Peningkatan keaktifan dan keterampilan eksperimen materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN EKSPERIMEN MATERI SUMBER ENERGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SD

KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 Oleh:

Maharita Madya Wiratna (111134135) Universitas Sanata Dharma

Latar belakang penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya keaktifan dan keterampilan eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik; 2) peningkatan keterampilan eksperimen pada materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik; 3) penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen. Penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/2015Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing- masing siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu 4x 40 menit. Subyek penelitian adalah siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/ 2015 yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi dan wawancara.Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan mean.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan keterampilan eksperimen siswa. Peningkatan keaktifan siswa nampak pada siswa yang bertanya kepada guru atau siswa lain dari 30,76% menjadi 84,61%. Siswa yang melakukan diskusi meningkat dari 38,46% menjadi 80,7%. Siswa yang mengerjakan tugas meningkat dari 30,67% menjadi 84,61%. Siswa yang mencari informasi meningkat dari 36,41% menjadi 80,7%. Keterampilan eksperimen siswa menunjukkan peningkatkan nampak pada kemampuan membuat hipotesis siswa meningkat dari 30,76% menjadi 76,92%, kemampuan merangkai alat dengan benar meningkat dari 38,46% menjadi 84,61%, kemampuan melakukan pengamatan meningkat dari 46,15% menjadi 76,92%, kemampuan mencatat data meningkat dari 42,30% menjadi 84,61% dan kemampuan membuat kesimpulan meningkat dari 38,46% menjadi 80,76%. Jadi, pendekatan saintifik meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen siswa.


(2)

ABSTRACT

IMPROVING STUDENT’S ACTIVITY AND EXPERIMENTAL SKILLS IN ENERGY SOURCE MATERIALS USING SCIENTIFIC APPROACH GRADE FOURTH KALASAN ELEMENTARY SCHOOL 2014/2015 LEARNING YEAR

By:

Maharita Madya Wiratna (111134135) Sanata Dharma University

The Background of classroom action research was low student’s activities and low student’s experimental skills. The purposes of this research were to know: 1) increased student activity used scientific approach; 2) improved the experimental skill on the energy source material using a scientific approach; 3) the application of a scientific approach to enhance the activity and experimental skills.

This classroom action research was conducted on fourth grade students Kanisius Kalasan elementary school 2014/2015 learning year. The research conducted in two cycles, each cycle consisting of two meetings with 4x 40-minute time allocation. The subject of the research was of 26 IV grade students of Kanisius Kalasan elementary school 2014/2015 learning year. Data collection techniques of this research were interview and observation and the data analysis use mean.

The results of the research showed an increase student’s activity and student’s experimental skills. Increased student’s activity who ask the teacher or other students from 30.76% become 84.61%. Students involved the discussion increased from 38.46% to 80.7%. Students worked on the assignment increased from 30.67% become 84.61%. Students who are looking for information increased from 36.41% to 80.7%. Student experimental skill also showed improvement. Student created a hypothesis increased from 30.76% to 76.92%, students ability to assemble the tool correctly increased from 38.46% to 84.61%, the ability to observe increased from 46.15% to 76.92%, students ability to record data increased from 42.30% to 84.61% and students ability to make inferences increased from 38.46% to 80.76%. Therefore, scientific approach able to increase students activity and students experimental skills.

.


(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN EKSPERIMEN MATERI SUMBER ENERGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

KELAS IV SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Maharita Madya Wiratna

NIM: 111134135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

!

"

#

$

!

"

#

$

!

"

#

$

!

"

#

$

%

& #

%

& #

%

& #

%

& #

''''

&

&

&

&

!

!

!

!

! & !

&

!

! & !

! & !

&

&

!

!

! & !

&

!

&

&

&

&


(7)

v

!

"

#

!

-

!

"

$

%

$ "

#

&

$

$ &

"

$


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN EKSPERIMEN MATERI SUMBER ENERGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

KELAS IV SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh:

Maharita Madya Wiratna (111134135) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Latar belakang penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya keaktifan dan keterampilan eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik; 2) peningkatan keterampilan eksperimen pada materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik; 3) penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen.

Penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/2015Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing- masing siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu 4x 40 menit. Subyek penelitian adalah siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/ 2015 yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi dan wawancara.Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan mean.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan keterampilan eksperimen siswa. Peningkatan keaktifan siswa nampak pada siswa yang bertanya kepada guru atau siswa lain dari 30,76% menjadi 84,61%. Siswa yang melakukan diskusi meningkat dari 38,46% menjadi 80,7%. Siswa yang mengerjakan tugas meningkat dari 30,67% menjadi 84,61%. Siswa yang mencari informasi meningkat dari 36,41% menjadi 80,7%. Keterampilan eksperimen siswa menunjukkan peningkatkan nampak pada kemampuan membuat hipotesis siswa meningkat dari 30,76% menjadi 76,92%, kemampuan merangkai alat dengan benar meningkat dari 38,46% menjadi 84,61%, kemampuan melakukan pengamatan meningkat dari 46,15% menjadi 76,92%, kemampuan mencatat data meningkat dari 42,30% menjadi 84,61% dan kemampuan membuat kesimpulan meningkat dari 38,46% menjadi 80,76%. Jadi, pendekatan saintifik meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen siswa.


(11)

ix ABSTRACT

IMPROVING STUDENT’S ACTIVITY AND EXPERIMENTAL SKILLS IN ENERGY SOURCE MATERIAL USING SCIENTIFIC APPROACH GRADE FOURTH KALASAN ELEMENTARY SCHOOL 2014/2015 LEARNING YEAR

By:

Maharita Madya Wiratna (111134135) Sanata Dharma University

The Background of classroom action research was low student’s activities and low student’s experimental skills. The purposes of this research were to know: 1) increased student activity used scientific approach; 2) improved the experimental skill on the energy source material using a scientific approach; 3) the application of a scientific approach to enhance the activity and experimental skills.

This classroom action research was conducted on fourth grade students Kanisius Kalasan elementary school 2014/2015 learning year. The research conducted in two cycles, each cycle consisting of two meetings with 4x 40-minute time allocation. The subject of the research was of 26 IV grade students of Kanisius Kalasan elementary school 2014/2015 learning year. Data collection techniques of this research were interview and observation and the data analysis use mean.

The results of the research showed an increase student’s activity and student’s experimental skills. Increased student’s activity who ask the teacher or other students from 30.76% become 84.61%. Students involved the discussion increased from 38.46% to 80.7%. Students worked on the assignment increased from 30.67% become 84.61%. Students who are looking for information increased from 36.41% to 80.7%. Student experimental skill also showed improvement. Student created a hypothesis increased from 30.76% to 76.92%, students ability to assemble the tool correctly increased from 38.46% to 84.61%, the ability to observe increased from 46.15% to 76.92%, students ability to record data increased from 42.30% to 84.61% and students ability to make inferences increased from 38.46% to 80.76%. Therefore, scientific approach able to increase students activity and students experimental skills.

.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN

EKSPERIMEN MATERI SUMBER ENERGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015” ini dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Rusmawan S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.

3. Ibu Maria Melani Ika Susanti S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.

4. Ibu Patricia Agustin Ria Dewi S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Kalasan yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 5. Ibu MI. Susi Widya Hesti, S.Pd., selaku guru kelas IVB SD Kanisius Kalasan

yang telah memberikan waktu dan bantuan bagi peneliti.

6. Bapak Warsidi, S.Pd. dan Ibu Sulartinah selaku orang tua peneliti yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan doa bagi peneliti.


(13)

xi

7. Kakak peneliti Mbak Mahanani Madya yang telah memberikan semangat, doa bagi peneliti

8. Teman kelompok payung, Putri, Anisa, Barbara, Yuli, Ika, Hera, Ita, Ana, Mario, dan Linata yang saling mendukung, saling membantu, dan sama- sama berjuang dalam menyusun skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan, membantu dan mendukung peneliti dalam menyusun skripsi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan oleh sebab itu peneliti menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber dalam belajar dan melakukan pemahaman serta meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.

