IV.2. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Komunikasi Antar Pribadi dengan Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak
Remaja di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Tidak semua dari variabel X dan Variabel Y yang disilangkan dan dianalisa dalam bentuk silang. Penenliti hanya
menampilkan item-item penting dari variabel penelitian. Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang ini
terdiri dari: 1. Hubungan antara kemampuan untuk terbuka bebasa mengeluarkan isi
hati dengan kemampuan untuk mengenali emosi yang dirasakan atau yang sedang dialami.
2. Hubungan antara sikap positif positiveness dengan kemampuan untuk mengelola atau mengendalikan emosi.
3. Hubungan antara dukungan supportiveness dengan kemampuan untuk berpikir positif motivasi diri terhadap masalah yang dihadapi.
4. Hubungan antara suasana komunikasi dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain empati.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 40 Hubungan antara keterbukaan terhadap ayah dengan kemampuan
mengenali emosi
No Keterbukaan responden
terhadap ayah. Kemampuan untuk mengenali emosi yang dirasakan.
Tidak mampu
Mampu Sangat
mampu Total
F F
F F
1 Tidak terbuka
1 1.3
5 6.7 1
1.3 7
9.3 2
Biasa-biasa saja
8 10.7
26 34.7
6 8.0
40 53.3
3 Terbuka
4 5.3
7 9.3
4 5.3
15 20.0
4 Sangat terbuka
1 1.3
9 12.0
3 4.0
13 17.3
Total 14
18.7 47
62.7 17
18.7 75
100 Sumber: P.09FC.11-P.25FC.27
Tabel 40 diatas menunjukkan hubungan antara keterbukaan responden dengan kemampuannya untuk mengenali emosi yang dirasakan. Untuk mengenali
emosi yang dirasakan diperlukan pemantauan perasaan dari waktu ke waktu. Dengan adanya keterbukaan, seorang anak mampu menyatakan perasaannya
dengan jelas terhadap ayahnya, sang ayah dapat membantu sang anak untuk memberi nama terhadap emosi yang dirasakannya. Semakin mampu terbuka pada
emosinya sendiri, ia akan mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri. Seperti perasaan marah, senang, sedih, takut yang dirasakan dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
dengan jelas karena adanya keterbukaan antara ayah dan anak remajanya terhadap emosi yang dirasakannya.
Berdasarkan tabel 40 diatas 26 responden 34.7 menyatakan bahwa keterbukaan yang berlangsung pada tingkat biasa-biasa saja dalam artian tidak
tertutup ataupun sangat terbuka pada ayahnya tetap mampu untuk mengenali emosi yang sedang dirasakannya.
Dapat disimpulkan bahwa responden tetap mampu untuk mengenali emosi yang dirasakan walaupun tidak sepenuhnya bisa terbuka pada ayah. Berdasarkan
pendapat dari beberapa siswa terkadang mereka merasa lebih terbuka pada ibu ataupun sahabat mereka. Namun pada masalah-masalah tertentu mengharuskan
mereka untuk tetap terbuka pada ayahnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 41 Hubungan antara sikap positif dengan kemampuan mengendalikan emosi
No Sikap positif positiveness
responden terhadap
masukan atau nasihat dari
ayah. Kemampuan responden untuk mengendalikan emosi.
Sangat tidak
mampu Tidak
mampu Mampu
Sangat mampu
Total
F F
F F
F
1 Biasa saja
1 1.3
0 2 2.7
3 4.0
2 Mendengarkan
14 18.7 29 38.7
5 6.7 48
64.0 3
Sangat mendengarkan
dan mengakui kesalahan
6 8.0
14 18.7 4
5.3 24 32.0
Total 1
1.3 20 26.7
45 60 9
12. 75
100
Sumber:P. 11FC.13-P.27FC.29 Tabel 41 menunjukkan hubungan antara sikap positif responden dengan
kemampuannya untuk mengendalikan emosi. Mampu mengendalikan emosi berarti mampu untuk mengelola emosi. Kemampuan untuk menunjukkan sikap
positif terhadap nasihat atau masukan dari ayah atas perilaku yang salah membuat sang anak mampu untuk mengendalikan emosi atau mengelola emosi kearah yang
Universitas Sumatera Utara
lebih baik. Seorang yang sebelumnya merasakan emosi marah namun setelah mendapat masukan dari ayah dapat untuk mengendalikan emosi marah tersebut.
