Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA
27
produk olahan manggis; Kedua, melakukan estimasi nilai tambah produk olahan manggis yang sudah dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian BBP Mektan; Ketiga, mengidentifikasi kriteria dominan yang menjadi kesenjangan terkait nilai tambah produk olahan manggis ditingkat petani;
Keempat, menentukan prioritas produk olahan manggis yang dapat dikembangkan ditingkat petani.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif. Analisis rantai nilai produk olahan manggis menggunakan metode survei dan wawancara
mendalam, analisis nilai tambah produk olahan manggis di BBP Mektan menggunakan analisis nilai tambah Hayami et al 1987, kriteria yang menjadi
kesenjangan dalam penerapan nilai tambah produk olahan manggis ditingkat petani menggunakan analisis diskriptif skala interval empat, sedangkan untuk
menentukan prioritas produk olahan yang dapat diterapkan ditingkat petani menggunakan metode perbandingan eksponensial MPE.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari pemetaan rantai nilai produk olahan manggis, terdapat enam aktor yang berperan, terdiri dari petani,
pedagang pengumpul, pemasok, BBP Mektan, perusahaan pengolahan manggis PT. IKA, dan pemerintah daerah. Kendala utama yang dihadapi PT. IKA adalah
kesulitan dalam mendapatkan buah manggis grade A sebagai bahan baku utama karena harus berkompetisi dengan eksportir, baik eksportir legal maupun ilegal.
Hasil analisis nilai tambah produk olahan manggis di BBP Mektan, kapsul herbal kulit sebesar Rp. 153.723,- per Kg manggis, dodol biji sebesar Rp. 72.500,-
per Kg manggis, tepung kulit sebesar Rp. 56.144,- per Kg manggis dan koktail
28
buah manggis sebesar Rp. 18.043,- per Kg manggis. Hasil analisis MPE menunjukkan produk yang menjadi prioritas dengan nilai tertinggi dan berpotensi
untuk diterapkan ditingkat petani yaitu tepung kulit manggis, disebabkan kondisi bahan baku yang melimpah, nilai tambah yang besar, kesederhanaan adopsi
teknologi, dan potensi pasar yang luas. Penelitian lain tentang rantai nilai yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Syibili 2013. Penelitian ini menganalisis rantai nilai komoditas jamur tiram putih di P4S Nusa Indah Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis kondisi rantai pasokan jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah, mengetahui besarnaya distribusi nilai tambah disepanjang rantai nilai budidaya
jamur tiram putih, dan mengetahui jumlah marjin dan RC yang diperoleh oleh para pelaku rantai nilai jamur tiram putih.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anggota rantai pasokan jamur tiram putih terdiri dari anggota primer P4S Nusa Indah, pengumpul dan
pengecer dan anggota skunder pemasok bahan baku dan kemasan. Aliran rantai pasokan dimulai dari P4S Nusa Indah, pedagang pengumpul dan terkhir ke
pedagang pengecer. Distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing pelaku dalam rantai adalah : 1 19,83 untuk P4S Nusa Indah selaku petani; 2
16,86 yang diperoleh oleh pedagang pengumpul; 3 sebesar 35 yang diperoleh oleh pedagang pengecer. Besaran margin yang didapat oleh masing-
masing pelaku disepanjang rantai nilai jamur tiram putih yaitu, bagi P4S Nusa Indah selaku petani mendapatkan margin sebesar Rp. 1.485,. per Kg jamur tiram
putih, pedagang pengumpul mendapatkan margin sebesar Rp. 1.196,. per Kg
29
jamur, sedangkan pedagang pengecer mendapatkan margin sebesar Rp. 3.550,. per Kg jamur. RC Ratio Revenue Cost yang diperoleh oleh setiap pihak relatif
berimbang, yaitu sebesar 1,23 untuk P4S Nusa Indah, 1,14 untuk pedagang pengumpul, dan 1,3 untuk pedagang pengecer.