prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan- kegiatan seperti praktikum, telaah literatur, menganalisis artikel, mendiskusikan
fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya
cognitive disequilibrium yang ditandai dengan munculnya pertanyaan- pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi high
level reasoning yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator
munculnya karakter intelektual kemampuan berpikir kritis. Munculnya indikator ini menunjukkan kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase
explanation.
2.2.2.3 Penjelasan explanation
Pada tahap explanation,siswadidorong untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan
mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju
kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar
seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengembangkan karakter intelektual berpikir analitis dan kreatif.
2.2.2.4 Elaborasi elaboration
Pada tahap elaborationpenerapan konsepsiswa diajak menerapkan pemahaman
konsepnya melalui
kegiatan-kegiatan seperti
problem
solvingmenyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Pada tahap ini siswa dapat mengembangkan
karakter intelektual berpikir analitis.
2.2.2.5 Evaluasi evaluation
Pada tahap evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau
kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang- kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Pada tahap ini siswa
dapat mengembangkan karakter intelektual berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Berdasarkan penjelasan sebelumnya tentang aktivitas belajar,bisa ditarik
kesimpulan bahwa kelima tahapan LC tersebut menuntut siswa untuk melakukan berbagai aktivitas belajar. Setiap tahapannya bisa terdiri dari dua atau lebih jenis
kegiatan. Contoh, pada tahap Engagement saja bisa terdiri dari kegiatan mental, mendengarkan, lisan, emosional dan lain-lain. Banyaknya aktivitas bisa
ditentukan tergantung tujuan yang ingin dicapai antara guru dengan siswa.
2.2.3 Learning Cycle dan Pembelajaran Fisika
Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran fisika di kelas adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan
berpikir, dan aktivitas siswa Suryabrata, 1983:14. Tiga aspek ini sejalan dengan apa yang telah diuraikan tentang LC di atas, bahwa model LC menuntut siswa