Berdasarkan tabel 41 diatas, 29 responden 38.7 mampu mendengarkan nasihat atau masukan dari ayah atas perilakunya yang salah dan mampu untuk
mengendalikan emosi dan mengelolanya ke arah yang lebih baik. dan 14 responden 18,7 menyatakan sangat positif terhadap masukan atau nasihat ayah
dan mengakui kesalahan atas perilakunya yang salah juga mampu untuk mengendalikan emosi yang sedang dirasakannya ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mampu mendengarkan nasihat dan masukan dari ayahnya dan kemudian mampu
untuk mengendalikan emosi yang sedang dirasakannya ke arah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 42 Hubungan antara dukungan ayah dengan kemampuan berpikir positif
memotivasi diri ketika menghadapi masalah.
No Dukungan ayah terhadap ide
atau hobi responden.
Kemampuan responden untuk berpikir positif memotivasi diri ketika menghadapi masalah.
Tidak mampu
Mampu Sangat
mampu Total
F F
F F
1 Tidak
mendukung 3
4.0 1
1.3 4
5.3
2 Biasa-biasa
saja 4
5.3 9
12.0 3
4.0 16
21.3
3 Mendukung
4 5.3
30 40.0
4 5.3
38 50.7
4 Sangat
mendukung 3
4.0 11
14.7 3
4.0 17
22.7
Total 11
14.7 53
70.0 11
14.7 75
100 Sumber: P. 10FC.12-P.31FC.33
Tabel 41 diatas menunjukkan hubungan antara dukungan yang diberikan ayah terhadap kemampuan responden untuk memotivasi diri. Seorang anak akan
lebih optimis dan memiliki keyakinan yang kuat apabila sesuatu yang dilakukannya mendapat dukungan dari orangtuanya. Dan akan lebih mampu untuk
memotivasi diri ketika ia berhadapan dengan masalah karena ia akan percaya apa
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukannya untuk memecahkan masalahnya akan mendapat dukungan selama apa yang dilakukannya masih bersifat positif .
Beberapa ayah responden menyatakan akan sangat mendukung ide atau pun hobi anak mereka selama apa yang dilakukannya bersifat positif dan tidak
merugikan. Dengan memberikan semangat dan memfasilitasi hobinya selama masih dalam batas-batas kemampuan keluarganya.
Berdasarkan tabel 41 diatas, 30 responden 40.0 menyatakan mereka mendapatkan dukungan atas apa yang mereka lakukan termasuk ide ataupun hobi
yang sedang mereka tekuni. Hal ini membuat mereka mampu untuk lebih optimis dan memotivasi diri mereka disaat mereka menghadapi masalah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa responden yang mendapat dukungan dari ayah akan lebih mampu memotivasi diri ketika berhadapan dengan masalah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 43 Hubungan antara suasana berkomunikasi dengan kemampuan untuk
berempati
No Suasana saat berkomunikasi
dengan ayah. Kemampuan responden untuk memahami perasaan
oran-orang yang ada disekitarnya berempati khususnya ayah.
Tidak mampu
Mampu Sangat
mampu Total
F F
F F
1 Tidak Akrab
1 1.3 0
1 1.3
2 Biasa-biasa saja 9
12.0 7
9.3 3
4.0 19
25.3 3
Akrab 8
10.7 24
32.0 4
5.3 36
48.0 4
Sangat Akrab 1
1.3 15
20.0 3
4.0 19
25.3 Total
18 24.0
47 62.7
10 13.3
75 100.
Sumber:P.18FC.20-P.33FC.35 Tabel 42 menunjukkan hubungan antara suasana ketika berkomunikasi
dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Suasana yang akrab akan lebih memudahkan kita untuk mengetahui atau memahami perasaan orang-
orang yang ada di sekitar kita. Keakraban menunjukkan adanya kasih sayang antara satu dengan yang lainnya yang menunjukkan adanya empati. Tanpa adanya
suasana yang akrab akan sangat sulit untuk mengetahui dan memahami perasaan orang-orang yang ada disekitar kita.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas 24 responden 32.0 menyatakan dengan suasana yang akrab ia lebih mampu untuk memahami perasaan orang-orang yang
ada disekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa responden mampu untuk berempati terhadap orang-orang yang berada disekitarnya karena adanya suasana keakraban
diantara mereka. Beberapa pendapat dari responden bahwa mereka memahami dan sangat peduli atas apa yang dirasakan oleh keluarganya karena adanya
keakraban yang telah tercipta diantara anggota-anggota keluarganya..
IV.3. Uji Hipotesa