPA analysis show the significance of company’s CSR activities is sufficient to meet the expectations of coastal communities. Overall, the analysis concludes that the level of sustainability of coastal area in multi-dimensional value is 53.73, which lays in category of fairly continuous. Based on the analysis the sustainability of individual criterion are fairly sustainability for ecology 50.43, infrastucture and technological 60.83, and legal and institutional 55.33. Furthermore, the dimension of economic and socio-cultural are weak sustainability. The design of coastal development strategy is intended to encourage the Bontang City development sectors based on renewable coastal resources so that it can be a driving force for coastal economic activity in the future. Whereas, in particular for the CSR design strategy is to build economic self-reliance of local communities, community capacity building in integrated coastal management and resource conservation in coastal of Bontang City. . Keywords: CSR, Empowerment, Coastal, LQ, Shift Share, IPA, Rapfish. RINGKASAN TAUFIK HASBULLAH. Desain Strategi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Kota Bontang Studi Kasus PT Pupuk Kaltim. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO, LUKY ADRIANTO dan SUGENG BUDIHARSONO. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir Kota Bontang sangat menentukan keberlanjutan pembangunan Kota Bontang yang berada di wilayah pesisir, dimana di dalamnya terdapat aktivitas ekonomi berskala besar yakni PT Pupuk Kaltim PKT dan PT Badak NGL BADAK yang perlu ditingkatkan perannya dalam pembangunan ekonomi maupun tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir di Kota Bontang. Penelitian ini dilakukan di seluruh kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir Kota Bontang yaitu, Bontang Kuala, Bontang Baru, Lhok Tuan, Guntung, Berbas Pantai, Berbas Tengah, Tanjung Laut Indah, Tanjung Laut dan Kelurahan Belimbing. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis keberadaan perusahaan industri pengolahan PKT terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bontang, serta secara khusus menganalisis tanggung jawab sosial perusahaan CSR terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir Kota Bontang, dengan mengambil studi kasus peran CSR di PKT, dimana selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun desain strategi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir di Kota Bontang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient LQ dan Shift Share untuk melihat pengaruh keberadaan perusahaan industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Peran dan efektifitas program CSR terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan pesisir dianalisis menggunakan Importance Performance Analysis IPA. Selanjutnya dalam mengkaji keberlanjutan wilayah pesisir digunakan metode Rapfish dengan mengukur lima dimensi keberlanjutan yakni, dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi infrastruktur dan teknologi, serta dimensi hukum dan kelembagaan. Hasil analisis tersebut diatas dirumuskan menjadi desain dan strategi pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bontang sangat dipengaruhi oleh keberadaan sektor industri pengolahan. Dari hasil perhitungan LQ sektor industri pengolahan baik dengan migas maupun tanpa migas memiliki peranan kuat dengan nilai lebih besar dari 1, dengan koefisien determinasi sebesar 1,582 terhadap perekonomian daerah. Sedangkan analisis shift share menunjukkan bahwa peran struktur ekonomi daerah cukup besar yakni mencapai 92 , rasio tersebut ditopang oleh kontribusi kekhususan potensi ekonomi daerah yakni 46 . Hasil analisis efektifitas dengan metode IPA menunjukkan signifikansi CSR terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, dimana secara umum menegaskan bahwa aktifitas CSR telah cukup memenuhi ekspektasi dari masyarakat pesisir. Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bontang menunjukkan tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Kota Bontang secara multi dimensi sebesar sebesar 53,73 dan termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan, dimana diperoleh dari nilai dimensi ekologi sebesar 50,43, dimensi ekonomi 49,90, dimensi sosial budaya 48,18, dimensi infrastruktur dan tekhnologi sebesar 64,83 dan dimensi hukum dan kelembagaan sebesar 55,33. Strategi pengembangan kawasan pesisir Kota Bontang secara umum yaitu dengan mendorong perkembangan sektor-sektor yang berbasis sumberdaya pesisir terbaharui sehingga dapat menjadi penggerak bagi kegiatan ekonomi pesisir. Sedangan secara khusus adalah dengan membangun kemandirian ekonomi masyarakat lokal, peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir terpadu dan upaya pelestarian sumberdaya di wilayah pesisir Kota Bontang. Kata Kunci : CSR, Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, LQ, Shift Share, IPA, Rapfish

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan pedalaman. Hal ini disebabkan karena kawasan pesisir memiliki karakteristik sumberdaya alam yang berbeda yang selanjutnya mempengaruhi tindakan dan aksi pelaku ekonominya. Jadi kondisi alam membuat perbedaan masyarakat dalam pandangan, sikap, dan tindakan mereka dalam hal mengembangkan wilayah pesisir. Perbedaan cara pandang inilah yang seharusnya dipahami pengambil keputusan yang terkait dengan pembangunan kawasan pesisir. Pemahaman ini sangat diperlukan supaya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir tepat arah, sasaran, guna dan manfaat. Chua dan Pauly 1989 mengelompokkan degradasi dan marjinalisasi kawasan yang terjadi di Indonesia disebabkan 1 Sebagian besar sumberdaya hayati pesisir mengalami eksploitasi lebih dan ekosistem pesisir mengalami tekanan berat; 2 Terjadi degradasi lingkungan karena kerusakan dan polusi dari laut dan darat; 3 Sebagian besar penduduk hidup dalam kondisi miskin, sementara proses pemiskinan berlangsung terus dan di pihak lain makin terjadi ketimpangan pendapatan; 4 Instansi yang ada tidak dapat menjawab masalah- masalah yang muncul; 5 Penegakan hukum tidak berjalan dengan baik; 6 Sangat kurang apresiasi publik terhadap pengelolaan yang berkelanjutan; 7 Sangat kurang pelaksanaan pembangunan secara terintegrasi; 8 Sangat rendah kapasitas masyarakat, meskipun potensi yang ada cukup besar. Kota Bontang di Propinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah 49.757 Ha, dimana sekitar 34.977 Ha 70,29 diantaranya merupakan wilayah pesisir atau laut, sehingga karakteristik masyarakat Kota Bontang tentunya sangat dipengaruhi oleh kehidupan pesisir dan laut. Masyarakat Kota Bontang merupakan masyarakat heterogen yang terbentuk secara genekologis perkawinan dan teritorial bersama menempati suatu wilayah dalam mencari 2 penghidupan dari berbagai etnis. Tercatat hampir 60-70 penduduknya adalah pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan etnis Bugis. Dengan dibukanya Kota Bontang sebagai kawasan industri yang digerakan oleh industri pengolahan gas alam cair PT. Badak NGL BADAK dan PT. Pupuk Kaltim PKT menjadi faktor pendorong bagi para pendatang untuk masuk wilayah ini dengan tujuan utama untuk mendapatkan pekerjaan. Pada umumnya para pendatang yang memiliki pendidikan dan ketrampilan yang cukup akan direspon pasar kerja dengan hasil yang lebihbaik. Kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi keterampilan tertentu telah menjadi persoalan tersendiri di Kota Bontang. Kondisi ini dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja untuk industri pengilangan gas alam cair dan industri pupuk banyak menggunakan tenaga kerja dari luar Kota Bontang, dimana BADAK dan PKT mensyaratkan kualitas yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja yang belum dapat dipenuhi tenaga kerja lokal. Dalam lima tahun terakhir yakni tahun 2006 sampai 2010, tercatat hanya 427 orang yang diterima sebagai karyawan tetap PKT, terdiri dari 46 tenaga kerja lokal dan 54 berasal dari luar Kota Bontang, sementara rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,98 per tahun atau 3.120 jiwa per tahun. Dengan keberadaan dua perusahaan besar ini adalah wajar jika jumlah penduduk Kota Bontang senantiasa bertambah. Pembangunan kawasan industri dan kegiatan operasionalnya di wilayah pesisir Kota Bontang juga menyebabkan perubahan ekologis yang memberikan tekanan signifikan terhadap ekosistem wilayah pesisir, dimana pada akhirnya dapat mengubah struktur pemanfaatan ruang pesisir Kota