Yogyakarta, 7 Januari 2015 Peneliti


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vii

ABSTRAK ……….. viii

ABSTRACT ……… ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Pembatasan Masalah ………. 6

D. Perumusan Masalah ………. 6

E. Pemecahan Masalah ……….. 7

F. Tujuan Penelitian ……….. 8

G. Manfaat Penelitan ……… 8

H. Batasan Masalah ……….. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 11

A. Landasan Teori ………. 11

1. Keterampilan Eksperimen ……….. 11

2. Keaktifan ……… 13

3. Pembelajaran IPA ……….. 15

4. Pendekatan Saintifik ……….. 19

B. Penelitian yang Relevan ……… 24


(15)

xiii

D. Hipotesis Tindakan ……… 29

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 30

A. Jenis Penelitian ……… 30

B. Setting Penelitian ………. 32

C. Rencana Tindakan ………... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 42

E. Instrumen Penelitian ……… 44

F. Validitas Instrumen……….. 48

G. Reliabilitas ……… 55

H. Analisis Data ……… 58

I. Indikator Keberhasilan ……… 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 63

A. Hasil Penelitian ……… 63

1. Gambaran Umum Penelitian ………. 65

2. Hasil Keaktifan Siswa ………... 79

3. Hasil Keterampilan Eksperimen ……… 89

B. Pembahasan………... 100

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN 112 A. Kesimpulan ………... 112

B. Keterbatasan Penelitian ………... 114

C. Saran ……… 114

DAFTAR REFERENSI ……… 115


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Pengamatan ……….. 45

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ……… 48

Tabel 3.3 Hasil Validasi Isi Silabus Siklus I ………. 50

Tabel 3.4 Hasil Validasi Isi Silabus Siklus II ……… 52

Tabel 3.5 Hasil Validasi Isi RPP Siklus I ………. 53

Tabel 3.6 Hasil Validasi Isi RPP Siklus II ……… 54

Tabel 3.7 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa Siklus I ………. 55

Tabel 3.8 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa Siklus II ……… 56

Tabel 3.9 Penilaian Indikator Keaktifan dan Keterampilan Eksperimen ….. 59

Tabel 3.10 Indikator Ketercapaian Keaktifan Siswa ……….. 63

Tabel 3.11 Indikator Ketercapaian Keterampilan Eksperimen ………... 64

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I …………... 79

Tabel 4.2 Hasil Rangkuman Keaktifan Siswa Siklus I ……… 81

Tabel 4.3 Ketercapaian Keaktifan Siswa Siklus I ……… 82

Tabel 4.4 Target Ketercapaian Siklus II ……….. 83

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II …………. 85

Tabel 4.6 Hasil Keaktifan Siswa Siklus II ……….. 87

Tabel 4.7 Ketercapaian Keaktifan Siswa Siklus II ……….. 88

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Observasi Keterampilan Eksperimen Siklus I .. 90

Tabel 4.9 Hasil Keterampilan Eksperimen Siswa Siklus I ………. 92

Tabel 4.10 Ketercapaian Keterampilan Eksperimen Siklus I ……….. 93

Tabel 4.11 Target Ketercapaian Keterampilan Eksperimen Siklus II ……… 94

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Observasi Keterampilan Eksperimen Siklus II. 95 Tabel 4.13 Hasil Keterampilan Eksperimen Siklus II ………. 98


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map ……… 27

Gambar 3.1 Bagan PTK ………... 32

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa ……….. 89

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Keterampilan Eksperimen ……….. 100

Gambar 4.3 Hasil Hipotesis Siswa ……….. 106

Gambar 4.4 Siswa Merangkai Alat dan Bahan Percobaan ………. 107

Gambar 4.5 Siswa Melakukan Percobaan Secara Runtut ……….. 108

Gambar 4.6 Data Hasil Percobaan ………... 109

Gambar 4.7 Kesimpulan Percobaan Siswa ……… 109


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian dan Selesai Penelitian ………… 117 Lampiran 2. Instrumen Pembelajaran ……… 119 Lampiran 3. Validitas Isi ……… 183 Lampiran 4 Hasil Pekerjaan Siswa ……… 198 Lampiran 5. Lembar Observasi Keaktifan dan Keterampilan Eksperimen…… 207 Lampiran 6. Data Analisis Keaktifan dan Keterampilan Eksperimen ……….. 210 Lampiran 7. Foto-foto Kegiatan ………... 226 Lampiran 8. Biografi ………. 228


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penelitian, batasan pengertian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, IPA merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan. IPA merupakan pengetahuan yang menawarkan cara agar dapat memahami kejadian yang terjadi pada dirinya dan alam sekitar. Pembelajaran IPA sangat berpengaruh besar untuk mendorong perkembangan IPTEK. Selain itu, pembelajaran IPA bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari dirinya dan alam yang ada di sekitarnya. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan mencari sendiri kebenarannya.

Pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Putra (2013: 40) mengungkapkan bahwa IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi untuk memahami alam sekitar secara ilmiah. Tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA adalah memberikan akses kepada siswa terhadap pengalaman-pengalaman fisik dan membantu peserta


(20)

2

didik untuk mengkontruksi konsep sains mereka sendiri, serta mengenalkan konsep yang telah disepakati (Wisudawati dan Eka, 2014:9).

Pelaksanaan proses pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 mengoptimalkan penggunaan metode eksperimen. Putra (2013: 133) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek atau proses tertentu.

Permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran IPA di SD adalah guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya. Mayoritas guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Hal tersebut berdampak pada kebiasaan siswa untuk menghafalkan konsep dan terpaku pada buku sehingga kurang aktif. Di dalam pembelajaran IPA, siswa menjadi subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri berbagai fakta dan konsep.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Kalasan pada tanggal 15 Juli 2014, dalam proses pembelajaran terdapat masalah. Guru terlihat menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada keaktifan siswa di kelas. Pelaksanaan pembelajaran bersifat satu arah yaitu guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi informasi sedangkan siswa mencatat apa yang


(21)

3

disampaikan dan ditulis oleh guru. Observasi proses pembelajaran yang dilakukan menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang. Siswa dikatakan aktif jika menunjukkan 4 indikator keaktifan (Sudjana, 2010:61) yaitu: (1) siswa dalam bertanya kepada guru atau teman tentang materi pembelajaran; (2) siswa terlibat dalam diskusi; (3) siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (4) siswa mencari informasi untuk memecahkan masalah.

Hasil yang didapat berdasarkan observasi memberikan informasi siswa yang terlihat bertanya kepada guru atau teman pada saat pembelajaran ada 8 siswa dari 26 siswa (30,76%). Siswa yang terlihat melaksanakan diskusi kelompok pada saat pembelajaran ada 10 siswa dari 26 siswa (38,46%). Kemudian siswa yang turut melaksanakan tugas belajar yang diberikan oleh guru ada 8 siswa dari 26 siswa (30,76%). Siswa yang terlihat mencari informasi utnuk memecahkan masalah dengan membaca buku ada 9 siswa dari 26 siswa (34,61%).

Guru kelas IVB SD Kanisius Kalasan memberikan informasi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA jarang melakukan eksperimen. Eksperimen hanya dilaksanakan selama satu kali dalam satu semester pembelajaran. Hal ini menyebabkan keterampilan ilmiah siswa kurang berkembang. Dengan melakukan eksperimen siswa diharapkan mampu aktif dalam kegiatan pembelajaran, mencari tahu dan menemukan sendiri berbagai jawaban dengan


(22)

4

percobaan. Selain itu siswa mampu berpikir ilmiah dan mengambil kesimpulan dari fakta yang ditemukan.

Hasil yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan guru kelas IVB SD Kanisius Kalasan menunjukkan hasil siswa yang terampil menyusun hipotesis ada 8 siswa dari 26 siswa (30,76%). Siswa yang terampil merangkai alat dan bahan dengan benar ada 10 siswa dari 26 siswa (38,46%). Siswa yang melakukan percobaan secara runtut ada 12 siswa dari 26 siswa (84,61%). Guru memberikan informasi siswa yang mencatat data pada saat percobaan ada 11 siswa dari 26 siswa (46,51%). Siswa yang terampil membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan ada 10 siswa dari 26 siswa (38,46%).

