II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1. Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen sumberdaya manusia menurut Cascio dan Awad dalam Ishak dan Tanjung 2003 adalah penarikan, seleksi,
pemeliharaan, pengembangan dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mengaktifkan baik tujuan individu maupun tujuan organisasi.
Manajemen sumberdaya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia cipta, rasa, dan karsa sebagai salah satu
aset suatu organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dengan cara memperoleh, mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara
efektif dan efisien Ishak dan Tanjung, 2003 Manajemen sumberdaya manusia mengacu pada
pengimplementasian fungsi-fungsi manajemen pada bidang sumberdaya manusia. Selanjutnya fungsi Manajemen Sumberdaya
manusia Ishak dan Tanjung, 2003 adalah sebagai berikut : a.
Fungsi Manajerial adalah fungsi manajemen yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek manajerial yaitu fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. b.
Fungsi Pengarahan yaitu memberikan dorongan untuk menciptakan kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Termasuk didalamnya adalah fungsi memotivasi karyawan agar dari waktu ke waktu dapat bekerja dengan baik.
c. Fungsi Pengendalian adalah melakukan pengukuran antara
kegiatan yang telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya dalam bidang tenaga kerja.
2.1.2. Budaya
Stoner 1994 mendefinisikan budaya adalah gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai
ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu.
Schein 1985 mendefinisikan budaya sebagai suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh kelompok ketika memecahkan
masalah penyesuaian eksternal dan integrasi internal. Budaya adalah cara manusia memberikan respon terhadap
lingkungannya Moeljono, 2005 Mengadopsi dari tulisan Graves Dalam Moeljono, 2005
bahwa terdapat tiga sudut pandang yang berkaitan dengan budaya : 1.
Budaya merupakan produk konteks pasar di tempat organisasi beroperasi, peraturan yang menekan, dan sebagainya.
2. Budaya merupakan produk struktur dan fungsi yang ada dalam
organisasi, misalnya organisasi yang tersentralisasi berbeda dengan yang terdesentralisasi.
3. Budaya merupakan produk sikap orang-orang dalam pekerjaan
mereka, hal ini berarti produk perjanjian psikologis antara individu dan organisasi
2.1.3. Budaya Perusahaan Sebagai Turunan dari Budaya
Schein 1985 membagi budaya dalam tiga tingkatan yaitu : 1.
Artifact adalah hal-hal yang dilihat, didengar dan dirasakan jika seseorang berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan
budaya yang tidak dikenalnya. Artifact termasuk produk, jasa dan bahkan tingkah laku anggota kelompok.
2. Nilai-nilai yang didukung espoused values merupakan alasan
tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan. Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang
didukung kembali ke penemu budaya. 3.
Asumsi yang mendasari underlying assumption adalah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota organisasi.
Budaya untuk menetapkan cara yang tepat, dalam melaksanakan sesuatu di sebuah organisasi.
Gambar 1. Tingkatan Budaya, Schein 1985 Ketiga tingkatan budaya Schein tersebut membentuk
pengertian dasar mengenai budaya organisasi Moeljono, 2005. 2.1.4. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan
dan kekuatan, pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap
menjadi pelaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai ”kerja” atau ”bekerja” Triguno, 2005.
Budaya Perusahaan adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain
dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi Robbins,1994.
Menurut pendapat Schein 1985, budaya perusahaan mengacu pada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota
yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi yang lain. Davis 1985 menerjemahkan, organizational culture is the set
of assumptions, beliefs, values and norms that is shared among its members.
Artifacts
Basic Underlying Assumptions Espoused Values
Visible organizational
structures and processes hard to
decipher Strategies, goals,
philosophies espoused
justification Unconsious, taken-
for-granted beliefs, perception, thoughts,
and feelings ultimated source of
values and action
Menurut Kreithner 1991, budaya mampu mempengaruhi perilaku organisasi, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
• Economictechnological setting
• Politicallegal setting
• Ethnic background Religion
Gambar 2. Cultural Influences On Organizational Behavior, Kreithner 1991 Menurut Robbins 1994 dari sisi fungsi, budaya korporat
mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut : 1.
Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal ini berarti bahwa budaya korporat menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dengan yang lainnya. 2.
Budaya korporat membawa suatu rasa identitas bagi anggota- anggota organisasi.
3. Budaya korporat mempermudah timbul pertumbuhan komitmen
pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
4. Budaya korporat itu meningkatkan sistem sosial.
Dengan demikian budaya organisasi berfungsi sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai
tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang Societal
Culture: • Custom
• language Organizational
culture
• Personal valueethnics
• Attitudes • Assumptions
• Expectations Organizational
Behavior
harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan, yang hal tersebut juga berfungsi sebagai kontrol atas perilaku para karyawan
Moeljono, 2005. Nilai-nilai budaya perusahaan pada PDAM Tirta Pakuan Kota
Bogor dapat diterjemahkan dalan 5 nilai semangat kerja dan 10 sikap kerja sebagai berikut :
a. Lima nilai semangat kerja :