Susut Bobot salak pondoh kematangan 80

18 segar dan mengkilap dibandingkan dengan perlakuan tanpa kemasan yang kering dan kusam. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor respirasi dan transpirasi pada buah. Salak pondoh yang disimpan dalam kemasan plastik polipropilen dan polietilen diduga memiliki laju respirasi yang lebih lambat karena adanya sifat permeabilitas plastik terhadap gas dan uap air sehingga proses kehilangan air karena respirasi dan transpirasi rendah sedangkan pada salak pondoh tanpa pengemasan tidak terdapat penghalang antara buah dengan gas di lingkungan yang membuat respirasi dan transpirasi tinggi dan berakibat pada pengeriputan buah. Kemasan Tanpa Kemasan Gambar 8. Kenampakan salak pondoh setelah 6 hari penyimpanan

4.3.2.1 Susut Bobot salak pondoh kematangan 80

Gambar 9 menunjukkan bahwa susut bobot salak pondoh kematangan 80 yang disimpan tanpa kemasan memiliki persentase susut bobot terbesar dibandingkan perlakuan pengemasan lain. Salak pondoh kematangan 80 yang disimpan dengan kemasan polipropilen lubang, polipropilen tanpa lubang, polietilen lubang, dan polietilen tanpa lubang memiliki persentase susut bobot yang hampir seragam selama penyimpanan. penyimpanan tanpa kemasan dengan persentase susut bobot berkisar 8.2-12.5 selama 18 hari penyimpanan. Susut bobot salak pondoh kematangan 80 pada perlakuan kemasan plastik berkisar antara 0-5.4 selama penyimpanan. Gambar 9. Laju perubahan susut bobot salak pondoh kematangan 80 selama penyimpanan 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 Polipropilen Lubang Polipropilen Tanpa Lubang Polietilen Lubang Polietilen Tanpa Lubang Tanpa Kemasan L aj u P er u b ah an Su su t B o b o t Har i 0.3:100 Kitosan:Asam asetat 1 bv 0.5:100 Kitosan:Asam asetat 1 bv 0.7:100 Kitosan:Asam asetat 1 bv Kering dan keriput Segar 19 Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 12, jenis kemasan yang digunakan berpengaruh nyata α=0.05 terhadap susut bobot sedangkan perlakuan coating kitosan pada salak pondoh kematangan 80 tidak berpengaruh nyata α=0.05 selama penyimpanan. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 12 menyatakan bahwa penyimpanan tanpa kemasan memberikan susut bobot terbesar. Tidak adanya pengaruh nyata antara ketiga perbandingan coating kitosan terhadap susut dapat disebabkan oleh karakteristik dari masing-masing coating yang tidak berbeda jauh sehingga memberikan lapisan yang relatif sama. Lapisan coating yang terbentuk pada permukaan salak pondoh dapat menjadi penghalang pertukaran gas sehingga susut bobot kecil. Susut bobot yang tinggi pada perlakuan tanpa kemasan karena tidak adanya penghalang pertukaran oksigen yang digunakan untuk respirasi dengan uap air dan karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi. Keadaan ini menyebabkan proses respirasi dan transpirasi lebih cepat dibandingkan perlakuan penyimpanan dengan kemasan plastik sehingga uap air lebih banyak yang terlepas ke lingkungan. Salak pondoh kematangan 80 perlakuan kemasan polipropilen serta polietilen memiliki susut bobot yang rendah karena adanya permeabilitas plastik terhadap oksigen, karbondioksida, dan uap air sehingga menjaga dari kehilangan air yang besar. Penggunaan pelapis yang optimum dapat mengurangi susut bobot karena adanya lapisan yang dapat memperlambat respirasi dan keluarnya air dari bahan. Menurut Kader 1985, laju respirasi dapat menyebabkan kehilangan air pada bahan. Adanya kehilangan air pada buah menyebabkan pelayuan dan pengeriputan buah sehingga susut bobot meningkat. Pengaruh susut bobot salak pondoh kematangan 80 terhadap kerusakan selama penyimpanan berbanding lurus pada perlakuan tanpa pengemasan. Susut bobot salak Pondoh tanpa kemasan tinggi begitu juga dengan kerusakannya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh proses respirasi yang relatif lebih cepat dibandingkan perlakuan pengemasan plastik sehingga berpengaruh pada kerusakan jaringan dan kehilangan air yang tinggi.

4.3.2.2 Susut bobot salak pondoh kematangan 90