Bontang. Tekanan terhadap sumberdaya pesisir sering diperberat oleh tingginya angka kemiskinan di wilayah tersebut serta rendahnya pemahaman akan upaya konservasi. Kemiskinan sering pula menjadi lingkaran setan vicious circle dimana penduduk yang miskin sering menjadi sebab rusaknya lingkungan pesisir. Namun penduduk miskin pula yang akan menanggung dampak dari kerusakan lingkungan. Salah satu aspek pengelolaan wilayah pesisir yang baik adalah dengan mencarikan alternatif pendapatan sehingga mengurangi tekanan penduduk terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir. 3 Kondisi ini menuntut agar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR wajib lebih berperan dalam pembangunan di Kota Bontang, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu di Kota Bontang. CSR adalah upaya yang wajib dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasionalnya terhadap pembangunan yang berkelanjutan sustainable development, dimana konsep pembangunan berkelanjutan tersebut meliputi pertumbuhan ekonomi economic growth, kelestarian terhadap lingkungan environmental protection, dan kesetaraan sosial social equity. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi semata profit, melainkan juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan planet dan kesejahteraan masyarakat people. Pelaksanaan CSR di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Didalam Undang-Undang ini pada pasal 74 dinyatakan bahwa semua Perseroan Terbatas wajib hukumnya melaksanakan tanggung jawab sosial CSR, sehingga CSR menjadi bagian dari rencana penganggaran perusahaan. Sementara itu perusahaan negara berbentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN memiliki acuan pelaksanaan tanggung jawab sosial berdasarkan Undang-Undang BUMN Pasal 2 ayat 1 huruf e dan Pasal 88 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2003 jo. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05MBU2007. Didalam ketentuan tersebut semua BUMN yang berada dibawah pengelolaan pemerintahan Indonesia wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL, dimana dananya adalah alokasi dari sisa keuntungan perusahaan sebesar maksimal 2 untuk masing-masing kegiatan. Dengan dasar pemikiran seperti yang telah diterangkan diatas, maka perlu dilakukan suatu kajian tentang ”Desain Strategi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Sumberdaya Pesisir Kota Bontang Studi Kasus PT Pupuk Kaltim”. 4

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Potensi yang begitu besar dimiliki Kota Bontang, baik sumberdaya alam yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih, merupakan tumpuan pembangunan Kota Bontang dimasa yang akan datang, dimana segenap aktifitas serta permukimannya dengan derap pembangunan yang sangat intensif berada di kawasan pesisir. Kenyataan menunjukkan bahwa besarnya tekanan penduduk dengan dinamika sosial ekonomi dan tuntutan pemerintah daerah untuk memperoleh sumber dana bagi peningkatan akselerasi pembangunan telah memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang menjadi modal pembangunan masa kini dan masa yang akan datang. Isu dan permasalahan di pesisir Kota Bontang tidak jauh beda dengan permasalahan kota-kota pesisir lainnya di Indonesia. Permasalahan yang ada berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia. Pemanfaatan sumberdaya ini selalu menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi fisik pesisir Kota Bontang. Kerusakan fisik lingkungan antara lain disebabkan oleh adanya aktivitas di darat dan aktivitas di laut. Kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas di darat adalah pencemaran akibat limbah buangan industri dan rumahtangga, sedangkan aktivitas di laut adalah adanya abrasi pantai, sedimentasi di dasar perairan pantai, dan kerusakan ekosistem terumbu karang serta ekosistem pesisir lainnya. Kerusakan fisik lingkungan ini tidak terlepas dari adanya konflik pemanfaatan ruang dari berbagai kegiatan yang ada di pesisir Kota Bontang. Di kawasan pesisir Kota Bontang, intensitas penggunaan atau pemanfaatan ruang cukup tinggi sehingga berpeluang timbulnya masalah yang berakibat negatif bagi keberlanjutan keberadaan sumberdaya alam pesisir Kota Bontang. Hasil penelitian UGM 2001, Sucofindo 2001, UNDIP 2002 dan IPB 2010 menunjukkan adanya pencemaran, erosi, degradasi fisik habitat potensial seperti mangrove dan terumbu karang, serta konflik penggunaan ruang dan sumberdaya di kawasan pesisir dan laut kota Bontang, yang pada akhirnya mengancam kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. 