Efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD terhadap pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar siswa.

(1)

Maria Yuliani Danggo. 2015. Efektivitas Penerapan Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD Terhadap Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada Materi Pokok Aljabar Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD ditinjau dari (1) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), (3) Tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 dengan metode penelitian kualitatif-kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain kuesioner untuk memperoleh data motivasi belajar siswa, tes untuk memperoleh data prestasi siswa, observasi untuk memperoleh data pelaksanaan pembelajaran dengan perpaduan model pembelajaran dan aktivitas siswa serta wawancara untuk memperoleh data berupa pendapat siswa tentang model pembelajaran yang diterapkan dan minat belajar siswa selama proses pembelajaran dengan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD efektif dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Aljabar di kelas VIII ditinjau dari (1) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini dilihat dari hasil akhir pengamatan proses pembelajaran untuk 2 pertemuan adalah 75.65 dengan interpretasi nilai Berkualitas, (2) Pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dilihat dari rata-rata prestasi siswa yaitu 77,52 dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 92.85%, dan (3) Tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dilihat dari rata-rata perolehan nilai motivasi belajar siswa adalah 85 dengan interpretasi nilai Sangat Baik dan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan rata-rata nilai akhir 70,2 dengan interpretasi nilai Baik.

Kata kunci : efektivitas, motivasi, perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD, dan prestasi belajar


(2)

Maria Yuliani Danggo. 2015. The Effectiveness applications Synthesis of ARIAS and STAD Learning Model against Mathematics Learning Judging from the study result of student Class VIII SMP Kanisius Pakem, Academic Year 2015/2016. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2015.

This study aimed to determine the effectiveness of a blend of learning model ARIAS and STAD in terms of (1) Suitability implementation of learning with Learning Implementation Plan (RPP), (2) Achievement of student achievement and the percentage of Minimum Completeness Criteria (KKM), (3) level of motivation and student learning activities. The research was conducted in August 2015 by qualitative-quantitative research methods. The subjects were students of class VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta academic year 2015/2016.

This study uses multiple methods of data collection including a questionnaire to obtain data on students 'motivation, tests to obtain data on student achievement, observation to obtain data on the implementation of learning to blend learning model and activities of students and interviews to obtain data in the form of students' opinions about the learning model is applied and interest in student learning during the learning process with a blend of ARIAS and STAD learning model.

The results showed that the application of a blend of learning model STAD ARIAS and effective in the learning of mathematics in the subject matter Algebra in grade VIII in terms of (1) Compliance with the implementation of learning Learning Implementation Plan (RPP). It is seen from the results of the final observations of the learning process for a second meeting with interpretation is 75.65 Qualified value, (2) Achievement of student achievement and the percentage of minimum completeness criteria (KKM). It is seen from the average achievement of students is 77.52 and the percentage of completeness of student learning outcomes, namely 92.85%, and (3) level of motivation and student learning activities. It is seen from the average acquisition value is 85 students' motivation to interpretation Excellent value and the observation of student activity during the learning process with an average value of 70.2 with a final interpretation Good value.

Keywords: effectiveness, motivation, blend of ARIAS and STAD learning model, and learning achievement


(3)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

DAN STAD TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Maria Yuliani Danggo NIM : 11 1414 088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

Motto

Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus

menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti

Aku.

(Matius, 16:24)

Hari ini adalah pelajaran untuk hari esok


(7)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Kuasa

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Iu dan Mama In, yang

selalu memberikan cinta, kasih sayang dan dukungan.

Kakakku tercinta Bruno Danggo, serta adik-adikku tercinta

Yoan, Yayan dan Deden yang selalu memberi dukungan dan

motivasi setiap saat.

Nam Massie dan Melani Mandja, Nitha, Nella, serta

teman-teman seperjuangan P.Mat 11

Almamaterku : Universitas Sanata Dharma


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2015 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Yuliani Danggo NIM : 11 1414 088

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENERAPAN PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DAN STAD TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA PADA MATERI ALJABAR

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Desember 2015

Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

Maria Yuliani Danggo. 2015. Efektivitas Penerapan Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD Terhadap Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada Materi Pokok Aljabar Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD ditinjau dari (1) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), (3) Tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 dengan metode penelitian kualitatif-kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain kuesioner untuk memperoleh data motivasi belajar siswa, tes untuk memperoleh data prestasi siswa, observasi untuk memperoleh data pelaksanaan pembelajaran dengan perpaduan model pembelajaran dan aktivitas siswa serta wawancara untuk memperoleh data berupa pendapat siswa tentang model pembelajaran yang diterapkan dan minat belajar siswa selama proses pembelajaran dengan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD efektif dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Aljabar di kelas VIII ditinjau dari (1) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini dilihat dari hasil akhir pengamatan proses pembelajaran untuk 2 pertemuan adalah 75.65 dengan interpretasi nilai Berkualitas, (2) Pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dilihat dari rata-rata prestasi siswa yaitu 77,52 dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 92.85%, dan (3) Tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dilihat dari rata-rata perolehan nilai motivasi belajar siswa adalah 85 dengan interpretasi nilai Sangat Baik dan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan rata-rata nilai akhir 70,2 dengan interpretasi nilai Baik.

Kata kunci : efektivitas, motivasi, perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD, dan prestasi belajar


(11)

ix ABSTRACT

Maria Yuliani Danggo. 2015. The Effectiveness applications Synthesis of ARIAS and STAD Learning Model against Mathematics Learning Judging from the study result of student Class VIII SMP Kanisius Pakem, Academic Year 2015/2016. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2015.

