79
mereka mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sebesar 76,32. 8 anak sangat bersemangat dalam mengerjakan tes atau sebesar 21,05, sedangkan yang
masuk kategori cukup bersemangat ada 10 atau 26,32 dan yang termasuk kategori kurang sebesar 52,63.
Pada siklus I ini , meskipun siswa banyak yang bersemangat dalam mengerjakan soal tetapi di antara mereka masih banyak yang belum mampu
mengerjakan tes menyimak ceramah keagamaan dalam waktu yang telah ditentukan. Hal itu dapat dibuktikan dengan hanya terdapat 47,37 saja yang
berhasil mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dalam waktu yang tepat. Mereka merasa waktu yang diberikan terlalu singkat dan masih ada beberapa
siswa yang bertanya atau melihat pekerjaan teman sebangku. Jadi, dengan adanya hasil observasi ini dapat diketahui bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran
masih perlu diperbaiki. Guru harus mengubah strategi pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
4.1.3.2 Hasil Wawancara
Siklus I, sasaran wawancara adalah satu siswa yang berperilaku baik, satu siswa yang berperilaku biasa-biasa saja, dan satu siswa yang berperilaku kurang
baik. Pada awal pelaksanaan kegiatan wawancara siswa merasa bingung atau kurang memahami maksud diadakannya kegiatan wawancara ini. Namun, pada
akhirnya mereka mengetahui tujuan diadakannya kegiatan wawancara. Perasaan yang dirasakan selama mengikuti pembelajaran menyimak ceramah keagamaan,
dua siswa yang diwawancarai menyatakan senang dengan pembelajaran
80
menyimak ini, sedangkan satu orang menyatakan kurang senang dengan pembelajaran menyimak ceramah keagamaan. Siswa yang menyatakan berminat
dengan pembelajaran menyimak ada dua orang dan satu anak menyatakan tidak berminat karena mereka menganggap pembelajaran menyimak tidak terlalu
penting. Ceramah keagamaan yang disajikan menggunakan media audio-visual yang menyatakan suka sebanyak dua siswa dan satu anak menyatakan kurang
suka karena tidak mengerti isi dari ceramah keagamaan yang diputarkan. Pembelajaran menyimak ceramah keagamaan dengan media audio-visual
dan metode masyarakat belajar yang dilakukan guru ternyata memberikan manfaat bagi siswa, mereka terlihat senang dan antusias serta menikmati pembelajaran
yang diberikan guru. Seperti yang diungkapkan kedua responden ini, mereka menyatakan bahwa merefleksi sebuah ceramah keagamaan dengan media audio-
visual dan metode masyarakat belajar dirasakan lebih mudah dipahami siswa. Dalam kerjasama dengan anggota kelompok terjalin hubungan yang baik karena
siswa dituntut untuk saling bekerjasama dengan kompak agar dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Namun, satu responden yang
menyatakan ada temannya yang kurang kompak saat bekerjasama dalam kelompok.
Kesulitan-kesulitan yang dialami saat menyimak ceramah keagamaan yaitu gambar dan suara televisi kurang jelas serta suasana kelas yang tidak kondusif
sebanyak tiga siswa. Dalam merefleksi pemutaran rekaman ceramah keagamaan , siswa yang paham memberi tahu temannya yang belum paham sehingga bisa
merefleksi pemutaran rekaman ceramah keagamaan dengan tepat. Anak yang
81
mendapat nilai tinggi memberi tahu yang mendapat nilai sedang dan siswa yang mendapat nilai sedang memberi tahu temannya yang mendapat nilai rendah.
Metode masyarakat belajar sangat membantu siswa karena mudah dipahami dan menarik serta tidak membosankan. Hal ini dirasakan oleh ketiga responden,
mereka mengatakan bahwa dengan metode masyarakat belajar lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan, karena metode ini mengutamakan keaktifan
siswa secara langsung. Berdasarkan dari hasil wawancara dapat diketahui pendapat siswa tentang
pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu waktu pembelajaran dirasakan kurang oleh sehingga mereka berpendapat agar alokasi waktu ditambah. Keterbatasan
waktu tersebut harus disiasati dengan cara melakukan pembelajaran secara lebih efektif dan guru harus lebih tegas kepada anak yang ramai sehingga tidak ada lagi
kegaduhan di kelas.
4.1.3.3 Hasil Jurnal