5 Diperkirakan sekitar 100 Ha lahan mangrove telah beralih fungsi menjadi kawasan pabrik industri PKT sejak tahun 1979, disamping itu dari pengamatan transect line terumbu karang sepanjang 32 km di areal pesisir PKT, hanya sekitar 5 km 15 saja yang berada dalam kondisi normal, selebihnya 21 km 66 dalam keadaan rusak dan 6 km 19 dalam kondisi transisi, hal ini terjadi akibat aktivitas dredging dan dumping sekitar 247.000 m 3 Permasalahan yang berkembang di kawasanpesisirkotaBontang, antara lain Sucofindo, 2001; UGM, 2001; UNDIP, 2002; IPB, 2010 : pasir laut pada saat pembangunan dermaga dan pabrik PKT.  Kawasan pesisir dan laut Kota Bontang saat ini dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yaitu industri PKT, BADAK, PT. Indominco, kawasan lindung Taman Nasional Kutai, permukiman, pertambakan, budidaya laut, alur pelayaran, pelabuhan, daerah penangkapan ikan dan pariwisata. Kaitannya dengan penggunaan ruang oleh industri besar yang ada diwilayah ini, belum ada kajian yang membahas tentang kontribusi industri terhadap masyarakat dan sumberdaya pesisir, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Terjadinya degradasi lingkungan di beberapa lokasi di Kota Bontang antara lain : kerusakan terumbu karang, abrasi laut yang menyebabkan pulau-pulau kecil menjadi berkurang luasannya, misalnya Pulau Beras Basah yang menjadi andalan pariwisata Kota Bontang, hutan mangrove yang dialihkan penggunaannya untuk pertambakan dan pemanfaatan lainnya.  Intensitas aktivitas industri yang terus meningkat di Kota Bontang terutama industri pengolahan berskala besar seperti PKTdanBADAK yang membuang residulimbah pabrik ke laut, mengakibatkan terjadinya pencemaran di wilayah pesisir dan lautan.  Masih dominannya sektor industri migas yang mengandalkan eksploitasi sumberdaya tak terbaharui non-renewable resources sementara sektor- sektor yang berkaitan dengan kawasan pesisir dan laut masih tertinggal.  Adanya rencana pengembangan Kota Bontang yaitu perluasan kawasan pesisir yang mencakup Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kertanegara, rencana penggunaan lahan di wilayah perluasan Kota Bontang, rencana pemanfaatan kawasan pesisir kota Bontang sampai tahun 2027 yang meliputi 6 kawasan lindung, kawasan budidaya, pariwisata, perikanan tangkap, industri, pemukiman. Rencana tersebut selama ini belum didukung dengan kajian ilmiah penetapan kawasan. Untuk itulah pemerintah Kota Bontang melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPEDA bekerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan PKSPL IPB telah menerbitkan Peraturan Daerah Perda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah RTRW yang mengatur hal tersebut.  Masih tingginya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap PKTterutama di wilayah bufferzone. Hal tersebut perlu direspon secara proporsional oleh perusahaan sehingga tercipta suasana kondusif. Suasana yang kondusif sangat diperlukan perusahaan untuk bisa melakukan kegiatan produksi yang berkelanjutan.  Adanya pergerseran kepemilikan dunia usaha, dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan publik. Secara tidak langsung hal ini bermakna perusahaan tidak lagi hanya sebatas institusi bisnis, tetapi telah bergeser menjadi institusi sosial. Dunia usaha tidak hanya bertugas mencari keuntungan, tetapi juga harus berperan menjadi institusi yang memiliki tanggungjawab sosial.  Kesadaran akan pentingnya CSR menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan produksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia HAM.  Trend global lainnya di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan program CSR. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1 Bagaimanaperan PKTterhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir di Kota Bontang ? 2 Bagaimana tingkat keberlanjutan sustainability dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kota Bontang ?