Karakteristik Peserta Didik dan Pembelajaran IPA di SMPMTS

Ilmu Pengetahuan Alam 103 Implikasinya dalam pembelajaran IPA bahwa belajar akan bermakna kalau input materi pelajaran sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner Depdiknas, 2006, yaitu: 1 kecerdasan linguistik kemampuan berbahasa yang fungsional, 2 kecerdasan logis‑matematis kemampuan berikir runtut, 3 kecerdasan musikal kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama, 4 kecerdasan spasial kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas, 5 kecerdasan kinestetik-ragawi kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus, 6 kecerdasan intra-pribadi kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri, kecerdasan antarpribadi kemampuan memahami orang lain. Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan IPA akan dapat berkembang pesat dan bila dapat dimanfaatkan oleh guru IPA untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik gejala kebendaan maupun gejala kejadianperistiwa guna membangun konsep IPA.

2. Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain: a. Tahap kognitif: tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. b. Tahap asosiatif: pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Peserta didik mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. c. Tahap otonomi: pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan- gerakan. 104 Buku Guru Kelas VIII SMPMTs

3. Perkembangan Aspek Afektif

Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif peserta didik. Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi yang lebih spesiik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi hal-hal berikut Depdiknas, 2006. a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri. b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego. c. Anxiety kecemasan, yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dan sebagainya. d. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan. e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko. f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berikirnya. Guru harus memahami tahap-tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didiknya, agar ketika mendesain dan melaksakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian, pembelajaran IPA di SMP menjadi proses pembelajaran yang bermakna meaningfully.

B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium IPA SMPMTS

Pembelajaran IPA di SMPMTs tidak lepas dari penyediaan dan pengelolaan laboratorium IPA. Laboratorium adalah tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai Depdiknas, 2008. Laboratorium IPA SMP merupakan tempat peserta didik melakukan kegiatan penyelidikan yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana peserta didik berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala‑gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Ilmu Pengetahuan Alam 105 Pada pelaksanaannya, kegiatan di laboratorium IPA sering melibatkan bahan, peralatan dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja yang dapat membuat guru atau peserta didik cedera. Kecelakaan di laboratorium dapat juga terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan, proses-proses dan perlengkapan atau peralatan yang tidak jelas serta kurangnya bimbingan terhadap peserta didik yang sedang bekerja di laboratorium. Selain itu tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk kegiatan, tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati, tidak menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan peralatan bahan tidak sesuai dan tidak berhati-hati dalam kegiatan dapat pula menjadi sumber kecelakaan. Kurikulum 2013 mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai dengan melaksanakan beberapa kegiatan di laboratorium yang mugnkin mengandung resiko kecelakaan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati. Sebagai contoh, pada percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia, praktikum pengujian bahan makanan dan praktikum untuk menguji fotosintesis. Pada praktikum tersebut menggunakan api sebagai salah satu bahan yang harus digunakan peserta didik, apabila tidak hati-hati potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula praktikum yang menggunakan alat-alat gelas yang rentan pecah, maka pecahan gelas tersebut dapat melukai peserta didik yang tidak hati-hati. Penggunaan bahan-bahan kimia misalnya alkohol yang digunakan untuk melarutkan kloroil pada daun pada praktikum fotosintesis dan penggunaan kloroform dalam praktikum pembedahan juga harus hati-hati. Misalnya alkohol tidak boleh dipanaskan langsung di api karena dapat meledak sehingga dalam pelaksanaannya alkohol direbus dengan cara direbus dengan pemanas air. Alat dan bahan laboratorium Laboratorium IPA pada umumnya memiliki alat dan bahan khusus. Sebagai contoh, alat yang terkait dengan isika antara lain galvanometer, multimeter, voltmeter dan bahan‑bahan seperti kabel‑kabel dan sebagainya. Bahan-bahan kimia seperti asam pekat dan encer, buret, pipet-pipet, alat titrasi dan sebagainya, biasanya juga terdapat dalam laboratorium IPA. Selain itu, ada pula mikroskop, spesimen-spesimen yang dikumpulkan dari tumbuhan dan hewan, dan sebagainya. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.