Pada materi macam-macam sumber energi dalam guru memberikan informasi bahwa masih mengalami kesulitan dalam mengajar. Guru lebih memilih metode ceramah dalam menyampaikan materi sumber energi. Hal ini dikarenakan banyaknya materi yang diajarkan. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang sumber energi selanjutnya guru menerangkan dan siswa mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Media yang digunakan oleh guru adalah gambar- gambar yang ada di dalam buku siswa. Siswa yang bertanya pada saat pembelajaran hanya sedikit menyebabkan siswa cepat bosan bahkan mengantuk saat proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan pendekatan yang dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan melakukan eksperimen siswa kelas IVB di SD Kanisius Kalasan. Pendekatan saintifik merupakan salah satu


(23)

5

karakteristik dalam kurikulum 2013 namun dalam pelaksanaanya pendekatan saintifik belum nampak selama proses pembelajaran. Pendekatan saintifik dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan mampu memecahkan masalah. Hasil belajar yang diperoleh melalui pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014: 32) adalah peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Langkah-langkah pendekatan saintifik menurut Daryanto (2014: 61) yaitu siswa menggali informasi melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Selain itu pendekatan saintifik memiliki karakteristik: (a) berpusat pada siswa; (b) melibatkan keterampilan proses sains; (c) melibatkan proses kognitif sehingga mengembangkan keterampilan berpikir tinggi; (d) mengembangkan karakter siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian dalam rangka memberi solusi permasalahan keaktifan dan keterampilan melakukan eksperimen siswa khususnya pada muatan IPA di SD Kanisius Kalasan dengan judul:Peningkatan Keaktifan dan Keterampilan Eksperimen Materi Sumber Energi Menggunakan Pendekatan Saintifik Kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ada yaitu:


(24)

6

1. Rendahnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran dalam materi sumber-sumber energi pada siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

2. Rendahnya keterampilan eksperimen siswa dalam materi sumber energi pada siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

3. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa kurang menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam penelitian maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penulis hanya meneliti siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan semester ganjil tahun pelajaran 2014/ 2015.

2. Obyek yang diteliti adalah keterampilan eksperimen dan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.

3. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik.

4. Muatan yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi macam- macam sumber energi.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :


(25)

7

1. Apakah pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan siswa pada materi sumber energi siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/ 2015?

2. Apakah pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan eksperimen siswa pada materi sumber energi siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/ 2015?

3. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan siswa dan keterampilan melakukan eksperimen pada materi sumber energi kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/ 2015?

E. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik yang digunakan memiliki beberapa tahapan yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014:36) bahwa pendekatan saintifik dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Pendekatan saintifik dapat melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide dan berpikir ilmiah. Hal tersebut diharapkan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan keterampilan melakukan eksperimen siswa pada materi macam-macam sumber energi.


(26)

8 F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan keaktifan siswa dalam materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Peningkatan keterampilan eksperimen pada materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

3. Penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan melakukan eksperimen pada materi sumber energi siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan keterampilan melakukan eksperimen dan keaktifan siswa dalam muatan IPA.

2. Manfaat praktis a. Bagi guru


(27)

9

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru sebagai salah satu cara menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu penelitian ini dapat membantu guru dalam meningkatkan keterampilan eksperimen siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik.

b. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan eksperimen khususnya pada pembelajaran IPA. Selain itu, siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai tambahan wawasan dalam menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keaktifan dan keterampilan melakukan eksperimen siswa.

H. Batasan Pengertian

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Keterampilan melakukan eksperimen adalah kemampuan kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Indikator dalam keterampilan melakukan


(28)

10

eksperimen sebagai berikut: (a) merancang hipotesis; (b) merangkai alat dengan benar; (c) melakukan percobaan secara runtut; (d) mencatat data eksperimen; (e) membuat kesimpulan eksperimen.

2. Keaktifan siswa adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif. Indikator keaktifan siswa adalah: (a) bertanya kepada guru atau siswa lain; (b) melaksanakan diskusi kelompok; (c) turut serta dalam melaksanakan tugas belajar; (d) mencari berbagai informasi untuk pemecahan masalah.

3. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran dengan menggali informasi melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

4. Macam-macam sumber energi adalah benda-benda di sekeliling kita yang mampu untuk menghasilkan atau mengeluarkan energi. Macam-macam sumber energi yang dibahas adalah energi listrik, energi angin dan air , energi matahari dan energi cahaya.


(29)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu landasan teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A.Landasan Teori

1. Keterampilan Eksperimen a. Pengertian Eksperimen

Keterampilan melakukan eksperimen merupakan keterampilan dengan mengikuti cara-cara berpikir ilmiah. Keterampilan eksperimen sangat baik digunakan untuk memberikan pengertian tentang suatu proses atau kejadian. Djajadisastra (1982: 10) mengemukakan bahwa eksperimen adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri sesuatu fakta yang diperlukannya atau ingin diketahuinya. Semiawan (1985: 26) mendefinisikan eksperimen adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Anak menguji atau mengetes gagasan-gagasan dengan kegiatan coba dan ralat (trial and error). Siswa harus mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan pengetahuan dari guru atau buku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan eksperimen adalah cara siswa untuk menemukan pengetahuan atau fakta dengan pengamatan, pengalaman, penyelidikan, dan bekerja. Kegiatan tersebut


(30)

12

bertujuan untuk melatih siswa berpikir ilmiah dan menemukan kebenaran dari suatu teori.

b. Tahap-tahap Eksperimen

Eksperimen memerlukan persiapan yang matang agar dalam pelaksanaannya memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan eksperimen. Putra (2013: 136) mengungkapkan bahwa ada 3 tahap dalam melakukan eksperimen. Tahap pertama yaitu persiapan eksperimen. Pada tahap ini langkah yang harus dilaksanakan adalah; (1) menentukan tujuan eksperimen; (2) mempersiapkan alat dan bahan; (3) memberikan penjelasan hal- hal yang harus diperhatikan termasuk hal- hal yang dilarang.

Tahap kedua dalam melaksanakan eksperimen adalah pelaksanaan eksperimen. Hal yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah; (1) membaca pedoman/petunjuk eksperimen; (2) menyusun hipotesis eksperimen; (3) memulai eksperimen, guru membimbing dan mengamati proses percobaan; (4) mencatat hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan eksperimen; (5) siswa menyusun laporan hasil eksperimen.

Tahapan yang terakhir adalah tindak lanjut, siswa mengumpulkan laporan eksperimen kepada guru. Siswa bersama guru kemudian mendiskusikan masalah masalah yang ditemukan selama eksperimen, serta memeriksa dan menyimpan kembali segala alat dan bahan percobaan. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Dewi (2008:81) langkah-langkah


(31)

13

dalam melakukan eksperimen adalah: (1) menentukan masalah; (2) menentukan hipotesis; (3) menyiapkan alat dan bahan; (4) mengerjakan prosedur kerja; (5) Menganalisis data hasil pengamatan; (6) menyimpulkan hasil penelitian.

Berdasarkan tahap-tahap eksperimen tersebut maka peneliti membatasi indikator keterampilan melakukan eksperimen adalah: (1) menyusun hipotesis; (2) merangkai alat dengan benar; (3) melakukan percobaan secara runtut; (4) mencatat data hasil percobaan; (5) membuat kesimpulan.

2. Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu” (Dimyati dan Mudjiono, 2009:45). Keaktifan menurut Hosnan (2014:208) menekankan bahwa siswa mengalami sendiri untuk berlatih dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman


(32)

14

sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah segala kegiatan siswa baik secara fisik maupun non fisik dalam kegiatan pembelajaran sehingga efektif dan kondusif.

b. Indikator keaktifan

Menurut Dimyati dan Mudjono (2009: 44-45) keaktifan memiliki beraneka ragam bentuk. Bentuk keaktifan siswa berupa kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan sedangkan kegiatan psikis berupa berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam tanya jawab dan turut menyimpulkan pembelajaran.

