Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema macam macam sumber energi kelas IV SDK Minggir

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA

MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SDK MINGGIR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Linata Adayu (111134087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA

MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SDK MINGGIR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Linata Adayu (111134087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“BERDOA, BERUSAHA, DAN BERPIKIR POSITIF”

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menguatkanku

Bapak dan Ibu Nunuk yang selalu menyebut namaku dalam setiap doanya

Kakakku Krista dan Stefanus yang memotivasi aku untuk selalu berusaha

Ponakanku Anggrek dan Naga yang tercinta

Temanku yang sangat spesial dan yang selalu memberiku semangat kasih

untuk berjuang yaitu Marfi Aji P.


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGI KELAS IV SDK MINGGIR

Linata Adayu NIM: 111134087

Keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV di SDK Minggir masih rendah dan banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Siswa juga kurang diberi kesempatan untuk aktif mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015, (2) meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama tiga pertemuan. Pembelajaran dalam setiap pertemuan dilaksanakan dengan pendekatan saintifik. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data tentang prestasi belajar siswa diperoleh dari lembar kerja siswa selama penelitian berlangsung dan hasil evaluasi di akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat selama proses pembelajaran melalui pendekata saintifik. Peningkatan keaktifan siswa dalam melibatkan pikiran maupun pendapatnya pada kondisi awal yaitu 15% , capaian pada siklus I yaitu 36,80% dan capaian dalam siklus II adalah 52,60%. Keaktifan siswa dalam mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang dimilikinya pada kondisi awal yaitu 10%, capaian dalam siklus II adalah 47,30%, dan capaian dalam siklus II yaitu 52,60%. Keaktifan siswa dalam melakukan pengamatan pada kondisi awal adalah 20%, sedangkan capaian pada siklus I dan II sama yaitu 63,10%. Keaktifan siswa dalam membuat produk pada kondisi awal siswa yaitu 0%, capaian untuk siklus I yaitu 47,30% dan capaian untuk siklus II adalah 57,80%. Keaktifan siswa dalam menjaga kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar untuk kondisi awal siswa yaitu 20%, capaian dalam siklus I yaitu 42,10%, dan capaian untuk siklus II adalah 47,30%. Peningkatan prestasi belajar siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal yaitu 60%, pada siklus I adalah 84,2%, dan pada siklus II yaitu 94,70%, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,5%.


(9)

viii ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE STUDENT’S ACTIVENESS AND

LEARNING ACHIEVEMENT USING SCIENTIFIC APPROACH ON THE VARIETY OF ENERGY SOURCE IN THE FOURTH GRADE OF SDK

MINGGIR SUBTHEME

Linata Adayu NIM: 111134087

Activeness and learning achievement of four grade students in SDK Minggir are still low, and there are many students whose scores have not reached KKM. Students are also not given the opportunity to actively participating in the learning. This research aims to (1) improve the student‟s activeness by using a scientific approach on the variety of energy source material in the fourth grade of SD Kanisius Minggir at odd semester of the class of 2014/2015 year, (2) improve the students learning achievement by using a scientific approach on the variety of energy source material in the fourth grade of SD Kanisius Minggir at odd semester of the class of 2014/2015 year.

This research is an observation of class action which is done in two cycles. Each cycle is done during three meetings. The learning process in each meeting is

done with scientific approach. The data of student‟s activeness is obtained from

observation sheet which is filled by the observer when the learning process

occurring. The data of the student‟s learning achievement is obtained from the student‟s observation sheetwhen the learning process occurring and the result of

evaluation at the end of the cycle.

The result of research shows that the student‟s activeness and learning

achievement increase during the learning process through scientific approach. The improvement of the student‟s activeness in involving their thought or opinion at the beginning is 15%, the achievement in the first cycle is 36,80% and the

achievement in the second cycle is 52,60%. The student‟s activeness in gathering

information based on all kinds of their intelligence strategyat the beginning is 10%, the achievement in the first cycle is 47,30%, and the achievement in the

second cycle is 52,60%.The student‟s activeness in doing the observation at the

beginning is 20%, while the achievement in both cycles is same, which is 63,10%.

The student‟s activeness in making product at the beginning is 0%, the achievement in the first cycle is 47,30% and the achievement in the second cycle

is 52,80%.The student‟s activeness in keeping the compactness of the class as the

group work at the beginning is 20%, the achievement in the first cycle is 42,10%, and the achievement in the second cycle is 47,30%. The improvements of the

student‟s learning avhievement which accomplish KKM at the beginning is 60%,

in the first cycle is 84,2%, and in the second cycle is 94,70%, so that can be concluded that there is the improvement about 10,5% from both cycles.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Pengasih atas

karunia yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat kelulusan Program Studi PGSD, JIP, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu hingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan

terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang

sudah memberikan ijin penelitian pada penulis.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi PGSD yang

telah membantu kelancaran dalam penelitian.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II

yang juga telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu karyawan di sekretariat Prodi PGSD yang telah

membantu proses kelancaran perkuliahan di kampus.

7. Orang tuaku Bapak Nunuk dan Ibu Yuliana yang telah memberikan


(11)

x

8. Christina Kusumastuti, S.Pd.SD., selaku Kepala SDK Minggir yang

telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SDK Minggir.

9. Christiana Sugirah, selaku guru kelas IV SDK Minggir yang telah

mengijinkan dan membimbing penulis melakukan penelitian di kelas IV

SDK Minggir.

10.Guru-guru, karyawan, beserta siswa-siswi SDK Minggir yang telah

membantu proses penelitian.

11.Teman-teman PPL, Henu, Bayu, Yuli, dan Bona yang telah memberikan

bantuan dalam penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

meskipun penulis telah berusaha maksimal. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak dan dunia pendidikan.

Penulis


(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... ... 10

C.Pembatasan Masalah ... 11

D.Perumusan Masalah ... 12

E. Pemecahan Masalah ... 12

F. Tujuan Penelitian ... 13

G.Manfaat Penelitian ... 13

H.Batasan Pengertian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 17

1. Belajar ... 17

2. Prestasi ... 20

3. Keaktifan Belajar ... 23

4. Hakekat IPA ... 26


(13)

xii

B.Penelitian yang Relevan ... 38

C.Kerangka Berpikir ... 41

D.Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 45

B.Rancangan Penelitian ... 48

C.Rencana Tindakan ... 49

D.Pengumpulan Data ... 57

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Validitas dan Reliabilitas ... 65

G.Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 84

1. Siklus I ... 84

2. Siklus II ... 89

B.Hasil Penelitian ... 93

1. Kualitas proses selama pembelajaran ... 93

Siklus I ... 93

Siklus II ... 103

2. Prestasi belajar siswa ... 112

Siklus I ... 112

Siklus II ... 118

C.Pembahasan ... 123

1. Perbandingan keaktifan siklus I dan siklus II ... 123

2. Perbandingan prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II ... 138

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A.Kesimpulan ... 153

B.Keterbatasan Penelitian ... 155

C.Saran ... 155


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 7

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 59

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 61

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Keaktifan Siswa ... 63

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 64

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 65

Tabel 3.6 Hasil Validasi Silabus ... 67

Tabel 3.7 Hasil Validasi RPP ... 68

Tabel 3.8 Hasil Validasi LKS ... 70

Tabel 3.9 Hasil Validasi Materi Ajar ... 71

Tabel 3.10 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 72

Tabel 3.11 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 3.12 Indikator Soal Siklus I Sesudah Validasi ... 76

Tabel 3.13 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 77

Tabel 3.14 Indikator Soal Siklus II Sesudah Validasi ... 78

Tabel 3.15 Kualifikasi Reliabilitas ... 79

Tabel 3.16 Reliability Statistics Siklus I ... 79

Tabel 3.17 Reliability Statistics Siklus II ... 80

Tabel 4.1 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I 95 Tabel 4.2 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I 97 Tabel 4.3 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus I 100 Tabel 4.4 Rangkuman Keaktifan Siswa dari Seluruh Pertemuan Siklus I 102 Tabel 4.5 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II 104 Tabel 4.6 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II 107 Tabel 4.7 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus II 109 Tabel 4.8 Rangkuman Keaktifan Siswa dari Seluruh Pertemuan Siklus II 111 Tabel 4.9 Prestasi Belajar Pertemuan Pertama Siklus I ... 113

Tabel 4.10 Prestasi Belajar Pertemuan Kedua Siklus I ... 114


(15)

xiv

Tabel 4.12 Rangkuman Prestasi Belajar Siklus I ... 116

Tabel 4.13 Prestasi Belajar Pertemuan Pertama Siklus II ... 118

Tabel 4.14 Prestasi Belajar Pertemuan Kedua Siklus II ... 119

Tabel 4.15 Prestasi Belajar Pertemuan Ketiga Siklus II ... 120

Tabel 4.16 Rangkuman Prestasi Belajar Siklus II ... 121

Tabel 4.17 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Indikator Pertama ... 124

