Analisis Komparasi tentang Competence, Conscience, dan Compassion
2. Aspek Conscience
Dalam penelitian ini aspek conscience yang dikembangkan adalah nilai kejujuran. Namun selain itu, aspek conscience didukung pula
dengan pengukuran sikap dan minat siswa. Aspek conscience diukur mnggunakan kuesioner yang diberikan pada pra penelitian dan akhir
siklus. Kuesioner menggunakan pengukuran dengan skala lima. Data yang diperoleh mulai dari awal siklus I sampai akhir siklus I
mengenai aspek conscience sikap, minat, kejujuran dapat disajikan secara ringkas pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14 Perkembangan Skor Rata-rata Aspek Conscience siklus I
Saat Pengukuran Sikap Minat Kejujuran Rata-rata
Awal siklus I 3,7
3,1 3,4
3,4 Akhir siklus I
4,0 3,7
3,3 3,7
Perubahan 8,1
19,4 2,9
10,1
Data yang diperoleh mulai dari awal siklus II sampai akhir siklus II mengenai aspek conscience dapat disajikan secara ringkas pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.15 Perkembangan Skor Rata-rata Aspek Conscience siklus II
Saat Pengukuran Sikap Minat Kejujuran Rata-rata
Awal siklus II 4,0
3,7 3,3
3,7 Akhir siklus II
4,2 3,6
3,5 3,8
Perubahan 5
2,9 5,1
4,3
Berdasarkan data yang diperoleh mulai dari awal siklus I sampai akhir siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan atau
peningkatan pada aspek conscience selama penerapan PPR dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.16 Perkembangan Skor Rata-rata Aspek Conscience siklus I dan
siklus II Saat pengukuran
Rata- rata
Skor Keterangan
Rata-rata Skor Sebelum
dan Sesudah
Awal siklus I Sebelum Penerapan PPR
3,4 Cukup Baik
3,4 Akhir siklus I Sesudah
Penerapan PPR 3,7
Baik 3,8
Akhir siklus II Sesudah Penerapan PPR
3,8 Baik
Pada tabel di atas terlihat bahwa rata-rata skor aspek conscience siswa pada mata pelajaran ekonomi mengalami peningkatan pada setiap
saat pengukuran. Hasil konversi data kuantitatif ke data kualitatif skala lima berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP menunjukkan bahwa
perkembangan aspek conscience selama siklus I hingga siklus II mengalami peningkatan kategori dari cukup baik hingga baik.
Peningkatan rata-rata skor awal siklus I dan rata-rata akhir siklus I menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor antara sebelum dan
sesudah PPR. Skor rata-rata awal siklus I sebesar 3,4 mengalami penigkatan hingga menjadi 3,7 pada akhir siklus I. Demikian juga pada
siklus II, terjadi peningkatan skor rata-rata menjadi 3,8. Dengan demikian, peningkatan rata-rata skor aspek conscience terjadi pada
siklus I dan siklus II. Hal ini dapat ditunjukkan dari skor rata-rata aspek conscience
sebelum penerapan PPR sebesar 3,4 meningkat menjadi 3,8 sesudah penerapan PPR.
Perkembangan aspek conscience didukung oleh hasil refleksi dan aksi siswa. Hasil refleksi dan aksi menunjukkan bahwa hati nurani
siswa lebih menyadari bahwa kejujuran memberikan manfaat untuk kehidupannya.
3. Aspek Compassion
Dalam penelitian ini, aspek compassion yang dikembangkan adalah nilai kerja sama. Kerja sama yang dimaksud adalah kerja sama
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan tugas. Pengukuran pada aspek compassion juga menggunakan kuesioner yang
diberikan pada awal dan akhir siklus. Kuesioner menggunakan pengukuran dengan skala lima. Data skor rata-rata kelas pada aspek
compassion dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.17 Perkembangan Skor Rata-rata Aspek Compassion
Saat pengukuran Rata-
rata Skor
Keterangan Rata-rata
Skor Sebelum dan Sesudah
Awal siklus I Sebelum Penerapan PPR
3,7 Baik
3,7 Akhir siklus I Sesudah
Penerapan PPR 4,0
Baik 4,1
Akhir siklus II Sesudah Penerapan PPR
4,2 Baik
Tabel 5.17 menunjukkan hasil dari aspek compassion siswa yang mengalami peningkatan skor dari awal hingga akhir siklus. Terlihat
pada awal siklus I hasil skor sebesar 3,7 sedangkan pada akhir siklus I meningkat menjadi sebesar 4,0 dan di akhir siklus II meningkat lagi
menjadi sebesar 4,2. Dapat dikatakan adanya peningkatan skor aspek compassion
antara sebelum dan sesudah penerapan PPR, yaitu dari 3,7 menjadi 4,1. Hasil skor antara sebelum dan sesudah penerapan PPR jika
dikonversikan ke data kualitatif, maka kedua hasil tersebut akan masuk dalam kriteria baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pada aspek compassion, meskipun kenaikan skor tersebut relatif kecil dan masih dalam kriteria yang sama yaitu baik.