Indikator keaktifan lainnya dikemukakan oleh Sudjana (2010:61) keaktifan belajar siswa dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator, yaitu: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru bila belum memahami persoalan; (4) mencari berbagai informasi untuk pemecahan masalah; (5) mampu melaksanakan diskusi kelompok; (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperoleh; (7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah; (8) kesempatan menggunakan/menerapkan yang diperolehnya dalam memecahkan masalah.


(33)

15

Berdasarkan beberapa indikator keaktifan yang diungkapkan oleh para ahli tersebut maka dapat disimpulkan indikator keaktifan yaitu: (1) bertanya kepada teman atau guru terkait materi; (2) terlibat dalam diskusi; (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (4) mencari informasi untuk memecahkan masalah. Indikator keaktifan 1 yaitu bertanya kepada teman atau guru tekait materi meliputi bertanya tentang materi pembelajaran IPA yang belum dipahami kepada teman atau guru, serta terlibat dalam proses tanya jawab. Indikator keaktifan 2 yaitu terlibat dalam diskusi meliputi keterlibatan siswa dalam kelompok dan mengungkapan pendapat. Indikator keaktifan 3 yaitu mengerjakan tugas yang diberikan guru meliputi mencatat tugas, menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Indikator keaktifan 4 yaitu mencari informasi untuk memecahkan masalah meliputi mencari informasi melalui buku untuk memecahkan masalah.

3. Pembelajaran IPA a. Pengertian IPA

IPA berkaitan dengan alam dan seisinya. Menurut Sumanto dkk (dalam Putra, 2013: 41) menyatakan IPA adalah suatu cara untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menemukan fakta-fakta dan konsep. Menurut Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain.


(34)

16

IPA juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala yang terjadi di alam. Pengetahuan tersebut bukan hanya sebuah produk tetapi juga mencakup proses pengamatan, pemahaman dan penjelasan. Wisudawati dan Eka (2014: 22) mendefinisikan IPA adalah ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena-fenomena alam yang faktual baik berupa kenyataan maupun kejadian dan hubungan sebab akibat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari alam dan gejala-gejala yang terjadi di dalamnya. IPA bukan hanya kumpulan fakta-fakta dan konsep tetapi juga merupakan proses penemuan.

b. Hakekat IPA

Pada hakikatnya IPA dibangun melalui proses, produk, dan sikap ilmiah. IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk memperbaiki pengetahuan atau menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk yaitu hasil dari proses ilmiah, sedangkan sebagai sikap yaitu mengembangkan dan menumbuhkan sikap ilmiah (Samatowa, 2011: 2). Hal yang sama diungkapkan oleh Wisudawati (2014: 24) menjelaskan bahwa IPA memiliki hakekat sebagai berikut:

1) IPA sebagai proses

IPA juga perlu memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta yang meliputi cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.


(35)

17

Hal-hal tersebut disebut dengan proses ilmiah. Proses tersebut diantaranya adalah mengamati, mengukur, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan menarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses IPA adalah mengamati, mencoba, memahami, dan menganalisis.

2) IPA sebagai produk

Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori. Produk IPA diperoleh melalui kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan ilmuwan. Fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA sedangkan konsep dan prinsip merupakan hasil kegiatan analitik IPA. Fakta merupakan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa yang betul terjadi. Fakta-fakta tersebut kemudian digabungkan menjadi suatu konsep. Hubungan konsep-konsep tersebut kemudian digeneralisasikan menjadi prinsip IPA. Prinsip-prinsip yang sudah diterima tersebut membentuk suatu hukum-hukum alam yang bersifat tentatif yaitu dapat berubah bila ditemukan fakta baru.

3) IPA sebagai sikap

IPA dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat. Selain itu, IPA dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan sikap religious, keteraturan dan keterbukaan.


(36)

18

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki tiga unsur penting yaitu sebagai proses, produk, dan sikap. Ketiga unsur tersebut diharapkan dapat muncul sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam.

c. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Berdasarkan Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa kelas III- IV yaitu; (1) menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA; (2) mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar; (3) melakukan pengamatan obyek IPA dengan menggunakan panca indra; (4) menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.

Tujuan kurikuler pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Samatowa (2011: 6) yaitu IPA bermanfaat bagi suatu bangsa karena IPA merupakan dasar teknologi dalam mengembangkan pembangunan bangsa. Tujuan lainnya, IPA merupakan pelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Tujuan selanjutnya IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat hapalan bila diajarkan melalui percobaan-percobaan. IPA mempunyai nilai pendidikan


(37)

19

yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan dan menumbuhkan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA yang cocok untuk sekolah dasar adalah melalui pengalaman langsung yang dapat memperkuat ingatan siswa. Menurut De Vito (dalam Samatowa, 2011: 104) pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu siswa tentang lingkungan, membangun keterampilan siswa dan menimbulkan kesadaran siswa belajar IPA sangat diperlukan. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman menarik kepada siswa dan membuat siswa tidak bosan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar haruslah membuka kesempatan siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Hal tersebut membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban untuk memahami dan menjelaskan alam dan lingkungan sekitar.

4. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Hosnan, 2014:32) mengartikan pendekatan adalah; (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan


(38)

20

hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan. Pendekatan saintifik (Hosnan, 2014:34) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum atau prinsip melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis dat, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam memahami berbagai materi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

b. Tahap-Tahap Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki beberapa karakteristik menurut Hosnan (2014:36) yaitu: (1) berpusat pada siswa; (2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum dan prinsip; (3) melibatkan proses-proses kognitif dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; (4) dapat mengembangkan karakter siswa. Menurut Daryanto (2014: 59) aspek-aspek yang ada di dalam pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

a. Mengamati

Kegiatan pertama yang dilakukan pada pendekatan ilmiah adalah mengamati. Mengamati menurut Hosnan (2014:39) adalah kegiatan yang


(39)

21

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kompetensi yang dikembangkan adalah ketelitian dalam mencari informasi. Mengamati bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan guru. Menurut Daryanto (2014:60) karakteristik dalam mengamati terdapat beberapa langkah yaitu:

1) Menentukan obyek yang akan diamati. 2) Membuat pedoman pengamatan.

3) Menentukan secara jelas data yang harus diamati. 4) Menentukan tempat yang akan diamati.

5) Menentukan bagaimana pelaksanaan pengamatan agar berjalan mudah dan lancar.

6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil pengamatan. b. Menanya

Menanya merupakan kegiatan lanjutan setelah siswa melakukan pengamatan. Menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (dalam Daryanto, 2014; 68) menanya adalah kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati. Daryanto juga mengungkapkan bahwa melalui kegiatan bertanya siswa mampu mengembangkan rasa ingin tahunya. Selain itu menurut Samatowa (2011; 96) mengemukakan bahwa bertanya merupakan salah satu ukuran untuk


(40)

22

mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Kedua pendapat tersebut beranggapan bahwa melalui kegiatan bertanya dapat diketahui sejauh mana siswa menggunakan pemikirannya dan pemahamannya. Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan bertanya adalah kreativitas, rasa ingin tahu, dan berpikir kritis. Fungsi bertanya dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan (2014:50) adalah sebagai berikut: 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik

tentang suatu tema atau topik.

2) Mendorong peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.

4) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis dan sistematis.

5) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.

6) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

c. Mencoba

Mencoba bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan mengembangan sikap ilmiah siswa. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan mencoba menurut Daryanto (2014:79) sebagai berikut: (1)


(41)

23

menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis dan menyajikan data; (6) menarik kesimpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

d. Menalar

Menalar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi yang lainnya. Menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (dalam Daryanto, 2013: 70) mengemukakan bahwa menalar adalah kegiatan memproses informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap menalar menurut Hosnan (2014:68) adalah; pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan yang diperoleh melalui eksperimen/pengamatan; kedua, mencari informasi tambahan dari sumber lain. Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan menalar adalah teliti, kemampuan berpikir deduktif dan induktif dalam menyimpulkan. Siswa menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. e. Mengkomunikasikan


(42)

24

Mengomunikasikan merupakan cara untuk menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini juga dikemukan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (dalam Daryanto, 2014: 80) bahwa mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisi secara lisan, tertulis atau media lainnya. Kompetensi yang diharapkan melalui kegiatan komunikasi ini adalah berkembangnya sikap jujur, toleransi, kemampuan berpikir, dan kemampuan berpendapat. Selain itu, Samatowa (2011; 96) berpendapat bahwa bentuk komunikasi yang baik adalah dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima informasi. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mengkomunikasikan merupakan kegiatan penyampaian informasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tertulis berdasarkan hasil pengamatan kepada penerima informasi.

B.Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Johari Marjan (2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitia quasi eksperimen. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut, terdapat perbedaan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F= 40,293;p, <0,005). Terdapat perbedaan keterampilan proses sains


(43)

25

antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F=13,013;p<0,05).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Nusa Tenggara Barat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berada di Yogyakarta. Perbedaan lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian yang sudah ada melihat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains sedangkan peneliti akan meneliti pengaruh pendekatan saintifik terhadap keaktifan siswa dan keterampilan melakukan eksperimen.

2. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Retno Witanti (2011). Tujuan Penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana dengan metode eksperimen. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus.

Hasil dari penelitian tersebut adalah pada pra siklus siswa yang aktif 0% siklus I pertemuan I 40% dan pada pertemuan ke II 48% diperoleh rata-rata 40%. Namun pada siklus II pertemuan I 60% dan pada pertemuan II keaktifan meningkat 92% rata-rata 76%. Secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa naik dari kondisi awal 0% dan setelah melalui dua siklus menjadi 92%.


(44)

26

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas dan variabel yang diteliti yaitu keaktifan siswa dengan metode eksperimen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada lokasi penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan di Grobogan sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan di Yogyakarta. Selain itu, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen pada penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan saintifik.

3. Penelitian oleh Pransiskus Sembiring (2013) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaraan IPA di kelas IV SD Negeri 106821 Sibolangit. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi penerapan metode eksperimen dan lembar observasi keaktifan belajar IPA siswa.

Hasil penelitian ini keaktifan belajar siswa berdasarkan pengamatan observer pada tindakan siklus I pertemuan I yaitu 71,52% (cukup aktif), siklus I pertemua II yaitu 72,30% (cukup aktif), sedangkan persentasi hasil keaktifan belajar siswa pada tindakan siklus II pertemuan I yaitu 82,30% (aktif), siklus II pertemuan II yaitu 84,01% (aktif). Hasil pengamatan guru kelas tentang penerapan metode eksperimen tindakan siklus I pertemuan I yaitu 68,75% (kurang baik), dan tindakan siklus I pertemuan II yaitu 78,12% (cukup baik), sedangkan hasil pengamatan guru kelas tentang penerapan metode eksperimen


(45)

tindakan siklus II pertemuan II yaitu Persamaan d siswa dan kemam lokasi penelitian y sedangkan peneliti

C.Kerangka Berpikir IPA adalah m pembelajaran yang Pengalaman langsung

Pengaruh Pembela Saintifik Terhada Biologi dan Keteram Siswa MA Mu’all

Selong Kabupaten Nusa Tenggara Bar 201

Penerapan Metode Meningkatkan Kea Siswa Kelas V SD Penawangan Pu Pelajaran 2010/201

201

Upaya Meningka Belajar Siswa deng Metode Eksperime IPA Kelas IV SD Bandar Baru Kec 2012/ 2013 (Prans 201

27

II pertemuan I yaitu 87,5% (baik) dan tinda itu 93,75% (sangat baik).

dengan penelitian ini sama sama mengukur varia mpuan melakukan eksperimen sedangkan perbed n yaitu penelitian ini dilaksanakan di Kecamat litian selanjutnya di Yogyakarta.

Gambar 2.1 Literatur Map

mata pelajaran yang tidak hanya sekedar h g cocok adalah belajar melalui pengalama ung tersebut dapat diperoleh dengan melakuka Peningkatan keak keterampilan ekspe sumber energi pendekatan sainti Kanisius elajaran Pendekatan

adap Hasil Belajar rampilan Proses Sains ’allimat NM Pancor

ten Lombok Timur arat (Johari Marjan, 014)

de Eksperimen untuk eaktifan Belajar IPA D Negeri Kramat 02 Purwodadi Tahun 2011 (Retno Witanti,

011)

gkatkan Keaktifan engan Menggunakan imen pada Pelajaran SD Negeri 106821

ec. Sibolangit T.A ansiskus Sembiring,

013)

dakan siklus II

ariabel keaktifan bedaannya pada atan Sibolangit

hafalan tetapi man langsung. ukan eksprimen eaktifan siswa dan

perimen pada materi gi menggunakan intifik kelas IV SD us Kalasan


(46)

28

dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas IV SD Kanisius Kalasan diketahui bahwa proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan, guru masih menerapkan metode ceramah. Guru masih jarang melaksanakan percobaan dalam pembelajaran IPA. Hal ini berdampak pada keaktifan siswa dikelas yang masih rendah. Siswa lebih banyak mencatat materi yang dijelaskan oleh guru dibandingkan bertanya tentang materi yang dipelajari. Keterampilan eksperimen dan keaktifan siswa yang rendah dapat diatasi dengan pendekatan yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa aktif dalam menemukan atau membuktikan suatu konsep. Pendekatan saintifik bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa untuk mengenal dan memahami berbagai materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Siswa yang terbiasa memperoleh pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan terbiasa untuk berpikir ilmiah dan aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik mengajak siswa agar dapat melakukan aktivitas belajar melalui eksperimen. Siswa melakukan percobaan untuk memecahkan suatu masalah, membuat hipotesis, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikannya. Siswa yang melakukan sendiri dan terlibat langsung dalam kegiatan eksperimen maka keterampilannya dalam melakukan eksperimen dan keaktifan belajarnya akan meningkat.


(47)

29 D.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat peningkatan keaktifan siswa pada materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/2015.

2. Terdapat peningkatan keterampilan eksperimen siswa pada materi sumber energi menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/2015.

3. Penggunaan pendekatan saintifik dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen pada materi sumber energi kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/ 2015. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik yang dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen. Kelima tahapan dalam pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.


(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, reliabilitas, analisis data, dan indikator keberhasilan.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk

meningkatkan keaktifan dan keterampilan eksperimen. Penelitian penggunaan

pendekatan saintifik ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2006: 16) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa tindakan yang dimunculkan dan terjadi di dalam kelas. Kusumah (2009:9) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas. Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu;(1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Tahapan- tahapan PTK kemudian digambarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah tahap awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus permasalahan yang


(49)

31

akan diteliti. Peneliti selanjutnya merumuskan masalah secara jelas. Tahapan yang selanjutnya adalah menentukan cara yang digunakan untuk mengatasi masalah. Peneliti perlu menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen pengamatan. Penelitian ini menggunakan model kolaboratif yaitu melakukan kerjasama dengan guru. Hal ini dilakukan karena peneliti masih berstatus mahasiswa dan belum memiliki kelas sendiri.

2. Pelaksanaan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi perencanaan yang telah dirancang. Pelaksanaan hendaknya dilakukan secara wajar dan alami. Peneliti tidak membatasi siklus yang dilakukan, penelitian ini berpedoman pada peningkatan.

3. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan pada saat tindakan sedang berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat segala hal yang diperlukan sesuai dengan lembar pengamatan yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan kegiatan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya. Refleksi berguna untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.


(50)

32 Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1 Bagan PTK

B.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kalasan Jalan Solo Km 13,5 Kringinan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman.

2. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan, Sleman yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

3. Obyek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Permasalahan Pelaksanaan

(acting)

Pengamatan

(observing)

Refleksi

(reflecting)

Permasalahan baru hasil refleksi

Dilanjutkan ke siklus berikutnya Permasalahan belum

terselesaikan

Perencanaan

(planning)

Perencanaan

(planning)

Pelaksanaan

(acting)

Pengamatan

(observing)

Refleksi


(51)

33

a. Peningkatan keaktifan siswa yang meliputi bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, turut mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam pembelajaran, dan mencari informasi untuk memecahkan masalah.

b. Peningkatan keterampilan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, merangkai alat dengan benar, melakukan eksperimen secara runtut, menuliskan hasil eksperimen, dan membuat kesimpulan.

4. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan juli hingga januari 2014. Pengambilan data awal dilakukan pada bulan Juli. Selanjutnya pada bulan Agustus 2014 peneliti melakukan validasi perangkat pembelajaran. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2014. Kegiatan yang selanjutnya yaitu pengolahan data dilakukan pada bulan Oktober 2014hingga November 2014. Pada bulan Desember 2014 peneliti melakukan penyusunan skripsi dan ujian dilakukan pada bulan Januari 2015.

C.Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 40 menit. Alokasi waktu tersebut disesuaikan dengan kebijakan sekolah, yaitu satu jam pelajaran adalah 40 menit. Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang


(52)

34

penerapan pendekatan saintifik sebagai upaya peningkatan keaktifan dan keterampilan melakukan eksperimen siswa kelas IV B SD Kanisius Kalasan adalah meminta ijin kepada Kepala SD Kanisius Kalasan, peneliti menemui guru kelas IV B untuk melakukan wawancara sebagai langkah awal mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas tersebut. Pengumpulan data awal dilakukan melalui wawancara dengan guru kelas, kemudian merencanakan waktu untuk pelaksanaan observasi data awal.

Siklus I

1. Perencanaan

Perencanaan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dikelas melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas. Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran, mempersiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan media pembelajaran, dan mempersiapkan lembar observasi. Peneliti selanjutnya melakukan validasi perangkat pembelajaran dengan dosen, kepala sekolah dan guru. Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 4 jam pelajaran. Materi yang diajarkan pada siklus I yaitu energi listrik dan energi angin. Pembelajaran pada siklus I menggunakan pendekatan saintifik dengan melakukan percobaan kemudian dilanjutkan membuat laporan percobaan.

2. Pelaksanaan a) Pertemuan 1


(53)

35

1) Siswa mengamati alat-alat elektronik yang memanfaat energi listrik di lingkungan kelas. (mengamati)

2) Siswa mencoba mematikan dan menyalakan saklar listrik dan mengamati yang terjadi pada lampu (mengamati).

3) Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang hal yang menyebabkan lampu mati (menanya)

4) Guru membagi siswa dalam kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompok 5-6 orang.

5) Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja siswa tentang petunjuk pelaksanaan eksperimen energi listrik.

6) Siswa dalam kelompok melaksanakan eksperimen rangkaian listrik sederhana (mencoba).

7) Kelompok kemudian mencatat dan mendiskusikan hasil yang di dapatkan dalam eksperimen (menalar).

8) Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, siswa diminta untuk membuat laporan percobaan (menalar).

9) Kelompok mempresentasikan hasil eksperimen yang diperoleh (mengkomunikasikan).

10)Siswa bersama guru membahas bersama tentang kegiatan eksperimen yang telah dilakukan (mengkomunikasikan).

11)Siswa diminta untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari di rumah.


(54)

36 b) Pertemuan 2

1) Siswa mengamati benda-benda yang menggunakan energi angin sebagai sumbernya (mengamati).

2) Siswa bertanya jawab tentang manfaat energi angin (menanya).

3) Siswa dibagi menjadi kelompok yang masing-masing beranggotakan 4-5 siswa.

4) Setiap kelompok mengambil lembar kerja siswa, alat dan bahan yang digunakan untuk eksperimen.

5) Siswa melakukan percobaan membuat kincir angin (mencoba). 6) Siswa mencatat data eksperimen yang dilakukan (menalar)

7) Siswa membuat laporan eksperimen dengan membuat hipotesis, hasil percobaan dan kesimpulan (menalar).

8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan (mengkomunikasikan).

9) Siswa bersama guru membahas bersama tentang kegiatan percobaan yang dilakukan (mengkomunikasikan).

3. Observasi

Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui keaktifan siswa pada pembelajaran IPA dan keterampilan melakukan eksperimen. Observasi dilakukan teman sejawat dan guru kelas. Observer mengisi turus pada lembar observasi keaktifan siswa yang disediakan oleh peneliti. Turus pada setiap


(55)

37

lembar observasi dari pertemuan 1 dan 2 akan dijumlah menjadi hasil akhir observasi keaktifan siswa. Pada lembar observasi keterampilan melakukan eksperimen observer memberikan skor 1-3 pada setiap indikator. Pada indikator 1 yaitu menyusun hipotesis, siswa diberi skor 3 apabila hipotesis disusun sesuai dengan tujuan percobaan. Skor 2 diberikan apabila siswa menyusun hipotesis namun belum sesuai dengan tujuan percobaan dan skor 1 diberikan jika siswa tidak menyusun hipotesis. Pada indikator 2 yaitu merangkai alat dengan benar, siswa diberi skor 3 apabila rangkaian alat benar, rapi dan sesuai dengan petunjuk percobaan. Skor 2 diberikan jika rangkaian alat yang dibuat oleh siswa benar namun tidak rapi dan skor 1 diberikan jika rangkaian alat yang dibuat oleh siswa tidak benar.

Pada indikator 3 yaitu melakukan percobaan secara runtut, siswa diberikan skor 3 apabila mampu melakukan percobaan secara runtut sesuai petunjuk percobaan. Skor 2 diberikan apabila siswa melakukan percobaan namun tidak runtut sesuai petunjuk percobaan dan skor jika siswa tidak melakukan percobaan. Pada indikator 4 yaitu mencatat data, siswa diberikan skor 3 apabila data yang dicatat lengkap, tepat, dan ditulis dengan benar. Skor 2 diberikan apabila data lengkap namun ada tulisan yang salah dan skor 1 apabila data yang dicatat tidak lengkap. Pada indikator 5 yaitu membuat kesimpulan, siswa diberi skor 3 apabila kesimpulan yang dibuat oleh siswa tepat sesuai dengan tujuan percobaan. Skor 2 apabila siswa membuat kesimpulan namun belum sesuai dengan tujuan percobaan dan skor 1 apabila


(56)

38

siswa tidak membuat kesimpulan. Skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 akan dijumlahkan sebagai hasil akhir observasi keterampilan melakukan eksperimen pada siklus I.

Penentuan persentase keaktifan siswa dan keterampilan eksperimen dihitung dengan menggunakan rata-rata/mean (M). Setelah hasil mean dari setiap indikator diketahui maka siswa yang mencapai mean atau lebih termasuk dalam siswa yang aktif. Begitu pula pada keterampilan melakukan eksperimen, siswa yang mencapai mean atau lebih dapat dikategorikan siswa yang terampil dalam melakukan eksprimen.

4. Refleksi

Peneliti pada tahap ini melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi permasalah-permasalahan yang muncul. Kegiatan lain yang dilakukan peneliti adalah mengolah data hasil observasi untuk dibandingkan dengan data awal. Hasil refleksi menunjukkan bahwa target pada siklus I belum tercapai sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini sama halnya seperti yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa,


(57)

39

dan lembar pengamatan observasi serta keterampilan eksperimen. Perangkat pembelajaran divalidasikan kepada dosen, kepala sekolah, dan guru. Siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 4 jam pelajaran. Pada pertemuan 1 dilaksanakan untuk menyampaikan materi energi matahari dan pertemuan kedua tentang sifat-sifat cahaya menggunakan pendekatan saintifik.

2. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing- masing 2 jam pelajaran. Berikut uraian pelaksanaan pada siklus II:

a. Pertemuan 1

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Siswa diajak keluar ruangan untuk melihat matahari (mengamati).

