2. Jika 1,00
≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian
ketat apabila Cp mendekati 1,00.
3. Jika Cp 1,00 maka kapabilitas proses rendah sehingga perlu ditingkatkan
kinerja melalui peningkatan proses.
3.10. Failure Mode and Effect Analysis FMEA
26
Failur Mode and Effect Analysis FMEA merupakan sebuah metode sistematis untuk mengidentifikasi kegagalan potensial dengan tujuan mencegah
terjadinya kegagalan dan meminimisasi probabilitas kegagalan. Dalam penggunaan FMEA, akan diidentifikasi setiap mode kegagalan potensial, efek
yang ditimbulkan, tingkat keparahan dan petunjuk terjadinya. Setelah penyebab kegagalan diidentifikasi, mode kegagalan dan efeknya diminimisasi melalui
tindakan perbaikan. FMEA umumnya digunakan untuk mengembangkan solusi sebuah permasalahn problem. Umumnya FMEA digunakan pada tahap
pengembangan produk ataupun proses. Penggunaan FMEA terbagi atas 2 bidang yaitu desain FMEA Design dan proses FMEA Process.
3.10.1. Penggunaan FMEA Desain
27
FMEA desain akan membantu menghilangkan kegagalan-kegagalan yang terkait dengan desain. Tujuan dari FMEA desain adalah menentukan apakah suatu
desain produk itu tepat atau sesuai dengan aplikasi, dan mengurangi banyaknya
26
Praveen gupta. 2004. The Six sigma Performance Handbook, A Statistikal Guide to Optimizing Results. New York: MC. Grow Hill. Hal.235-241
27
Vincent Gaspersz.2005. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama..Hal. 244-248
Universitas Sumatera Utara
mode kegagalan yang terkait dengan desain yang pernah dialami oleh pelanggan. Manfaat penggunaan FMEA desain dalam peningkatan kualitas Six Sigma adalah
meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan reputasi dan penjualan produk, mengurangi kebutuhan untuk perubahan-perubahan rekayasa engineering
changes sehingga menurunkan biaya dan mengurangi waktu sikluspengembangan produk. Elemen-elemen kunci dalam FMEA desain adalah
1. Ketepatan waktu timelines
2. Kerja sama team work
3. Dokumentasi documentation
Suatu FMEA desain harus dikerjakan atau dilakukan oleh Tim Six Sigma pada tahap awal dalam siklus pengembangan produk, setelah desain konseptual
diputuskan tetapi sebelum pengadaanperalatan lainnya.
3.10.2. Penggunaan FMEA Proses
Pada dasarnya sasaran dari proses manufacturing adalah menghasilkan produk yang memenuhi semua spesifikasi sepanjang waktu. FMEA proses akan
mengidetifikasi penyimpangan-penyimpangan melalui deteksi atau pencegahan perubahan dalam variabel- variabel proses seperti kondisi diluar spesifikasi yang
ditetapkan misalnya ukuran yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalanyang tidak tepat danlain-lain.
Manfaat penggunaan FMEA proses dalam peningkatan kualitas Six Sigma adalah mengidentifikasi masalah-masalah potensial sebelum produk itu
diperoduksi, membantu menghindari scrapdan pekerjaan ulang rework,
Universitas Sumatera Utara
mengurangi biaya kegagalan produk yang dialami oleh pelanggan sehingga akan meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menjamin suatu start-up produksi
yanglebih mulus. Metodologi FMEA terdiri dari penilaian mode kegagalan untuk severity,
penyebab potensial untuk occurance, dan pengendalian untuk detection. a.
Rating keparahan severity, menyangkut keseriusan dari efek kegagalan potensial pada fungsional produk atau pada saat digunakan oleh pelanggan.