Perkembangan aspek compassion juga tampak dari hasil refleksi dan aksi para siswa. Hasil refleksi dan aksi menunjukkan bahwa siswa
menyadari akan pentingnya dan manfaat kerja sama dalam kehidupan sehari-hari. Para siswa juga menuliskan niat-niat yang dituliskan pada
lembar aksi, yaitu akan menjalin komunikasi antar teman, saling menghargai satu sama lain, mampu menyumbangkan ide yang berguna
dalam kelompok, membantu teman yang mengalami kesulitan dan lain lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan, tampak bahwa pembelajaran ekonomi dengan menggunakan Paradigma Pedagogi
Reflektif dapat mengembangkan aspek competence, conscience, dan compassion
siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya hasil skor dari masing-masing aspek yang mengalami peningkatan mulai dari
sebelum hingga sesudah diterapkannya PPR dalam pembelajaran
ekonomi. Hasil peningkatan skor tersebut kiranya diperoleh dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan saat proses pembelajaran
berlangsung. Dimulai dengan tahap menggali pengalaman dan pengetahuan siswa yang biasa disebut tahap konteks dalam
pembelajaran PPR. Dalam tahap ini guru mencoba untuk menggali seberapa jauh siswa mengetahui tentang materi yang akan dipelajari.
Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa asing dengan materi uang, karena materi ini dirasa belum pernah dipelajari oleh siswa sebelumnya.
Selanjutnya tahap
pengalaman yang
diawali dengan
mengembangkan aspek competence. Untuk mengembangkan aspek ini, siswa dibantu melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti diskusi
kelompok dalam menyusun peta konsep dan permaianan
example non example
. Dari kegiatan tersebut, siswa mendapatkan manfaat untuk belajar memahami materi dengan membangkitkan motivasi dan
keaktifan siswa. Dengan begitu pembelajaran PPR ini tidak mengarah pada metode yang membosankan yaitu ceramah oleh guru. Selain itu
kegiatan-kegiatan ini juga menjadi dasar sebagai penentu hasil belajar siswa di tahap evaluasi.
Selanjutnya pada tahap pengalaman, siswa mencoba menemukan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam pembelajaran. Siswa
mencoba menggali nilai kejujuran sebagai aspek conscience yang ingin dicapai. Kejujuran dikembangkan
melalui artikel „Kisah Dompet yang Hilang, Nilai Sebuah
Kejujuran‟ yang berisi kisah seorang supir taxi
yang mengembalikan dompet seorang penumpang yang tertinggal saat menggunakan jasa taxi. Nilai kejujuran juga dikembangkan dengan
cerita „Dua Manusia Super di Pinggir Jalan‟ yang mengisahkan dua anak kecil yang berjualan tisu. Ketika datang seorang pembeli dan uang
yang diberikan terlalu banyak untuk harga tisu tersebut, kedua anak itu tetap
mengembalikan kembalian
walaupun pembeli
tidak mengharapkan kembalian.
Aspek yang perlu digali dalam pembelajaran adalah compassion. Aspek ini dikembangkan pada diskusi permainan yang mengedepankan
unsur kerja sama yang merupakan bagian dari compassion yang ingin dicapai. Siswa dalam diskusi permainan diingatkan akan pentingnya
kerja sama dalam menyelesaikan permainan dan dari pengalaman kerja sama, siswa diajak untuk melihat manfaat yang dapat diambil.
Ketiga aspek di atas tentunya tidak cukup jika hanya diketahui secara lisan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih
banyak mengenai manfaat dan makna yang diperoleh siswa dari pengalaman dalam mengembangkan ketiga aspek PPR tersebut. Untuk
itu setelah tahap pengalaman, siswa diajak untuk merefleksikan makna dari aspek PPR dan mencoba membangun niat-niat positif melalui
kegiatan aksi. Dari kegiatan aksi ini diharapkan suatu saat nanti siswa dapat mewujudkan niatnya tersebut secara konsisten dalam
kehidupannya masing-masing.
Peningkatan hasil penelitian pada aspek competence, conscience, dan compassion memang terlihat pada data yang diperoleh. Namun
peningkatan tersebut belum optimal dan hanya sedikit mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena untuk merubah karakter siswa dalam
kehidupan sehari-hari membutuhkan proses yang panjang. Begitu pula dengan niat-niat yang ingin dilakukan oleh siswa. Siswa membutuhkan
media untuk selalu mengingat akan niat yang dituliskan dalam pembelajaran yang berkelanjutan. Jadi proses pembelajan PPR harus
diteruskan hingga siswa menyadari akan karakter hidup yang baik untuk dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun berdasarkan
hasil, peningkatan skor rata-rata menunjukkan bahwa penggunakan PPR dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aspek
competence, conscience, dan compassion siswa, meskipun secara
kuantitatif kecil dan secara kualitatif masih berada pada kriteria yang sama.
98