Tabel 4.18 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Indikator Kedua ... 127

Tabel 4.19 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Indikator Ketiga ... 130

Tabel 4.20 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Indikator Keempat ... 132

Tabel 4.21 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Indikator Kelima ... 135

Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian LKS Siklus I dan Siklus II ... 139

Tabel 4.23 Nilai Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 147

Tabel 4.24 Rangkuman Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II 149 Tabel 4.25 Keaktifan dan prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II ... 152


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Indikator Keaktifan ... 25

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Lewin ... 46

Gambar 4.1 Hasil Capaian Keaktifan Siswa dalam Siklus I ... 103

Gambar 4.2. Hasil Capaian Keaktifan Siswa dalam Siklus II ... 112

Gambar 4.3 Persentase KKM Siswa pada Siklus I ... 117

Gambar 4.4 Persentase KKM Siswa pada Siklus II ... 122

Gambar 4.5 Persentase Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II ... 137


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Penelitian ... 160

Lampiran 2. Silabus Pembelajaran ... 162

Lampiran 3. RPP Pertemuan 1 Siklus I ... 178

Lampiran 4. RPP Pertemuan 2 Siklus I ... 189

Lampiran 5. RPP Pertemuan 3 Siklus I ... 199

Lampiran 6. RPP Pertemuan 1 Siklus II ... 209

Lampiran 7. RPP Pertemuan 2 Siklus II ... 220

Lampiran 8. RPP Pertemuan 3 Siklus II ... 231

Lampiran 9. LKS Pertemuan 1 Siklus I ... 241

Lampiran 10. LKS Pertemuan 2 Siklus I ... 248

Lampiran 11. LKS Pertemuan 3 Siklus I ... 253

Lampiran 12. LKS Pertemuan 1 Siklus II ... 259

Lampiran 13. LKS Pertemuan 2 Siklus II ... 267

Lampiran 14. LKS Pertemuan 3 Siklus II ... 273

Lampiran 15. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Dosen 1 ... 277

Lampiran 16. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Dosen 2 ... 280

Lampiran 17. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Kepala Sekolah .... 283

Lampiran 18. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Guru ... 286

Lampiran 19. Soal Evaluasi Siklus I ... 289

Lampiran 20. Soal Evaluasi Siklus II ... 295

Lampiran 21. Lembar Observasi Keaktifan ... 301

Lampiran 22. Analisis Butir Soal Siklus I ... 302

Lampiran 23. Analisis Butir Soal Siklus II ... 303

Lampiran 24. Penghitungan Soal Siklus I Menggunakan SPSS 20 ... 304

Lampiran 25. Penghitungan Soal Siklus II Menggunakan SPSS 20 ... 306

Lampiran 26. Penghitungan Indeks Kesukaran Soal Siklus I ... 308

Lampiran 27. Penghitungan Indeks Kesukaran Soal Siklus II ... 310

Lampiran 28. Foto-foto Kegiatan ... 312


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang utama atau primer dalam proses

pembelajaran, sementara kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder

yang bertujuan agar peroses kegiatan belajar dapat berlangsung secara

maksimal. Belajar itu sendiri menurut Syah (2008: 68) merupakan tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Pada dasarnya kegiatan belajar dan mengajar merupakan proses penting di

dalam dunia pendidikan karena merupakan proses dasar pengambilan

pengetahuan seseorang. Belajar itu sendiri merupakan proses seseorang

memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Kegiatan belajar dapat

memotivasi siswa apabila materi yang disampaikan mengandung makna

tertentu bagi siswa, sedangkan proses mengajar itu sendiri merupakan suatu

usaha guru dalam mengatur lingkungannya sehingga terbentuk situasi dan

kondisi yang sebaik-baiknya bagi siswa yang mengikuti proses belajar. Belajar

bukan hanya dapat berlangsung di ruang kelas, tetapi dapat pula berlangsung

bagi sekelompok siswa di luar kelas atau di tempat-tempat lain yang

memungkinkan siswa tersebut untuk memperoleh informasi sesuai

pengetahuan yang dibutuhkan.

Tujuan pendidikan menurut Hasibuan (1995: 9) pada dasarnya merupakan


(19)

dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari itu, mampu menyumbang bagi

penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Tujuan pendidikan sekolah dasar

adalah memberikan landasan atau dasar pengetahuan guna membentuk

kecerdasan, kepribadian, serta keterampilan untuk dapat hidup mandiri dalam

masyarakat. Tugas guru dalam bidang pendidikan bukan hanya mentransfer

hasil-hasil ilmu melainkan harus menanamkan nilai-nilai maupun pengetahuan

baru sesuai dengan kebutuhan belajar dan tahap perkembangan siswa.

Proses pendidikan juga tidak lepas dari adanya kurikulum sebagai acuan

untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum yang diterapkan

saat ini ialah kurikulum 2013 yang menggunakan pembelajaran tematik

integratif. Pembelajaran tematik ini merupakan sebuah pembelajaran yang

mengaitkan berbagai kompetensi dan keterampilan dari berbagai mata

pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran tematik ini menggunakan

pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya seperti: mengamati,

menanya, mencoba, menalar, dan menyajikan dalam semua mata pelajaran

(Panduan Teknis Kurikulum (2013:8)).

IPA adalah suatu pembelajaran mengenai pengetahuan tentang alam yang

disusun secara sistematis berdasarkan observasi dan penelitian. Proses

pendidikan yang sistematis, yang dilakukan oleh guru dan peserta didik atau

siswa pada mata pelajaran IPA bertujuan untuk menciptakan suasana belajar

dan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa yang

berujung pada pembentukan sikap, kecerdasan, dan karakter siswa sesuai


(20)

sasaran IPA antara lain adalah konsep, prinsip, dan teori ilmiah. Melalui IPA

siswa diharapkan mampu menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori

dan sikap atau perilaku yang nantinya akan berdampak positif bagi

kehidupannya.

Sampai sekarang siswa masih menganggap IPA sebagai salah satu mata

pelajaran yang sulit. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan pada saat

observasi (pengamatan) selama proses belajar di SDK Minggir khususnya

kelas IV pada materi sumber energi masih menunjukkan sebagian besar siswa

merasa kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Berdasarkan observasi (pengamatan) yang dilakukan pada tanggal 8 Maret

2014 di kelas IV SDK Minggir mengenai bagaimana proses pembelajaran yang

berlangsung siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran, akan tetapi

terdapat beberapa siswa yang jarang sekali bertanya kepaga guru atau teman

dan bahkan tidak menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran ini guru menggunakan metode pembelajaran

berkelompok dimana masing-masing kelompok berisi 2 - 3 orang. Berdasarkan

wawancara pertama yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 pada pukul

09.10 WIB, guru mengatakan bahwa “di dalam satu kelompok pasti ada pioner (siswa yang pintar), pra pioner (siswa yang kurang pintar/sedang), dan purba

(siswa yang „tidak‟ pintar)”. Guru juga melanjutkan komentarnya bahwa

“Pioner inilah yang nantinya akan membantu pra pioner dan purba dalam

mengatasi permasalahan belajar di kelas”. Istilah pioner, pra pioner, dan purba merupakan istilah yang dibuat oleh guru dalam membagi siswa kedalam


(21)

beberapa kelompok.

Kenyataannya saat diskusi di dalam kelompok, pioner ini sibuk dengan

urusannya karena tanggung jawabnya (menghafalkan materi) lebih banyak

dibandingkan dengan pra dan purba. Hal ini mengakibatkan para purba

menjadi seolah-olah tidak diperhatikan, tetapi dengan kemampuan yang

dimiliki dia tetap berusaha untuk memahami materi dengan „menghafal‟. Ketika presentasi di depan kelas, pioner cenderung mendominasi dibanding

siswa yang lain. Dia merasa bisa dan seolah-olah kemampuan siswa yang lain

berada di bawahnya. Faktanya ialah siswa pra pioner dan purba pasrah begitu

saja dan menerima kemampuan dia yang berada di bawah pioner.