3) Siswa mengamati benda-benda di lingkungan sekitar yang menggunakan energi matahari (mengamati).

4) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang manfaat energi matahari (menanya).

5) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang siswa.

6) Setiap kelompok mengambil alat dan bahan eksperimen, petunjuk eksperimen dan lembar kerja eksperimen.


(58)

40

7) Dalam kelompok, siswa melakukan percobaan dengan meletakkan baskom berisi air di bawah sinar matahari (mencoba).

8) Setiap 15 menit, siswa menghitung dan mencatat data perubahan suhu yang terjadi dengan menggunakan termometer (menalar).

9) Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan siswa membuat laporan percobaan (menalar).

10)Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan (mengkomunikasikan).

11)Siswa bersama guru membahas bersama tentang kegiatan percobaan yang dilakukan (mengkomunikasikan).

b. Pertemuan 2

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Siswa mengamati sumber sumber cahaya yang ada di lingkungan sekitar (mengamati).

3) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang manfaat energi cahaya (menanya).

4) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang siswa.

5) Setiap kelompok mengambil alat dan bahan eksperimen, petunjuk eksperimen dan lembar kerja eksperimen.


(59)

41

6) Siswa melakukan eksperimen pada setiap pos. Pos 1 tentang cahaya merambat lurus, pos 2 tentang cahaya menembus benda bening, pos 3 cahaya dapat dipantulkan dan pos 4 cahaya dapat dibiaskan (mencoba). 7) Siswa mencatat data hasil percobaan pada setiap pos.

8) Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan siswa membuat laporan percobaan (menalar).

9) Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan (mengkomunikasikan).

10)Siswa bersama guru membahas bersama tentang kegiatan percobaan yang dilakukan (mengkomunikasikan).

3. Observasi

Observasi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dan keterampilan melakukan eksperimen. Observasi dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi yang dilakukan pada siklus II sama seperti yang dilakukan pada siklus II.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui permasalahan yang terjadi selama pembelajaran di siklus II. Kegiatan lain yang dilakukan peneliti adalah mengolah data hasil observasi sebagai hasil akhir penelitian yang dilakukan.


(60)

42

Bagian ini menjelaskan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengambilan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada guru atau siswa. Sudjana (2009: 68) mengungkapkan bahwa ada dua jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara bebas. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu. Wawancara terstruktur dilakukan pada saat melakukan wawancara dengan guru kelas. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kondisi kelas dan permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran IPA. Peneliti menyusun terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang ada diajukan kepada guru. Langkah- langkah yang harus dilakukan dalam menyusun pedoman wawancara menurut Arifin (2009: 158) adalah: (1) merumuskan tujuan wawancara; (2) membuat kisi-kisi wawancara; (3) menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti kepada siswa. peneliti menggunakan wawancara ini agar peneliti lebih dekat dengan siswa. Hasil wawancara tidak terstruktur meliputi pendapat siswa tentang pembelajaran IPA, sikap siswa saat melaksanakan percobaan, dan cara guru dalam mengajar IPA. Hasil wawancara juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian.


(61)

43

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, dan objektif mengenai suatu kejadian untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2009:153). Tujuan observasi adalah untuk mengumpulkan informasi dan data untuk mengukur perilaku yang terjadi di kelas. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sudjana (2009:84) bahwa melalui observasi dapat diketahui langsung perilaku siswa, kegiatan yang dilakukan, tingkat partisipasi, proses kegiatan yang dilakukan, dan kemampuan dalam suatu kegiatan.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan lembar observasi menurut Arifin (2009:156) sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan observasi; (2) membuat kisi-kisi observasi; (3) menyusun pedoman observasi; (4) menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi. Observasi dilakukan oleh observer yaitu teman dan guru kelas karena peneliti bertindak sebagai guru dalam penelitian ini.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu keaktifan dan keterampilan eksperimen. Keduanya menggunakan pengamatan yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan. Tabel 3.1 menjelaskan kisi-kisi lembar pengamatan yang digunakan.


(62)

44

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan

No Variabel Indikator

1 Keterampilan eksperimen

Menyusun hipotesis

Merangkai alat dengan benar Melakukan percobaan secara runtut Mencatat data

Membuat kesimpulan

2 Keaktifan siswa Bertanya kepada guru atau siswa Berdiskusi dalam pembelajaran IPA

Turut mengerjakan tugas yang diberikan guru Mencari informasi terkait materi pembelajaran IPA

Tabel 3.1 menunjukkan kisi-kisi yang terdapat dalam lembar pengamatan. Data keterampilan eksperimen diperoleh dengan jenis penelitian non tes yang menggunakan instrumen lembar pengamatan dan wawancara. Data keaktifan siswa diperoleh dengan menggunakan penelitian non tes yang menggunakan instrumen lembar pengamatan. Jenis penilaian non tes diperoleh dengan menggunakan rubrik pengamatan.

1. Rubrik Pengamatan

Rubrik pengamatan digunakan oleh observer sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan. Pada rubrik keaktifan siswa berisi empat indikator yang telah ditentukan. Indikator keaktifan 1 yaitu bertanya kepada guru atau siswa lain, indikator 2 yaitu melakukan diskusi, indikator 3 yaitu turut mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan indikator 4 yaitu mencari informasi untuk memecahkan masalah.


(63)

45

Observer memberikan mengisi lembar observasi/pengamatan dengan memberikan turus pada setiap indikator. Turus diberikan kepada siswa yang terlihat melakukan indikator keaktifan siswa. Rubrik diisi oleh observer dengan menggunakan turus. Lembar pengamatan keaktifan siswa diisi oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Setiap kegiatan siswa yang menunjukkan indikator tersebut diberi turus 1 dan apabila dilakukan berulang maka turus ditambah.

Penilaian keterampilan eksperimen dilakukan dengan observasi. Lembar observasi keterampilan melakukan eksperimen siswa diisi oleh observer pada saat siswa melakukan percobaan. Pada lembar observasi keterampilan eksperimen terdapat 5 indikator, yaitu indikator 1 menyusun hipotesis. Indikator 2 yaitu merangkai alat dan bahan dengan benar, indikator 3 yaitu melakukan percobaan secara runtut. Indikator 4 yaitu mencatat data hasil eksperimen dan indikator 5 yaitu membuat kesimpulan eksperimen. Setiap indikator keterampilan eksperimen, observer memberikan skor dengan menggunakan skala numerik 1 sampai 3. Skala numerik dipilih karena sulit apabila hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori ya atau tidak. Skor 3 untuk kriteria baik, skor 2 untuk kriteria cukup dan skor 1 untuk kriteria kurang.

Pada indikator 1 yaitu menyusun hipotesis, siswa diberi skor 3 apabila hipotesis disusun sesuai dengan tujuan percobaan. Skor 2 diberikan apabila siswa menyusun hipotesis namun belum sesuai dengan tujuan


(64)

46

percobaan dan skor 1 diberikan jika siswa tidak menyusun hipotesis. Pada indikator 2 yaitu merangkai alat dengan benar, siswa diberi skor 3 apabila rangkaian alat benar, rapi dan sesuai dengan petunjuk percobaan. Skor 2 diberikan jika rangkaian alat yang dibuat oleh siswa benar namun tidak rapi dan skor 1 diberikan jika rangkaian alat yang dibuat oleh siswa tidak benar. Pada indikator 3 yaitu melakukan percobaan secara runtut, siswa diberikan skor 3 apabila mampu melakukan percobaan secara runtut sesuai petunjuk percobaan. Skor 2 diberikan apabila siswa melakukan percobaan namun tidak runtut sesuai petunjuk percobaan dan skor jika siswa tidak melakukan percobaan. Pada indikator 4 yaitu mencatat data, siswa diberikan skor 3 apabila data yang dicatat lengkap, tepat dan ditulis dengan benar. Skor 2 diberikan apabila data lengkap namun ada tulisan yang salah dan skor 1 apabila data yang dicatat tidak lengkap. Pada indikator 5 yaitu membuat kesimpulan, siswa diberi skor 3 apabila kesimpulan yang dibuat oleh siswa tepat sesuai dengan tujuan percobaan. Skor 2 apabila siswa membuat kesimpulan namun belum sesuai dengan tujuan percobaan dan skor 1 apabila siswa tidak membuat kesimpulan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara kepada guru kelas IV B SD Kanisius Kalasan. Pedoman wawancara disusun untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam


