Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif

commit to user 15 kooperatif sangat cocok jika diterapkan dalam pembelajaran. Namun belum banyak pendidik yang mengetahiu mengenai model pembelajaran ini. Sehingga perlu dikaji lebih dalam mengenai pembelajaran kooperatif.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pembelajaran Kooperatif

1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Apabila salah satu anggota kelompok belum paham, maka teman sekelompoknya harus membantu temannya dalam memahami bahan pelajaran tersebut. Robert E. Slavin 2009:4 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Anita Lie 2008:18 menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai kerjabelajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, commit to user 16 tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Untuk mencapai hasil maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta bekerja sama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan. 2 Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif Seorang guru yang professional hendaknya mempunyai pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi ataupun model pembelajaran yang diketahuinya bisaatau cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari di ruang kelas. Meski demikian, seorang guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi commit to user 17 pembelajaran saja. Guru harus mengetahui model pembelajaran yang pasti akan bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari- hari di dalam kelas. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri model-model pembelajaran yang tepat agar lebih sesuai dengan kondisi kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik atau tipe pembelajaran yaitu: a Student Teams-Achievement Divisions STAD. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda - beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri. b Teams Games- Tournament TGT. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, dimana ketiga peserta dalam satu meja ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. c Jigsaw II. Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson 1978. Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim ditugaskan secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topic yang sedang mereka bahas, commit to user 18 lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topic mereka itu kepada teman satu timnya. d Team Accelerated Instruction TAI. Sama dengan STAD dan TGT menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Bedanya TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6 atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap meneria materi aljabar lengkap. e Cooperatif Integrated Reading and Composition CIRC. CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. f Group Investigation Kelompok Investigasi. Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok. g Learning Together Belajar Bersama. Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok- kelompok ini menerima satu commit to user 19 lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. h Complex Instruction Pengajaran Kompleks. Fokus utama dari complex instruction adalah pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok. i Stucture Dyadic Methods Metode Struktur Berpasangan. Didalam metode ini ada peningkatan, dimana dua orang murid saling mengajarkan. Siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks. Robert E. Slavin, 2009: 10-26 3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas maupun siswa. Masing-masing model pembelajaran mempunyai tujuan yang berbeda. Namun pada dasarnya tujuan dari penerapan suatu model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mengajar. Sama halnya seperti model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dikembangkannya model pembelajaran kooperatif antara lain adalah: a Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik commit to user 20 dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas akademik. b Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dengan kolaborasi. Keterampilan sosial penting , sebab saat ini banyak anak muda yang kurang dalam keterampilan sosial. Ibrahim dalam Isjoni, 2007:27.

b. Tipe Learning Together

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN DASAR OTOMOTIF KELAS X

0 11 117

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 26 208

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Numbered Heads Together Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KEARSIPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DI KELAS X PROGRAM KEAHLIAH ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NA

0 0 46

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KESEKRETARISAN KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA KELAS X AK 1 SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (PENELITIAN TINDAKAN KELAS).

0 0 19

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD KANISIUS PUGERAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

2 14 183

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 MAGETAN.

0 0 239

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2