Wawancara kedua yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2014 pukul 09.00

– 09.30 WIB, guru berkata “Selain metode diskusi dan performance (presentasi) saya juga menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam

proses pembelajaran IPA”. Guru berpendapat bahwa “Kadang-kadang kalau

„nerangke‟ IPA itu susah „biasane‟ karena ada istilah asing yang siswa belum tahu”. Guru juga mengatakan “Lebih banyak memakai metode ceramah ketika

pelajaran itu sangat sulit dipahami dan anak perlu bimbingan saya”. Pemberian ceramah di kelas dilakukan guru ketika siswa sangat sulit memahami materi

yang diajarkan. Selanjutnya tutur guru “Anak-anak sangat sulit memahami materi yang masih abstrak jadi saya harus menjelaskan secara detail”, “Kalau ingin praktek di lapangan membutuhkan biaya untuk pembuatan alat dan waktu

yang pastinya akan memotong pelajaran yang lain karena siswa asik untuk


(22)

Guru juga melanjutkan komentarnya ketika peneliti bertanya tentang

bagaimana penerapan metode yang ada di dalam kelas, guru menjawab

“Biasanya sebelum metode tanya jawab, anak dikelompokkan ke dalam

kelompoknya masing-masing (pioner dengan pioner, pra pioner dengan pra

pioner, purba dengan purba), setelah itu kelompok pra dan purba membuat

pertanyaan sebanyak mungkin yang nantinya akan dijawab oleh kelompok

pioner, sebaliknya kelompok pioner juga akan bertanya sebanyak mungkin dan

nantinya akan dijawab oleh kelompok pra dan purba”.

Siswa pioner akan cenderung membuat soal yang lebih sulit untuk dijawab

siswa pra dan siswa purba. Hal ini mengakibatkan adanya rasa kecewa dan

malu yang nampak pada wajah-wajah kelompok siswa pra dan purba karena

tidak bisa menjawab pertanyaan. Akan terjadi pemahaman bahwa mereka yang

kelompok siswa pra dan purba merasa bahwa dirinya memang tidak bisa dan

tidak mempunyai kemampuan seperti kelompok pioner. Keaktifan siswa di

kelas juga akan didominasi oleh siswa pioner dan siswa yang lainnya hanya

menyaksikan.

Pada proses pembelajaran IPA di kelas, keaktifan siswa terlihat kurang

maksimal dengan belum memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu

percobaan sehingga siswa kurang mampu untuk menemukan sendiri

pengetahuan yang ingin mereka cari. Terlihat dari pengamatan langsung di

kelas IV SD Kanisius Minggir pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 07.05 sampai

pukul 08.30 tampak bahwa siswa siswa memang kurang diberi kesempatan


(23)

menerangkan materi gerhana matahari dan gerhana bulan hanya 15% dari 20

siswa yang melibatkan pikiran (pendapat) selama proses pembelajaran. Ketika

siswa masuk ke dalam kelompok untuk mencari data mengenai gerhana

matahari dan gerhana bulan hanya 10% dari 20 siswa yang mengumpulkan

informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang dimiliki. Saat di

dalam kelompok hanya 20% dari 20 siswa yang melakukan pengamatan. Di

dalam kelompok terlihat hanya 0% dari 20 siswa yang mau membuat sesuatu

(melakukan suatu percobaan) terhadap materi serta belum dapat menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilakukan. Ketika guru menyuruh siswa untuk

bekerjasama dalam mengerjakan soal, hanya 20% dari 20 siswa yang kompak

di dalam mengikuti kegiatan belajar. Siswa dianjurkan hanya untuk

menghafalkan setiap materi yang disampaikan oleh guru di kelas dan

menceritakan kembali di depan kelas.

Khusus pada materi sumber-sumber energi, guru mengatakan terus terang

mengalami kesulitan dalam memberikan materi ini. Penyampaikan materi

dengan hanya berceramah di dalam kelas membuat siswa bosan dan

mengantuk, apalagi pada materi sumber-sumber energi siswa dituntut harus

bisa membedakan macam-macam sumber energi yang ada beserta manfaatnya.

Pada kenyataannya siswa lebih sering duduk di dalam kelas dan menghafal

semua materi yang diajarkan guru. Media yang digunakan guru juga relatif

sedikit dan kurang maksimal penggunaannya karena dari guru yang

bersangkutan menuturkan bahwa dalam pembuatan medianya itu sendiri akan


(24)

Hasil wawancara guru tentang nilai hasil ulangan pada materi sumber energi

siswa kelas IV di SDK Minggir tahun pelajaran 2011/ 2012, 2012/ 2013, 2013/

2014 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Kondisi Awal Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDK

Minggir

Tahun Pelajaran

Jumlah Siswa yang Mencapai KKM

Jumlah Siswa yang Belum Mencapai KKM

KKM Nilai Rata-rata 2011/ 2012 14 Siswa

(46,66%)

16 Siswa (53,33%)

65 52,7

2012/ 2013 10 Siswa (52,63%)

9 Siswa (47,36%)

65 66,57

2013/ 2014 12 Siswa (60%)

8 Siswa (40%)

65 60,5

Rata-rata 59,92

Sumber : Guru kelas IV SDK Minggir

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa pada tahun pelajaran

2011/2012 dari 30 siswa hanya 14 siswa (46,66%) yang lulus KKM, sedangkan

16 siswa (53,33%) lainnya belum memenuhi KKM. Untuk KKM kelas IV IPA

yaitu 65, sedangkan rata-rata nilai kelas 52,7. Pada tahun pelajaran 2012/ 2013

dengan KKM IPA sama yaitu 65, siswa yang lulus KKM ada 10 siswa

(52,63%) dan yang tidak lulus KKM ada 9 siswa (47,36%) dari 19 siswa yang

ada di kelas dengan rata-rata nilai kelas yaitu 66,57. Untuk tahun pelajaran

2013/2014 dari 20 siswa yang ada, terdapat 12 siswa (60%) lulus KKM dan 8

siswa (40%) belum memenuhi KKM, sementara KKM pelajaran IPA yaitu 65

dan rata-rata nilai kelasnya 60,5.

Peneliti menduga penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut karena


(25)

metode mengajar yang guru terapkan kurang bisa maksimal dalam menggali

potensi yang dimiliki siswa. Metode ceramah yang sudah diterapkan,

nampaknya juga kurang diminati para siswa. Mereka hanya duduk diam dan

mendengarkan guru yang sedang menerangkan, ini membuat siswa merasa

kurang bersemangat karena belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan

pembelajaran. Penerapan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran

yang sebelumnya sudah dijelaskan juga kurang diminati oleh siswa. Apalagi

siswa yang prestasinya tinggi, mereka akan mendominasi dalam kelompok dan

merasakan siswa lain hanya menunggu, melihat, dan menyerahkan cara

menyelesaikan tugas-tugas diskusi kepada mereka. Kekompakan kelas sebagai

kelompok belajarpun menurun dan akhirnya sebagian besar siswa lebih

menyukai bersikap menerima saja semua materi yang diajarkan oleh guru dan

hanya didominasi oleh siswa tertentu saja, dengan kata lain proses belajar

mengajarnya masih berpusat pada guru.

Guru di kelas lebih menekankan siswa untuk terus membaca materi dan

menghafalkannya supaya dapat menerangkan atau menjelaskan materi yang ia

baca dan hafalkan di depan kelas. Metode hafalan inilah yang sepertinya

membuat banyak siswa menjadi kurang aktif dalam hal bertanya dan menjawab

pertanyaan serta mengurangi kemampuannya untuk mengamati lingkungan

sekitar dan melakukan kegiatan eksperimen yang lebih menuntut siswa untuk

aktif. Sifat hafalan ini juga akan tersimpan dalam ingatan tetapi hanya bersifat

sementara, jadi siswa mudah lupa. Guru perlu melatih siswa untuk belajar lebih


(26)

posisi guru sebagai pembimbing dan fasilitator dalam kegiatan belajar juga

akan membantu mengarahkan siswa untuk mendapatkan informasi

pengetahuan yang dibutuhkan.

Peranan guru sangatlah penting dalam memilih pendekatan pembelajaran

yang tepat. Pendekatan pembelajaran ini dapat ditentukan oleh guru dengan

memperhatikan tujuan dan materi yang hendak dipilih dalam pembelajaran

sehingga proses pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang benar akan

membawa siswa berkembang sesuai dengan potensi mereka seutuhnya.

Pemilihan pendekatan yang tepat akan membuat siswa mengenal berbagai

macam cara belajar sehingga siswa sendiri tidak akan merasa bosan dalam

mengikuti proses belajar di kelas.

Pendekatan pembelajaran yang dipandang dapat mempengaruhi dan

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada keterampilan proses. Dalam keterampilan proses tersebut

bertujuan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang

harus dimiliki sesuai dengan taraf perkembangan kognitifnya (Semiawan,dkk

(1985:18).

Peneliti tertarik untuk mengambil pendekatan saintifikkarena siswa dilatih

untuk aktif menemukan pengetahuan dengan mengamati, bertanya kepada


(27)

melakukan percobaan dan aktif untuk menceritakan hasil percobaan yang

ditemukan, serta dilatih untuk bekerjasama dalam kelompok belajar dan

mengajari teman yang belum paham terhadap materi yang dipelajari.

Pendekatan saintifik menuntut siswa untuk berpikir kritis agar dapat mengatasi

setiap permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan konsep yang telah ditemukan, sehingga membuat adanya

kesatuan yang terkait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap

serta nilai yang ada dalam diri siswa.