Severity dapat menjadi masukan dalam mengurangi efek yang merugikan pada proses secara langsung. Rating keparahan diberi nilai pada skala satu
sampai sepuluh, dengan sepuluh dinyatakan sebagai tingkat yang paling parah, dan 1 mengimplikasikan efek yang paling kecilminimal. Adapun
tabel rating keparahan severity dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rating Severity
Efek Rank Kriteria
Berbahaya tanpa ada peringatan
10 Dapat membahayakan konsumen
Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah Tidak ada peringatan
Berbahaya dan ada peringatan
9 Dapat membahayakan konsumen
Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah Ada peringatan
Sangat tinggi 8
Mengganggu kelancaran lini produksi Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat
disortir apakah sudah baikbisa rework Pelanggan tidak puas
Tinggi 7 Sedikit mengganggu kelancaran lini produksi
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir apakah sudah baikbisa rework
Pelanggan tidak puas
Sedang 6 Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak
perlu disortir sudah baik Rendah 5
100 produk dapat di-rework Produk pasti dikembalikan oleh konsumen
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Rating ……….Lanjutan
Efek Rank Kriteria
Sangat rendah 4
Sebagian besar dapat di-rework dan sisanya sudah baik
Kemungkinan produk dikembalikan oleh konsumen
Kecil 3 Hanya sebagian kecil yang dapat di-rework
dan sisanya sudah baik Rata-rata pelanggan komplain
Sangat kecil 2
Komplain hanya diberikan oleh pelanggan tertentu
Tidak ada 1
Tidak ada efek buat konsumen
Sumber : Dydem, 2003
b. Rating kejadian occurrence menggambarkan frekuensi terjadinya kegagalan
potensial. Frekuensi terjadinya kegagalan dapat diestimasi melalui pengalaman pada proses dan data historis kinerja. Pada data
historispengalaman, frekuensi terjadinya kegagalan dapat diestimasi dengan melihat data kegagalan pada proses yang sama. Nilai rating occurence
diberikan skala antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat sering atau selalu
terjadi, dan nilai 1 mengimplikasikan situasi yang sangat jarang atau tidak pernah terjadi. Adapun tabel rating kejadian occurrence dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rating Occurrence
Kejadian Rank Kriteria
Sangat tidak mungkin 1
1 dalam 1.000.000 Jarang kemungkinan
2 1 dalam 20.000
Sangat kecil kemungkinan 3
1 dalam 15.000 Kecil kemungkinan
4 1 dalam 1.000
Cukup rendah kemungkinan 5
1 dalam 400 Sedang kemungkinan
6 1 dalam 80
Cukup tinggi kemungkinan 7
1 dalam 40
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Rating ……….Lanjutan
Kejadian Rank Kriteria
Tinggi kemungkinan 8
1 dalam 20 Sangat tinggi kemungkinan
9 1 dalam 8
Tinggi sekali kemungkinan 10
1 dalam 2
Sumber : Dydem, 2003
c. Rating deteksi detection, menggambarkan kemungkinan relatif terjadinya
kegagalan yang dapat dideteksi melalui kontrol yang tepat seperti inspeksi, pengujian, atau pengendalian proses. Detection diberikan skala nilai dari 1
sampai 10, dimana nilai 10 mengimplikasikan kesulitan dalam pendeteksian, dan nilai 1 mengimplikasikan kepastian pendektesian. Adapun tabel rating
deteksi detection dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rating Detection
Deteksi Rank Kriteria
Sangat mungkin 1
Kontrol akan hampir pasti mendeteksi adanya efek Sangat tinggi
kemungkinan 2
Kontrol memiliki probabilitas sangat tinggi untuk mendeteksi adanya kegagalan
Kemungkinan tinggi
3 Memiliki efektivitas tinggi untuk dideteksi
Kemungkinan cukup tinggi
4 Memiliki efektivitas cukup tinggi untuk dideteksi
Kemungkinan sedang
5 Memiliki efektivitas sedang untuk dideteksi
Kemungkinan agak rendah
6 Memiliki efektivitas cukup rendah untuk dideteksi
Kemungkinan rendah
7 Memiliki efektivitas rendah untuk dideteksi
Kemungkinan sangat rendah
8 Memiliki efektivitas sangat rendah di setiap
kategori yang berlaku Hampir tidak
mungkin 9
Kontrol memiliki probabilitas sangat rendah untuk mendeteksi adanya efek
Sangat tidak mungkin
10 Kontrol akan hampir pasti tidak mendeteksi adanya
efek
Sumber : Dydem, 2003
Universitas Sumatera Utara
Penerapan FMEA dapat dilakukan dengan langkah-langkah yaitu:
28
1. Defenisikan pastikan item yang diamati
2. Pastikan fungsi kegunaan masing-masing item yang diamati
3. Identifikasi jenis kesalahan yang mungkin muncul dari tiap item
4. Tentukan penyebab kesalahan yang muncul dari tiap item
5. Identifikasi dampak dari tiap kesalahan kegagalan yang muncul tanpa
mempertimbangkan kontrol yang ada 6.
Identifikasi dan buat urutan kendali untuk tiap kegagalan yang muncul 7.
Tentukan langkah pencegahan dan langkah yang diusulkan didasarkan pada resiko yang diamati.
28
Dyadem.2003.Guidelines for Failure Mode and Effect Analysis, For Automotive, Aerospace and General manufacturing Industries. CRC Press, Boca Raton London new Uork Washington, D.C.
Page 45.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah- langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada
bagian ini akan dijelaskan secara rinci semua urutan pelaksanaan penelitian mulai dari tahap awal yaitu penentuan lokasi dan tempat penelitian sampai pada tahap
akhir yaitu kesimpulan dan saran.
4.1. Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. MONIER yang beralamat di Jalan Medan- Binjai Km. 14,5 Medan Diski, Sumatera Utara.
4.2. Jenis Penelitian
29
.
Penelitian yang ini merupakan jenis penelitian tindakan Action Research, dimana penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan prkatis atau
untuk keperluan pengambilan keputusan operasional. Karena tujuannya untuk pengambilan keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau
pendekatan baru.
29
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian . Edisi Pertama.USU Press. Medan. Hal 29
Universitas Sumatera Utara