14
3. Ciri Kebahasaan Teks Ulasan
Teks ulasan mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Ciri-ciri kebahasaan itu, antara lain sebagai berikut.
a. Menggunakan kata sifat sikap, seperti lembut, nakal, antagonis, dan sebagainya.
b. Menggunakan kata benda, yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contohnya: guru, kucing, meja, dan
kebangsaan. c. Menggunakan kata kerja, yaitu kata kerja adalah kata yang mengandung
makna perbuatan aksi, proses, atau keadaan yang bukan sifat. Contohnya: pergi, belajar, bermimpi, dan sebagainya.
d. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Misalnya: tulang punggung, mengiris hati, hubungan darah, dan sebagainya.
e. Adanya kalimat kompleks kalimat majemuk, baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.
f. Adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Misalnya: mereka, dia, ia, -nya, dan sebagainya. Kemendikbud, 2014: 152-155.
Isnatun dan Farida 2013: 79 menyatakan unsur kebahasaan teks ulasan adalah sebagai berikut.
15
a. Penggunaan konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu
memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital Alwi, dkk, 2008: 300. Konjungsi ini berfungsi untuk menyatakan
sudut pandang, pendapat, atau penolakan penulis. b. Penggunaan kata yang menyatakan persetujuan atau penolakan.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri kebahasaan teks ulasan antara lain: menggunakan kata sifat, kata benda, kata kerja, metafora,
menggunakan kalimat kompleks, kata rujukan, dan konjungsi antarkalimat.
4. Pembelajaran Memahami Teks Ulasan di SMP
Sufanti 2010: 35 menyatakan pembelajaran merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan yang dilakukan agar siswa bisa membangun makna atau
pemahaman secara maksimal. Dalam proses pembelajaran siswa harus mampu terlibat secara aktif, sedangkan guru dapat berperan sebagai fasilitator yang dapat
mempermudah siswa belajar secara optimal. Pembelajaran pada kurikulum 2013 yang berbasis teks dilaksanakan
melalui langkah-langkah yaitu, membangun konteks, pemodelan teks, membangun teks bersama, dan membangun teks secara mandiri. Knapp dan
Watkins 2005: 78 menyatakan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teks terdiri dari modelling, joint negotiation of text, dan independent
construction of text. Kegiatan membangun konteks dan pemodelan teks dilakukan
16
pada tahap modelling, membangun teks bersama dilakukan pada tahap joint negotiation of text, dan membangun teks secara mandiri dilakukan pada tahap
construction of text. Tahap modelling diawali dengan membangun konteks siswa mengenai
fungsi sosial teks melalui kegiatan tanya jawab. Siswa diarahkan pada proses pengenalan teks. Selanjutnya, siswa diajak berdiskusi tentang kaidah kebahasaan
yang digunakan dalam teks. Tahap modelling yang dilakukan guru bertujuan untuk mendorong siswa mampu mengidentifikasi teks dengan memperhatikan
strukur kebahasaan. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan pada tahap moddeling tersebut yaitu membaca.
Tarigan 2008: 7 menyatakan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami
makna suatu bacaan. Pembelajaran memahami teks ulasan tidak hanya menuntut siswa untuk memahami isi teks secara keseluruhan, tetapi juga memahami struktur
organisasi, tujuan, dan ciri kebahasaan teks ulasan. Kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaanteks secara
menyeluruh disebut membaca pemahaman Somadayo, 2011: 11. Smith via Somadayo, 2011: 9 menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan
17
informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.
Caldwell via Zuchdi, 2012: 15 menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca, yakni proses aktif pemahaman;
keterampilan, pengetahuan, dan motivasi pembaca; serta tingkat kesulitan dan karakteristik teks. Proses aktif membaca dapat dilakukan melalui kegiatan seperti
menggambar, meringkas, membuat catatan, membuat pertanyaan, membuat diagram, dan membuat analogi. Keterampilan, pengetahuan, dan motivasi
berkaitan dengan kondisi pembaca. Selanjutnya, mengenai karakteristik teks dapat dilihat berdasarkan struktur, ciri bahasa, maupun tujuan sosialnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memahami teks ulasan dilakukan melalui kegiatan membaca pemahaman.
Memahami teks ulasan merupakan aktivitas kognitif yang dapat dibuat sesuai dengan taksonomi. Salah satu taksonomi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran memahami teks ulasan yang dilakukan melalui aktivitas membaca pemahaman yaitu taksonomi Barret. Supriyono via Hendrasari 2011: 38-39
menjelaskan taksonomi Barrett adalah taksonomi membaca yang memuat dimensi kognitif dan afektif yang dikembangkan oleh Thomas C. Barrett pada tahun 1968.
Taksonomi Barret digunakan dalam penelitian ini karena dapat mengembangkan keterampilan membaca pemahaman dan meningkatkan
kecerdasan siswa. Selain itu, Taksonomi Barrett memiliki 5 kategori yang terdiri dari pemahaman literal, pemahaman reorganisasi, pemahaman inferensial,