Pendekatan tersebut diharapkan proses pembelajaran yang berlangsung di

SDK Minggir dapat berjalan dengan efektif, menyenangkan dan mencapai

prestasi belajar siswa dengan maksimal serta keaktifan siswa di kelas juga

dapat meningkat. Berdasarkan kondisi yang telah dibahas sebelumnya di kelas

IV, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Macam-macam Sumber Energi Kelas

IV SDK Minggir”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang muncul di atas, maka penulis

mengidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan materi


(28)

2. Rendahnya keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran pada materi

macam-macam sumber energi di kelas SDK Minggir.

3. Rendahnya prestasi belajar pada materi macam-macam sumber energi siswa

kelas IV SDK Minggir.

4. Penggunaan media yang belum optimal dalam pembelajaran pada materi

macam-macam sumber energi.

Dari identifikasi masalah di atas dapat disimpulkan terdapat dua akar

permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) rendahnya keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, dan (2) rendahnya prestasi siswa

dalam pembelajaran IPA.

C.Pembatasan Masalah

Penjelasan yang sudah diuraikan dalam latar belakang dan identifikasi

masalah serta banyaknya materi IPA yang ada di SD, maka penelitian ini

dibatasi pada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran

IPA. Keaktifan dalam hal ini dibatasi pada indikator keaktifan yaitu :

melibatkan pikiran siswa (pendapat siswa), mengumpulkan informasi

berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang dimilikinya, melakukan

pengamatan, membuat sesuatu, dan kekompakkan kelas sebagai kelompok

belajar.

Masalah penelitian dibatasi pada pembelajaran IPA kompetensi dasar 3.4

Membedakan berbagai bentuk energi melalui pengamatan dan


(29)

masalah tersebut peneliti menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi:

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,

mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan (Panduan Teknis Kurikulum

(2013:8)). Prestasi belajar mata pelajaran IPA pada kompetensi dasar 3.4 ini

dibatasi pada nilai siswa dengan mengerjakan soal evaluasi setelah

menggunakan pendekatan saintifik.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini menjadi:

1. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD

Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015?

2. Bagaimana penggunaan pendekatan saintifik untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD

Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015?

E.Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik

dengan melalui beberapa tahap, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Dengan


(30)

berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan

untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang

dihadapi, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran di

kelas khususnya pada sub tema macam-macam sumber energi.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan

pendekatan saintifik pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD

Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan

pendekatan saintifik pada materi macam-macam sumber energi kelas IV SD

Kanisius Minggir, semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015.

G.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini merupakan sarana untuk pengembangan pengetahuan

pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran dengan metode dan media

yang dirancang dan disesuaikan dengan karakter siswa serta kondisi


(31)

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi Peneliti

1) Menambah pengalaman baru yang hasilnya dapat dikembangkan

untuk bidang studi lain dengan menggunakan pendekatan saintifik.

2) Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan,

dan mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses dalam

penelitian.

3) Memiliki alternatif strategi pendekatan pembelajaran yang bervariasi

sehingga proses pembelajaran yang berlangsung di kelas tidak

monoton.

4) Menambah wawasan baru mengenai pendekatan pembelajaran yang

telah digunakan dan mengetahui efektivitasnya.

b. Bagi Siswa

1) Memiliki pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan belajar

sehingga kegiatan belajar dapat bervariasi serta dapat mengurangi

kejenuhan dan kebosanan pada saat mengikuti proses belajar di kelas.

2) Dengan adanya pendekatan ini diharapkan suasana belajar lebih

kondusif, prestasi belajar siswa meningkat, dan siswa menjadi aktif

untuk belajar karena belajar menjadi suatu kegiatan yang

menyenangkan.

c. Bagi Guru

1) Diharapkan melalui pendekatan saintifik ini guru dapat lebih mengerti


(32)

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,

mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.

2) Memotivasi untuk melakukan pendekatan ini dalam pembelajaran

pada mata pelajaran lain dan di kelas yang berbeda.

3) Memberikan wawasan lebih luas karena menggunakan berbagai

sumber informasi untuk mengajar.

d. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan atau saran kepada Kepala Sekolah bahwa

penggunaan pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang

efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

2) Menambah sumber bahan bacaan di perpustakaan sekolah untuk

memberikan informasi, motivasi dan inspirasi guru lain melakukan

penelitian yang sama atau yang berbeda.

e. Bagi Prodi PGSD

1) Memberi saran alternatif pendekatan saintifik untuk pembelajaran

khususnya pada materi macam-macam sumber energi.

2) Menambah koleksi bahan bacaan penelitian kepada program studi

sehingga dapat memberikan inspirasi.

H.Batasan Pengertian

Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tafsiran istilah yang dikemukakan

maka perlu adanya batasan pengertian. Berikut ini merupakan batasan


(33)

1. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya. Jadi prestasi belajar adalah suatu pencapaian proses kegiatan

seseorang mengalami pembelajaran di dalam menemukan suatu

pengetahuan yang diterima.

2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

menekankan pada ketrampilan proses yang meliputi: mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan.

3. Keaktifan siswa merupakan kegiatan melibatkan pikiran siswa (pendapat

siswa), mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan

yang dimilikinya, melakukan pengamatan, membuat sesuatu, dan


(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian kajian pustaka ini ada tujuh hal yang akan dibahas. Tujuh hal

tersebut terdiri dari: A. kajian teori: 1. Belajar, 2. Prestasi Belajar, 3. Keaktifan

Belajar, 4. Hakikat Pembelajaran IPA, 5. Pendekatan Saintifik, B. Penelitian yang

Relevan, C. Kerangka Berpikir dan D. Hipotesis Tindakan.

A.Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas tiga hal yaitu: belajar,

prestasi belajar, dan keaktifan belajar.

1. Belajar

Pengertian belajar menurut Imron (1996:2) adalah mengumpulkan

sejumlah pengetahuan. Sedikit berbeda yang dikemukakan oleh Syah (2008:

68) merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Kedua tokoh di atas terdapat persamaan dalam

mendefinisikan belajar yang berarti merupakan suatu perubahan tingkah

laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah

pengalaman.

Adapun pendapat dari Suryabrata (2006:55), belajar adalah proses yang

dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya, sedangkan

proses/jalannya itu sendiri terdiri dari tiga langkah, yaitu: pembentukan

pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Dimyati dan


(35)

perilaku siswa yang kompleks yang hanya dialami oleh siswa sendiri

sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berikutnya,

belajar menurut Yamin (2006:96) merupakan proses orang memperoleh

kecakapan, keterampilan, dan sikap. Pendapat Neisser (dalam Yamin,

2006:96) menyebutkan bahwa anak-anak membutuhkan pengetahuan awal,

dan memiliki keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu

anak memiliki banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu

anak-anak membutuhkan banyak belajar dan memungkinkan memberi

pengetahuan kepadanya.

Pendapat beberapa tokoh di atas terdapat persamaan yang menunjukkan

bahwa belajar itu merupakan sebuah proses tindakan dan perilaku untuk

memberikan pengetahuan. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar itu

sendiri adalah suatu kegiatan atau proses seseorang mengalami

pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan serta

pengalaman, bisa melalui tindakan, pendapat, maupun kesimpulan dari

refleksi.

a. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Syaodih (2009: 165) adalah 1) belajar

merupakan bagian dari perkembangan. Di dalam perkembangan dituntut

belajar, dan dengan belajar maka perkembangan individu semakin cepat,

2) belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar dilakukan sejak

lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus,


(36)

lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri, 4) belajar

mencakup semua aspek kehidupanm, 5) kegiatan belajar berlangsung

pada setiap tempat dan waktu. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan di

rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa terjadi

perbuatan belajar dan juga hampir dapat terjadi setia saat, 6) belajar

berlangsung dengan guru maupun tanpa guru. Karena belajar dapat

berlangsung dalam situasi formal maupun informal, maka belajar bisa

dengn guru atau tanpa guru, 7) belajar yang direncana dan disengaja

menuntut motivasi yang tinggi, 8) perbuatan belajar bervariasi dari hal

yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. Perbuatan

belajar yang sederhana seperti mengenal tanda, mengenal nama, dan

meniru perbuatan, sedangkan perbuatan yang kompleks adalah

pemecahan masalah dan pelaksanaan sesuatu rencana, 9) dalam belajar

dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan ini dapat terjadi karena

belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan

dari lingkungan, ketidak cocokan potensi yang dimiliki individu,

kurangnya motivasi adanya kejenuhan belajar, 10) memecahkan masalah

tertentu diperlukan bimbingan dari guru atau pembimbing karena tidak

semua hal dapat dipelajari sendiri. Belajar memang berlangsung seumur

hidup pada setiap tempat dan waktu tetapi juga diperlukan bimbingan

dari orang lain dengan strategi yang dipilih.

Prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:42) yaitu


(37)

atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,

serta perbedaan individual. Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar tersebut

mengarah pada kemampuan siswa dalam mengkritisi, menyikapi dan

menghadapi proses pembelajaran sabagai dasar dia memperoleh

pengetahuan belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas, dengan

bimbingan guru maupun tidak, dan dengan disengaja maupun tidak.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Syah (2008:

144), yaitu:

1) Faktor dari dalam siswa (faktor internal), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor dari luar siswa (faktor eksternal), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Proses dalam belajar siswa memang sangat penting jika seorang guru

lebih memahami karakter serta kondisi lingkungan tempat tinggal

siswa. Gaya belajar siswa berbeda satu dengan yang lainnya. Inilah

yang menjadi faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

2. Prestasi

Prestasi menurut Suharso dan Retnoningsih (2011: 390) adalah hasil


(38)

216) berpendapat bahwa yang dapat dilakukan guru dalam menentukan

prestasi belajar siswa yaitu hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah

laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan

yang terjadi sebagai hasil belajar siswa. Jadi prestasi itu sendiri merupakan

pencapaian proses belajar sebagai hasil pembelajaran yang telah

berlangsung. Adapun prestasi belajar adalah suatu pencapaian proses

kegiatan seseorang mengalami pembelajaran di dalam menemukan suatu

pengetahuan.

a. Pendekatan dalam Penilaian Prestasi Belajar

Ada dua macam pendekatan dalam menilai tingkat prestasi siswa

menurut Tardif et al (1989: 95) dalam Syah (2008: 219), yaitu:

1) Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Assessment). Penilaian

dengan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) ini, prestasi belajar

siswa diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang

dicapai teman-teman sekelas atau sekelompoknya

2) Penilain Acuan Kriteria (Criterion Referenced Assessment). Penilaian

dengan menggunakan pendekatan PAK (Penilaian Acuan Kriteria)

merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara

membandingkan pencapaian seorang siswa dengan berbagai perilaku

ranah yang diterapkan secara baik (well defined domain behaviours)

sebagai patokan absolut.

Mengetahui prestasi belajar siswa, guru dituntut tidak hanya melihat


(39)

proses dalam pembelajaran yang telah dilaksanakanpun menjadi

penting ketika seorang guru akan memberikan hasil belajar sebagai

prestasi yang dicapai oleh siswa.

b. Komponen yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Komponen-komponen yang mempengaruhi prestasi belajar menurut

Martinis Yamin (2006:17), yaitu: 1) lingkungan fisik dapat

mempengaruhi prestasi belajar karena interaksi antara individu dan

lingkungan sekitarnya dapat menjadi sumber pengetahuan baru yang

nantinya berdampak pada proses belajar siswa, 2) kematangan sistem

syaraf menjadikan anak memperoleh manfaat secara maksimal dari

pengalaman fisik yang dia peroleh, 3) peranan lingkungan sosial tersebut

juga dapat memacu atau menghambat strategi kognitif siswa. Strategi

kognitif tersebut sebagai kemampuan internal seseorang untuk berpikir,

memecahkan masalah, dan mengambil keputusan, Yamin (2006:5), 4)

berawal dari ekuilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis untuk

mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Komponen-komponen di atas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan ketika

akan mencapai prestasi belajar siswa. Interaksi antar individu, kesiapan

dalam menerima pembelajaran, lingkungan sekitar siswa, serta

pengolahan pengetahuan yang baru disesuaikan dengan pengetahuan

yang telah siswa peroleh sebelumnya merupakan suatu dasar pegangan

yang dapat menjadikan siswa lebih dihargai dan mencapai prestasinya.


(40)

pembelajaran di kelas yang masih perlu dibina. Siswa menjadi sulit untuk

menyatukan pengalaman luar dengan pengalaman yang telah ia peroleh.

3. Keaktifan Belajar

Yamin (2007:77) mengungkapkan bahwa keaktifan siswa merupakan

kegiatan dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat

memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar

aktif itu sendiri adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan

dalam dirinya.

Tokoh lain seperti Rusman (2013:394) berpendapat bahwa aktivitas

belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan

fasilitator belajar siswa. Siswa aktif dengan belajar sesuatu sebagai

pengalaman langsung. Pendapat yang hampir sama yaitu dari Hamzah dan

Nurdin (2011:78) menyatakan bahwa pembelajaran aktif adalah pada saat

anak-anak aktif, terlibat, dan peserta yang peduli dengan pendidikan mereka

sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan terus mendorong siswa untuk

berpikir, menganalisis, membentuk opini, praktik, dan mengaplikasikan

pembelajaran mereka serta bukan hanya menjadi pendengar pasif melainkan

ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.

Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda mengenai pembelajaran

yang aktif menurut Mahyuni (2009: 9, 11) yaitu merupakan pengajaran yang

melibatkan pikiran siswa dan memungkinkan mereka mengubah apa-apa


(41)

bertindak sebagai penghasil ilmu pengetahuan. Keaktifan memuat beberapa

hal: melibatkan pikiran siswa (pndapat siswa), memungkinkan mereka

mengubah apa-apa yang mereka pelajari dari hal pasif menjadi hal aktif,

dimana siswa bertindak sebagai penghasil ilmu pengetahuan, siswa

mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang

dimilikinya serta, merangsang perhatian siswa seperti menggunakan cara

menjawab bergantian, pikir-pasang-bagi, dan soal acak untuk memacu

tanggapan siswa.

Menurut Mc.Keache (dalam Yamin, 2007: 77) terdapat tujuh aspek yang

mendukung terjadinya keaktifan siswa, yaitu: 1) partisipasi siswa dalam

menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, 2) tekanan pada aspek afektif

dalam belajar, 3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama

yang berbentuk interaksi antar siswa, 4) kekompakan kelas sebagai

kelompok belajar, 5) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, 6)

kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam

pembelajaran, 7) Adanya pemberian waktu untuk mengatasi masalah siswa,

baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan siswa.

Berikutnya pendapat keaktifan menurut Sanjaya dalam Rusman (2013:

395) menyebutkan contoh kegiatan keaktifan meliputi: kegiatan

mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan,

melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan

masalah, dan praktik melakukan sesuatu. Dari beberapa ahli tersebut,


(42)

Gambar 2.1 Indikator Keaktifan

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa indikator keaktifan dalam proses

pembelajaran yang diambil secara acak oleh peneliti meliputi lima indikator

Siti Mahyuni (2009: 9, 11) berpendapat bahwa keaktifan memuat beberapa hal: 1) melibatkan pikiran siswa (pendapat siswa), 2) memungkinkan mereka mengubah apa-apa yang mereka pelajari dari hal pasif menjadi hal aktif, 3) dimana siswa bertindak sebagai penghasil ilmu pengetahuan, 4) siswa mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang dimilikinya serta, 5) merangsang perhatian siswa seperti menggunakan cara menjawab bergantian, 6) pikir-pasang-bagi, dan 7) soal acak untuk memacu tanggapan siswa.

Keaktifan menurut Sanjaya dalam Rusman (2013: 395): 1) kegiatan mendengarkan, 2) berdiskusi, 3) bermain peran, 4) melakukan pengamatan, 5) melakukan eksperimen, 6) membuat sesuatu, 7) menyusun laporan, 8) memecahkan masalah dan 9) praktik melakukan sesuatu.

Keaktifan dalam proses pembelajaran menurut Mc.Keache (dalam Martinis, 2007: 77) terdapat 6 aspek, yaitu: 1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, 2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar, 3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa, 4) kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar, 5) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam pembelajaran, 6) adanya pemberian waktu untuk mengatasi masalah siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan siswa.

Kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar Melibatkan pikiran siswa (pendapat siswa) Melakukan pengamatan Membuat sesuatu Mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan yang dimilikinya


(43)

yaitu (1) melibatkan pikiran siswa (pendapat siswa) yang meliputi:

menyampaikan gagasan secara spontan dan menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru, (2) mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai

strategi kecerdasan yang dimilikinya, yaitu bertanya kepada teman atau guru

dan memakai berbagai sumber bacaan, (3) melakukan pengamatan seperti:

bersemangat melakukan pengamatan dan menulis hasil pengamatan, (4)

membuat sesuatu yang meliputi: melakukan percobaan sesuai dengan

pembelajaran dan membuat kesimpulan tentang percobaan yang dilakukan,

(5) kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar seperti: bekerjasama

dengan teman dan mengajari teman yang belum paham terhadap materi.

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai

Sains. Dalam bahasa Inggris: Science berasal dari bahasa latin “scientia”

yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan,

pengertian, paham yang benar dan mendalam. Ilmu atau Science mengalami

perluasan dan merujuk ke pengetahuan alam yang sifatnya lebih pasti

karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur, (Wonorahardjo, 2010:

11).