(1)

223

Hasil Observasi Keterampilan Melakukan Eksperimen Pertemuan 2 Siklus II

No Nama Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1 Seb 3 3 3 3 3

2 Ben 3 3 2 3 2

3 Gib 2 2 2 3 2

4 Jos 3 2 3 3 3

5 Ant 2 2 2 3 2

6 Hil 2 3 2 3 2

7 Ber 3 3 3 3 3

8 Chr 2 2 3 3 2

9 Tob 3 3 3 3 2

10 Ale 3 2 3 3 2

11 Pol 1 1 2 3 2

12 Yos 3 3 3 3 3

13 Yus 2 2 2 2 2

14 Mic 2 2 2 3 1

15 Gab 2 2 3 2 2

16 Agn 2 3 3 2 2

17 Eir 3 3 3 2 3

18 Gal 2 2 3 3 1

19 Nat 3 3 3 3 2

20 Pau 2 2 2 3 2

21 Hen 1 2 3 3 2

22 Joh 2 3 3 3 3

23 Ann 3 2 3 3 2

24 Dor 3 3 3 3 2

25 Gab 1 2 3 2 2

26 Mar 1 2 3 2 1

Jumlah 59 62 70 72 55


(2)

224

Rangkuman Hasil Observasi Keterampilan Melakukan Eksperimen Siklus II

No Nama Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1 Seb 6 6 5 6 6

2 Ben 5 5 4 6 4

3 Gib 4 3 3 6 3

4 Jos 6 5 6 5 6

5 Ant 4 4 5 6 4

6 Hil 3 5 5 6 4

7 Ber 6 6 6 5 5

8 Chr 3 4 6 6 4

9 Tob 6 6 6 5 4

10 Ale 4 4 6 6 3

11 Pol 2 2 3 5 4

12 Yos 6 5 6 6 6

13 Yus 4 4 4 4 4

14 Mic 4 4 4 6 2

15 Gab 4 3 5 5 4

16 Agn 4 6 6 5 4

17 Eir 5 5 6 5 5

18 Gal 4 4 5 5 3

19 Nat 5 5 5 5 4

20 Pau 4 4 3 6 3

21 Hen 2 4 5 6 4

22 Joh 5 6 6 6 5

23 Ann 5 5 6 6 5

24 Dor 6 5 6 6 4

25 Gab 2 3 5 4 4

26 Mar 2 3 5 4 2

Jumlah 111 116 132 141 106

Mean 4,26 4,46 5,07 5,42 4,07

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

225

Hasil Rangkuman Keterampilan Eksperimen Siklus II

No Nama

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

Turus M Ket Turus M Ket Turus M Ket Turus M Ket Jumlah M Ket

T TT T TT T TT T TT T TT

1 Seb 6 4 6 4 5 5 6 5 6 4

2 Ben 5 4 5 4 4 5 6 5 4 4

3 Gib 4 4 3 4 3 5 6 5 3 4

4 Jos 6 4 5 4 6 5 5 5 6 4

5 Ant 4 4 4 4 5 5 6 5 4 4

6 Hil 3 4 5 4 5 5 6 5 4 4

7 Ber 6 4 6 4 6 5 5 5 5 4

8 Chr 3 4 4 4 6 5 6 5 4 4

9 Tob 6 4 6 4 6 5 5 5 4 4

10 Ale 4 4 4 4 6 5 6 5 3 4

11 Pol 2 4 2 4 3 5 5 5 4 4

12 Yos 6 4 5 4 6 5 6 5 6 4

13 Yus 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4

14 Mic 4 4 4 4 4 5 6 5 2 4

15 Gab 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4

16 Agn 4 4 6 4 6 5 5 5 4 4

17 Eir 5 4 5 4 6 5 4 5 5 4

18 Gal 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4

19 Nat 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4

20 Pau 4 4 4 4 3 5 6 5 3 4

21 Hen 2 4 4 4 5 5 6 5 4 4

22 Joh 5 4 6 4 6 5 6 5 5 4

23 Ann 5 4 5 4 6 5 6 5 5 4

24 Dor 6 4 5 4 6 5 6 5 4 4

25 Gab 2 4 3 4 5 5 4 5 4 4

26 Mar 2 4 3 4 5 5 4 5 2 4

Jumlah 111 20 6 116 22 4 132 20 6 141 22 4 106 21 5

Rata-rata 4 4 5 5 4

Persentase

siswa (%) 76,9 23 84,6 15,4 76,9 23 84,6 15,4 80,7 19,3

Keterangan: M= mean T= Terampil TT- Tidak Terampil


(4)

226

Gambar siswa sedang mengamati kincir

angin yang dibawa oleh guru

Gambar siswa sedang mengajukan

pertanyaan

Gambar siswa sedang melakukan percobaan

membuat kincir angin

Gambar siswa sedang menunjukkan hasil

kincir angin yang telah dibuat

Gambar siswa sedang membuat laporan

percobaan

Lampiran 7a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

227

Gambar siswa sedang mengisi baskom

untuk percobaan energi matahari

Gambar siswa sedang meletakkan air di

bawah sinar matahari

Gambar siswa sedang mencatat data hasil

percobaan

Gambar siswa sedang membuat laporan

percobaan

Gambar siswa sedang memprentasikan

hasil percobaan

Lampiran 7b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

228

BIOGRAFI PENULIS

MAHARITA MADYA WIRATNA, lahir pada tanggal 22 Februari

1993 di Sleman, Yogyakarta. Lahir sebagai anak kedua dari 2 bersaudara dari

pasangan Warsidi S.Pd dan Sulartinah. Penulis bertempat tinggal di Maredan

RT 02/RW 39, Sendangtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Penulis menempuh

pendidikan pertamanya di TK Imannuel Berbah setelah itu melanjutkan di

Sekolah Dasar Negeri Berbah II. Namun pada waktu kelas III, berpindah ke Sekolah Dasar Negeri

Ngentak Banguntapan dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri

Banguntapan 1 dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh penulis

yaitu di SMA Negeri 1 Kalasan, Sleman dan menamatkan sekolah pada tahun 2011. Setelah itu,

penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011. Penulis memilih

program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama berkuliah adalah dampok dan bendahara Parade

Gamelan Anak, Kursus Mahir Dasar (KMD), dan bendahara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dengan ketekunan dan keyakinan serta motivasi untuk terus berusaha, peneliti telah

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini

dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema macam-macam sumber energi kelas IV SDK Minggir.

0 0 3

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi pemanfaatan energi melalui pendekatan saintifik siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I tahun pelajaran 2014/2015.

0 2 255

Peningkatan keterampilan eksperimen dan keaktifan materi pemanfaatan energi menggunakan pendekatan saintifik kelas IV SD Kanisius Gayam I tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 266

Peningkatan keterampilan eksperimen dan prestasi belajar materi sumber energi melalui pendekatan saintifik siswa kelas IV SD Kanisius Gayam tahun pelajaran 2014/2015.

0 1 219

Peningkatan keterampilan eksperimen dan prestasi belajar materi pemanfaatan energi melalui pendekatan saintifik siswa kelas IV SD N Puren tahun pelajaran 2014/2015.

0 1 277

Peningkatan keterampilan eksperimen dan keaktifan siswa materi gerak dan gaya melalui pendekatan saintifik kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 191

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kalasan menggunakan metode kontekstual.

0 1 231

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran 2011/2012.

0 1 206

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kalasan menggunakan metode kontekstual

0 1 229

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema macam macam sumber energi kelas IV SDK Minggir

0 0 333