Samatowa (2011: 3) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam

merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural science,

artinya ilmu pengetahuan alam. IPA ini membahas tentang gejala-gejala

alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan


(44)

a. Pengertian IPA

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam

semesta dengan segala isinya, (Hendro Darmojo dalam Samatowa, 2011:

2). Menurut Amien (1987:4) IPA ialah dunia alamiah atau dunia zat, baik

berupa makhluk hidup maupun benda-benda mati yang dapat diobservasi,

dan juga merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis, tidak statis, baik

dalam prinsip maupun dalam praktek. Dari beberapa dua penjelasan

tersebut, ada kesamaan yang dapat disatukan bahwa Ilmu Pengetahuan

alam merupakan suatu pembelajaran mengenai pengetahuan alam yang

disusun secara efektif berdasarkan hasil observasi, eksperimen maupun

penelitian.

Iskandar (2001: 2-3) juga menambahkan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) disebut sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam. Ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin ilmu

disebut juga sebagai produk IPA yang bentuknya berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta dalam

pembelajaran IPA merupakan pernyataan tentang benda-benda yang

benar-benar ada, dan peristiwa yang benar-benar terjadi serta sudah

dikonfirmasi secara objektif. Konsep dalam IPA adalah suatu ide yang

menghubungkan beberapa fakta yang telah ada. IPA mempunyai suatu

prinsip yang bersifat analitik sebab merupakan penggabungan dari


(45)

Iskandar (2001: 3) menjelaskan kembali tentang IPA yang merupakan

sebuah keterampilan proses yang dilakukan dengan beberapa kegiatan

yaitu mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan

variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data,

membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Ketrampilan

proses dalam IPA juga memuat kegiatan melakukan penelitian dan

mengkomunikasikan hasil penelitiannya.

Aspek-aspek ketrampilan proses menurut Iskandar (2001:51) memuat

beberapa hal yaitu: 1) mengamati, yang merupakan proses pengumpulan

informasi dengan mempergunakan semua alat indra, 2) pengklasifikasian,

merupakan kegiatan mengklasifikasi adah kegiatan mengatur atau

menyusun obyek-obyek, kejadian-kejadian, atau informasi ke dalam

golongan atau kelas dengan mempergunakan cara tertentu untuk sistem

tertentu, 3) pengukuran, yang merupakan kegiatan mengukur hasil

pengamatan dengan jalan membandingkan dengan suatu standar yang

telah ditetapkan, 4) pengidentifikasian dan pengendalian variabel, yaitu

untuk menandai karakteristik obyek atau faktor dalam kejadian atau

peristiwa yang tetap dan yang berubah di dalam kondisi yang

berbeda-beda, 5) perumusan hipotesis, dilakukan untuk memberikan dugaan

tentang hubungan alasan yang mungkin ditemukan di dalam percobaan

atau penelitian, 6) perancangan eksperimen dan penyimpulan hasil

eksperimen ialah suatu proses yang disusun dengan memuat


(46)

dilakukan agar mendapatkan data yang baik sehingga hasil nya dapat

memuaskan, pengkomunikasian hasil eksperimen yaitu berarti mencatat

data yang telah didapat sebagai hasil eksperimen dalam bentuk yang

dapat dipahami oleh orang lain dan menceritakannya.

b. Pengaruh Belajar IPA

Purnomo (2008:269) mengungkapkan pengalaman belajar IPA

membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari dengan

efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3)

memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang

konsep-konsep IPA, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi

IPA, (6) memahami bahwa karier dalam IPA dan teknologi sangat cocok

dengan pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang

berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggung jawab

terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan

pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu IPA dan teknologi, (10)

menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.

c. Tujuan Pendidikan IPA

Tujuan pendidikan IPA antara lain harus menguraikan

keterampilan-keterampilan kognitif, psikomotor, dan afektif yang diharapkan terbentuk

pada diri siswa, dari pada hanya menguraikan atau menyatakan

pengetahuan/konsep-konsep yang dianggap penting untuk memperoleh


(47)

sangatlah penting dalam membentuk siswa yang lebih mandiri dan

bertanggung jawab dalam mencapai prestasi belajarnya. Bukan hanya

kognitifnya saja yang perlu dikembangkan, melainkan harus seimbang

pula antara sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa khususnya untuk

belajar pengetahuan alam yang ada di lingkungan sekitarnya.

5. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik lebih menekankan pada keterampilan proses dalam

pembelajaran yang merupakan sebuah pendekatan yang mengembangkan

kemampuan kognitif siswa dilandasi dengan gerakan dan perbuatan

terhadap obyek yang nyata. Ketika mengembangkan

keterampilan-keterampilan yang dipelajari, siswa akan memproses suatu pengetahuan

yang nantinya akan mampu untuk menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep serta dapat menumbuhkembangkan sikap dan nilai yang

ada dalam diri siswa.

Semiawan (1985:17) mengungkapkan dalam pendekatan keterampilan

proses memuat beberapa kemampuan dan keterampilan yang menjadi dasar

dalam kegiatan pembelajaran seperti: mengobservasi atau mengamati,

menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau

waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen,

mengendalikan variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun

kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (memprediksi), menerapkan


(48)

Dirawat (1993:17) juga menyampaikan komentarnya mengenai

keterampilan proses yang merupakan keterampilan mengelola dan

memproses perolehannya dalam proses belajar mengajar. Keterampilan ini

juga merupakan kemampuan fisik, mental, sosial, mendasar, sebagai

penggerak kemampuan-kemampuan lainnya yang intinya adalah kreativitas.

Keterampilan proses itu berupa; keterampilan bertanya, mengamati,

mengklasifikasi, menafsirkan atau menginterpretasi, meramalkan atau

memprediksi, menerapkan prinsip, dalil, hukum, dan rumus, merencanakan

dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan.

Moedjiono dan Dimyati (1992/1993: 15) berpendapat bahwa ada enam

keterampilan yang diajarkan dalam keterampilan proses ini, yaitu

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan,

dan mengkomunikasikan. Majid (2014:195) menyatakan bahwa pendekatan

saintifik (ilmiah) mencakup perilaku ilmiah seperti mengamati, menanya,

menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan, sehingga

siswa dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik.

Metode ilmiah menurut Endang (2011:77) merupakan prosedur atau

langkah-langkah yang sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah

atau ilmu. Garis besar dalam langkah-langkah sistematis keilmuan adalah :

(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, (2) menyusun

kerangka berfikir, (3) merumuskan hipotesis, (4) menguji hipotesis secara


(49)

Majid (2014:211-234) mengungkapkan mengenai pendekatan Ilmiah

(Scientific approach) dalam pembelajarannya meliputi mengamati,

menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menalar, menyimpulkan, dan

mencipta.

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran seperti menyajikan media atau objek pembelajaran yang

konkrit, siswa merasa senang, tertarik dan tertantang serta mudah dalam

mengikuti setiap tahap kegiatan pembelajarannya. Kegiatan mengamati

dalam pembelajaran dilakukan dalam langkah-langkah pembelajaran

seperti : menentukan objek yang akan diobservasi, membuat pedoman

observasi, menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi,

menentukan tempat dimana objek akan diobservasi, menentukan secara

jelas bagaimana observasi akan dilakukan, menentukan cara dan

melakukan pencatatan atas hasil observasi, dan melakukan observasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam observasi pembelajaran

adalah (1) harus cermat, objektif, jujur, dan fokus pada objek yang

diobservasi untuk kepentingan pembelajaran, (2) Sebelum observasi

dilaksanakan sebaiknya siswa dan guru membuat kesepakatan mengenai

tata cara dan prosedur pengamatan yang akan dilakukan, (3) Siswa dan

guru perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya,


(50)

2. Menanya

Pada saat guru bertanya kepada siswa, maka saat itulah membimbing

atau mengarahkan siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab

pertanyaan siswa, pada saat itulah siswa belajar untuk menjadi penyimak

dan pembelajar yang baik.

Fungsi dari bertanya, yaitu (1) membangkitkan rasa ingin tahu, minat,

dan perhatian dari siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) Mendorong

dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar serta dapat mengasah

kemampuannya untuk bertanya, (3) memprediksi kesulitan siswa dan

menyampaikan rancangan solusi yang akan digunakan, (4) memberi

kesempatan siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan

pemahamannya atas materi yang dipelajari, (5) membangkitkan

keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan

memberikan jawaban secara logis dan sistematis dengan menggunakan

bahasa yang baik dan benar, (6) mendorong partisipasi siswa dalam

berdiskusi, menyampaikan pendapat, mengembangkan kemampuan

berpikir dan membuat kesimpulan, (7) membangun sikap terbuka untuk

saling bertukar pikiran menerima pendapat, menambah kosakata dan

menumbuhkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok, (8)

membiasakan siswa untuk berpikir spontan dan cepat dalam menanggapi

persoalan yang tiba-tiba muncul, (9) melatih sikap santun dalam


(51)

Berikut adalah kriteria yang termasuk dalam penyusunan pertanyaan

yang baik, yaitu singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki

fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan,

memberi kesempatan siswa untuk berpikir ulang, merangsang

peningatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang proses

interaksi

3. Mencoba

Siswa harus mencoba atau melakukan percobaan agar memperoleh

hasil yang nyata, siswa juga haru memiliki ketrampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuannya mengenai alam sekitar dan

memecahkan setiap permasalahan dengan metode ilmiah yang telah

dipelajari.

Aktivitas pembelajaran yang nyata dalam hal ini seperti: menentukan

tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar yang termuat dalam

kurikulum; mempelajari cara-cara penggunaan media yang tersedia dan

harus disediakan; mempelajari dasar-dasar teori yang relevan dari hasil

eksperimen sebelumnya; melakukan dan mengamati percobaan; mencatat

apa yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; menarik

kesimpulan atas hasil percobaan; dan membuat laporan serta

mengkomunikasikan hasil percobaan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran agar percobaan dapat berjalan

dengan lancar maka harus memperhatikan beberapa hal yaitu: guru


(52)

guru bersama siswa mempersiapkan peralatan yang akan digunakan,

perlu memperhatikan tempat dan waktu lamanya percobaan yang akan

dilakukan, lembar kerja siswa perlu dipersiapkan, guru dan siswa

membahas masalah yang akan dijadikan bahan eksperimen, membagikan

kertas eksperimen, siswa melaksanakan kegiatan percobaan dengan

bimbingan guru, guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan

mengkonfirmasinya.

4. Mengolah

Pada tahapan mengolah, siswa belajar secara aktif dengan sedapat

mungkin dikondisikan dalam situasi belajar secara kolaboratif. Dalam

situasi ini siswa akan saling berinteraksi, memiliki rasa empati, saling

menghormati, menghargai pendapat teman yang lain, dan saling

menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Cara ini akan

memungkinkan siswa untuk merasa lebih aman menghadapi aneka

perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Siswa secara

bersama-sama juga akan saling bekerja sama mengerjakan tugas yang

terkait dengan materi yang akan dipelajari dan hasilnya dipresentasikan

dan dilaporkan di depan kelas.

5. Menyajikan

Penyajian hasil tugas yang telah dilakukan dapat dilakukan secara

berkelompok maupun individu dan dapat berupa portofolio maupun

laporan tertulis. Meskipun dilakukan secara kelompok, tetapi siswa


(53)

laporan sehingga masing-masing siswa akan mengalami proses

pembelajaran yang nyata.

6. Menalar

Menalar ditujukan agar siswa dan guru menjadi pelaku aktif dalam

pembelajaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-fakta yang telah diamati sehingga dapat memperoleh

kesimpulan berupa pengetahuan.

Pengembangan aktivitas pembelajaran dalam meningkatkan daya

menalar siswa dapat dilakukan melalui beberapa cara sepeti : (1)

penyusunan perangkat pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum

yang dipakai sekolah, (2) tidak banyak menerapkan metode ceramah.

Memberi instruksi secara singkat, jelas, dan disertai dengan contoh-

contoh yang konkrit, (3) bahan pembelajaran disusun dari tingkatan yang

sederhana sampai pada tingkatan yang kompleks atau rumit, (4) kegiatan

pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati, (5)

setiap ada kesalahan harus segera dikoreksi dan diperbaiki, (6) perlu

melakukan pengulangan dan latihan secara terus menerus agar perilaku

yang diinginkan menjadi sebuah kebiasaan, (7) penilaian didasari atas

perilaku yang sebenarnya atau sesuai kenyataan, (8) mencatat setiap

kemajuan yang siswa alami untuk kemungkinan memberikan tindakan


(54)

7. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kegiatan lanjutan setelah

mengolah dan mencoba kegiatan yang dilakukan. Menyimpulkan dapat

dilakukan bersama-sama dengan kelompok maupun dikerjakan sendiri

setelah melaksanakan kegiatan mengolah data informasi.

8. Mencipta

Dari kesimpulan yang telah dibuat siswa, pada kegiatan akhir ini

siswa diharapkan mampu menciptakan suatu produk dari hasil pekerjaan

yang telah disusun baik secara berkelompok maupun individu. Kegiatan

menciptakan suatu produk ini kemudian dikomunikasikan dan

selanjutnya dapat dikoreksi oleh guru dan dapa dikonfirmasi

Peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik (ilmiah)

merupakan sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran yang

menitikberatkan pada keterampilan proses siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar melalui tahapan seperti mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan.

Tahapan tersebut dapat dijelaskan seperti: 1) Mengamati. Siswa akan

aktif untuk melakukan kegiatan pengamatan seperti: membaca,

mendengar, menyimak, melihat, merasa, dan meraba, 2) Menanya.

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa terdorong secara mandiri untuk

bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca.


(55)

terkait dengan hasil pengamatan terhadap objek yang konkrit sampai

abstrak yang berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, dan generalisasi.

Melalui kegiatan ini, rasa ingin tahu dalam diri siswa menjadi

berkembang dan siswa dapat memperoleh informasi dari beragam

sumber baik dari guru, teman maupun sumber lainnya. 3)

Mencoba/eksperimen. Siswa harus mencoba atau melakukan percobaan

agar memperoleh hasil yang nyata, siswa juga harus memiliki

keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuannya mengenai

alam sekitar dan memecahkan setiap permasalahan dengan metode

ilmiah yang telah dipelajari, 4) mengasosiasi/menalar. Berdasarkan

semua informasi yang diperoleh, maka siswa dapat menemukan

keterkaitan satu informasi dengan informasi yang lainnya, menemukan

pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan, 5)

mengomunikasikan. Siswa dapat menceritakan, menuliskan atau bahkan

mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan. Hasil

tersebut merupakan hasil belajar siswa atau kelompok siswa didalam

proses kegiatan pembelajaran.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang ditulis oleh Wahyu Setiawan (2009) bertujuan untuk

mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N Plaosan 1. Penelitian ini


(56)

Plaosan kelas V. Penelitian ini berisi tentang masalah dalam pembelajaran

dengan siswa yang kurang aktif dan metode yang digunakan guru masih

kurang inovatif. Dalam penellitian ini peneliti menggunakan metode inkuiri

terbimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pada mata

pelajaran IPA materi pelapukan jenis batuan menggunakan metode inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Hal ini terlihat

dari kenaikan persentase keaktifan siswa yang bertanya kepada guru yang

awalnya 28% menjadi 32%, keaktifan siswa mengemukakan pendapat pada

kondisi awal 16% menjadi 40%, keaktifan siswa berdiskusi yang sebelumnya

16% meningkat menjadi 40%, keaktifan siswa yang mengerjakan tugas pada

kondisi awal 16% meningkat 44%. Prestasi siswa juga mengalami peningkatan

yang semula 50% menjadi 80%. Penelitian ini memberikan suatu informasi

untuk memberikan gambaran mengenai instrumen apa saja yang harus

dipersiapkan dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Resti Fauziah, Ade Gafar Abdullah, Dadang

Lukman Hakim tahun 2013 bertujuan untuk mrngembangkan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang bercirikan pembelajaran saintifik, mengadopsi

pendekatan Problem Based Learning (PBL). Subyek dalam penelitian ini yaitu

siswa kelas X program keahlian TEI di SMK Negeri 1 Kota Cimahi periode

2013-2014 yang sedang menempuh mata pelajaran Elektronika Dasar.

Penelitian ini berisi permasalahan pada proses pembelajaran serta pemahaman

penguasaan pada standar kompetensi, serta aktivitas belajar siswa yang kurang


(57)

pre-experimental design dengan desain penelitian one-shot case study. Hasil dari

penelitian ini berupa RPP berbasis pendekatan saintifik melalui model

pembelajaran PBL yang menyebabkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Guru dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa dan dapat memotivasi siswa

untuk saling bekerjasama bertukar pikiran dalam memecahkan masalah dan

dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan baik. Dalam pembelajaran ini

menunjukkan siswa aktif, kreatif, mandiri, dan dapat menambah wawasan. Jadi

RPP berbasis saintifik berhasil memotivasi dan menanamkan sikap internal

pada siswa. Tahap-tahap pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap

kemampuan soff skill-nya. Penelitian ini memberikan bukti bahwa dengan

menggunakan pendekatan saintifik dapat menghasilkan sebuah instrumen

pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

Penelitian tahun 2013 yang disusun oleh M.F. Atsnan dan Rahmita Yuliana

Gazali bertujuan mengetahui bagaimana langkah – langkah pembelajaran berdasarkan pendekatan scientific diterapkan dalam pembelajaran matematika

kelas VII SMP pada materi bilangan. Penelitian ini berisi Penerapan

Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Materi

Pecahan yang mengaitkan antara matematika dengan ilmu pengetahuan,

sehingga siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang menarik.


(58)

matematika siswa. Dengan kata lain, belajar matematika yang baik adalah

mengalami sendiri atau berkegiatan. Hasil dari penelitian ini adalah pendekatan

saintifik merupakan suatu pendekatan berpikir dan berbuat yang diawali

dengan mengamati dan menanya sampai berupaya untuk mencoba, mengolah,

menyaji, menalar dan akhirnya mencipta. Tahap saintifik inilah yang

memotivasi siswa lebih aktif berkegiatan selama proses pembelajaran

matematika. Penelitian ini memberikan gambaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik akan memotivasi siswa untuk belajar dengan cara yang

menarik sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan sesuai kebutuhannya.

C.Kerangka Berpikir

Suatu kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal jika disusun dan

dikemas dalam suatu kerangka berpikir. Masalah mengenai rendahnya

keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi

macam-macam sumber energi dikarenakan dalam hal ini siswa kurang dilibatkan

secara langsung dalam kegiatan belajar. Rendahnya keaktifan dan prestasi

belajar IPA ditingkatkan melalui pendekatan saintifik. Peneliti memilih

pendekatan saintifik karena dalam prosesnya pendekatan ini menuntut siswa

untuk aktif dan menjadi subjek belajar dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik menuntut siswa

untuk aktif dalam mengikuti kegiatan karena siswa akan dilatih untuk kritis

dalam mengumpulkan pengetahuan yang dibutuhkan. Situasi dalam


(59)

menempatkan siswa sebagai subjek dalam kegiatan belajar. Siswa akan terus

mencari sendiri pengetahuannya dengan mengamati, mencari informasi,

melakukan percobaan sampai menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan

hasil belajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran serta bimbingan dari guru.

Pendekatan saintifik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA karena

memiliki beberapa tahap yang dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif

dalam proses pembelajaran. Tahap-tahap tersebut, yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan. Tahap-tahap dalam pendekatan saintifik yaitu tahap

mengamati, siswa akan diajak untuk mengamati setiap kegiatan dalam proses

pembelajaran. Selanjutnya pada tahap menanya, siswa akan terdorong untuk

bertanya mengenai hasil pengamatan kegiatan yang dilakukan dengan

fenomena yang ditunjukkan oleh guru. Berikutnya tahap mencoba, siswa diajak

untuk mencoba beberapa eksperimen untuk mendalami pengetahuan yang

dibutuhkan sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga siswa juga akan aktif

menemukan pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru. Pada tahap

menalar siswa akan mengolah informasi baru yang didapat dan dikombinasikan

dengan pengetahuan yang dia punya kemudian diolah dengan logika untuk

mendapatkan suatu pengetahuan dan kesimpulan mengenai percobaan yang

telah dilakukan. Tahap mengkomunikasikan membuat siswa lebih terbuka dan

percaya diri untuk menceritakan hasil kerjanya selama proses pembelajaran


(60)

Jadi dengan pendekatan saintifik, dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pikiran siswa (pendapat

siswa), mengumpulkan informasi berdasarkan berbagai strategi kecerdasan

yang dimilikinya, melakukan pengamatan, membuat sesuatu, dan

kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar. Kualitas pembelajaran IPA di

kelas menjadi meningkat dengan memberi kesempatan siswa untuk mencari

dan menemukan sendiri pengetahuan dalam proses kegiatan belajar yang lebih

efektif, efisien, dan menyenangkan.

D.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengamati

dan bertanya bertujuan untuk mengungkapkan pemikiran serta menganalisis

objek pembelajaran yang ada di sekitarnya. Tahap membuat sesuatu di

dalam pembelajaran saintifik mendorong siswa untuk aktif menemukan

pengetahuan yang dibutuhkannya dengan mengikuti kegiatan pembelajaran

dan mencoba melakukan eksperimen berdasarkan data yang telah

dikumpulkan sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

2. Pendekatan saintifik meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDK

Minggir selama proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa nampak dalam

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.


(61)

dan menemukan pengetahuannya melewati beberapa tahap seperti

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Siswa

sebagai subjek belajar akan bebas untuk berkreasi dan berinovasi dalam

kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pembelajarannya sehingga akan

memperoleh pemahaman mengenai teori dan konsep serta keterampilan dan


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini ada delapan hal yang akan dibahas. Delapan hal tersebut ialah: a)

jenis penelitian, b) setting penelitian, c) design penelitian, d) teknik pengumpulan

data, e) instrumen penelitian, f) validitas dan reliabilitas, g) teknik analisis data,

dan h) jadwal penelitian.

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Suhardjono (2009:58) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Pendapat yang tidak jauh berbeda

dari Taniredja, dkk (2010:16) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

mengangkat suatu permasalahan aktual yang dilakukan oleh para guru dan

berupa tindakan untuk memperbaiki serta meningkatkan praktik pembelajaran

secara lebih profesional.

Penelitian tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran sehingga terjadi peningkatan nilai prestesi siswa. Model yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kurt Lewin dalam Taniredja, dkk


(1)

27 11 : 20 = 0,55 Sedang

28 11 : 20 = 0,55 Sedang

29 10 : 20 = 0,5 Sedang

30 17 : 20 = 0,7 Sedang

31 16 : 20 = 0,8 Mudah

32 12 : 20 = 0,6 Sedang

33 3 : 20 = 0,15 Sukar

34 14 : 20 = 0,7 Sedang

35 7 : 20 = 0,35 Sedang

36 13 : 20 =0,65 Sedang

37 12 : 20 = 0,6 Sedang

38 17 : 20 = 0,7 Sedang

39 15 : 20 = 0,75 Mudah


(2)

Foto-Foto Kegiatan Siklus I

Kegiatan siswa melakukan percobaan energi yang ada pada benda

elektronik

Kegiatan siswa melakukan percobaan adanya energi panas

Kegiatan siswa saat mengamati lingkungan

Kegiatan siswa saat mulai bertanya tentang materi energi


(3)

Kegiatan siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaannya

Kegiatan siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaannya

Kegiatan siswa saat menalar pada materi energi cahaya

Kegiatan siswa saat menalar pada materi energi panas


(4)

Siklus 2 Kegiatan siswa menuliskan

pengamatannya di luar kelas

Kegiatan siswa saat mulai mengajukan pertanyaan

Kegiatan siswa melakukan percobaan sifat energi cahaya

Kegiatan siswa melakukan percobaan adanya energi cahaya


(5)

Kegiatan siswa menyusun proses terbentuknya minyak

Kegiatan siswa ketika menalar untuk menarik kesimpulan

Kegiatan siswa saat menceritakan hasil belajarnya tentang energi

Kegiatan siswa mengerjakan soal evaluasi


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Linata Adayu, lahir di Cilacap pada tanggal 18 April 1993 dari pasangan Bpk Nunuk Sudaryono dan Ibu Yuliana. Peneliti mengawali pendidikan formal di SD Negeri 3 Ujungmanik lulus tahun 2005, melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Kawunganten dan lulus tahun 2008. Selanjutnya peneliti melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Cilacap lulus tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti mendapat kesempatan untuk bersekolah di Universitas Sanata Dharma pada Program Studi PGSD. Selama berproses di dalam Universitas Sanata Dharma, peneliti memperoleh ilmu dan pengalaman. Pengalaman peneliti selama kuliah yaitu peneliti mengikuti berbagai kegiatan yang ada di kampus. Kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti yaitu kegiatan kepanitian, seminar, dan workshop.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DALAM PEMBELAJARAN SUBTEMA MACAM – MACAM SUMBER ENERGI MELALUI Upaya Meningkatkan Kreatifitas Dalam Pembelajaran Subtema Macam – Macam Sumber Energi Melalui Metode Stad Bagi Siswa Kelas Iv Sd Negeri 6 Sendangharjo Kec. Kar

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DALAM PEMBELAJARAN SUBTEMA MACAM – MACAM SUMBER ENERGI MELALUI Upaya Meningkatkan Kreatifitas Dalam Pembelajaran Subtema Macam – Macam Sumber Energi Melalui Metode Stad Bagi Siswa Kelas Iv Sd Negeri 6 Sendangharjo Kec. Kara

0 1 9

Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi macam-macam energi.

1 3 155

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema macam-macam sumber energi kelas IV SDK Minggir.

0 0 3

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi pemanfaatan energi melalui pendekatan saintifik siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I tahun pelajaran 2014/2015.

0 2 255

Pengembangan perangkat pembelajaran subtema macam-macam sumber energi mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas empat (IV) Sekolah Dasar.

0 0 184

Peningkatan keaktifan dan keterampilan eksperimen materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun.

0 0 247

Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi macam macam energi

0 3 153

Macam - Macam Sumber Energi

0 1 7

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Macam-Macam Sumber Energi Melalui Pendekatan Discovery Learning

0 1 17