This study aimed to determine the effectiveness of a blend of learning model ARIAS and STAD in terms of (1) Suitability implementation of learning with Learning Implementation Plan (RPP), (2) Achievement of student achievement and the percentage of Minimum Completeness Criteria (KKM), (3) level of motivation and student learning activities. The research was conducted in August 2015 by qualitative-quantitative research methods. The subjects were students of class VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta academic year 2015/2016.

This study uses multiple methods of data collection including a questionnaire to obtain data on students 'motivation, tests to obtain data on student achievement, observation to obtain data on the implementation of learning to blend learning model and activities of students and interviews to obtain data in the form of students' opinions about the learning model is applied and interest in student learning during the learning process with a blend of ARIAS and STAD learning model.

The results showed that the application of a blend of learning model STAD ARIAS and effective in the learning of mathematics in the subject matter Algebra in grade VIII in terms of (1) Compliance with the implementation of learning Learning Implementation Plan (RPP). It is seen from the results of the final observations of the learning process for a second meeting with interpretation is 75.65 Qualified value, (2) Achievement of student achievement and the percentage of minimum completeness criteria (KKM). It is seen from the average achievement of students is 77.52 and the percentage of completeness of student learning outcomes, namely 92.85%, and (3) level of motivation and student learning activities. It is seen from the average acquisition value is 85 students' motivation to interpretation Excellent value and the observation of student activity during the learning process with an average value of 70.2 with a final interpretation Good value.

Keywords: effectiveness, motivation, blend of ARIAS and STAD learning model, and learning achievement


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada Materi Aljabar” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan keiklasannya membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen serta staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang


(13)

xi

senantiasa membimbing dan memberi masukan kepada penulis sejak awal menjadi mahasiswa di USD.

5. Bapak Andrias Indra Purnama, ST. S.Pd. M. Eng., selaku kepala SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian skripsi di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.

6. Ibu MG. Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.

7. Siswa-siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang telah membantu dalam Pelaksanaan penelitian

8. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2011 yang telah membantu dan mendukung penulis dengan caranya masing-masing 9. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 16 Desember 2015 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang ... 1

B Identifikasi Masalah ... 6

C Pembatasan Masalah ... 6

D Perumusan Masalah... 7


(15)

xiii

F Tujuan Penelitian ... 8

G Manfaat Penelitian... 10

H Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A Belajar ... 12

B Pembelajaran ... 22

C Motivasi Belajar ... 24

D Model Pembelajaran Kooperatif ... 30

E Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD ... 37

F Materi Pembelajaran ... 43

G Kerangka Berpikir ... 48

H Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 50

A Jenis Penelitian ... 50

B Waktu dan Tempat Penelitian ... 50

C Subjek dan Objek Penelitian ... 50

D Variabel Penelitian ... 51

E Bentuk Data ... 51

F Metode Pengumpulan Data ... 53

G Instrumen Penelitian ... 55


(16)

xiv

I Prosedur Analisis Data... 69

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 71

A Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 71

B Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 80

C Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP ... 99

A Kesimpulan ... 99

B Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD ... 38

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Validasi Model Pembelajaran ... 56

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Pengamatan Aktivitas ... 58

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai ... 61

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 62

Tabel 3.6 Kategori Validitas Menurut Ahli ... 64

Tabel 3.7 Interval Nilai dan Interpretasi Hasil Pelaksanaan pembelajaran ... 65

Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Kuesioner Motivasi belajar ... 67

Tabel 3.9 Interval Nilai Keaktifan Siswa ... 68

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validasi Butir Soal ... 74

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Koefisien Alpha ... 75

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 82

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 83

Tabel 4.5 Hasil Akhir Pengamatan Aktivitas Siswa ... 84

Tabel 4.6 Hasil Kuis I dan Kuis II ... 85

Tabel 4.7 Hasil Ulangan Harian ... 87


(18)

xvi


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 104

Lampiran B Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Lembar Validasi Model Pembelajaran ... 105

Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 108

Lampiran B.3 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Observer ... 124

Lampiran B.4 Aspek Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 126

Lampiran B.5 Kisi-kisi Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 128

Lampiran B.6 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa oleh Observer ... 130

Lampiran B.7 Kisi-kisi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 134

Lampiran B.8 Soal Kuis I ... 135

Lampiran B.9 Soal Kuis II ... 136

Lampiran B.10 Soal Ulangan Harian ... 137

Lampiran B.11 Kisi-Kisi Tes ... 138

Lampiran B.12 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 139

Lampiran C DataHasil Penelitian Lampiran C.1 Hasil Validasi Model Pembelajaran ... 141

Lampiran C.2 Nilai Validasi Butir Soal Kuis I ... 144


(20)

xviii

Lampiran C.4 Nilai Validasi Butir Soal Ulangan Harian ... 146

Lampiran C.5 Perhitungan Validasi Kuis I ... 147

Lampiran C.6 Perhitungan Validasi Kuis II ... 157

Lampiran C.7 Perhitungan Validasi Ulangan Harian ... 162

Lampiran C.8 Perhitungan Reliabilitas Kuis I ... 172

Lampiran C.9 Perhitungan Reliabilitas Kuis II ... 174

Lampiran C.10 Perhitungan Reliabilitas Ulangan Harian ... 175

Lampiran C.11 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 177

Lampiran C.12 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 179

Lampiran C.13 Lembar Kuesioner Siswa ... 181

Lampiran C.14 Hasil Perhitungan Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 183

Lampiran C.15 Hasil Perhitungan Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 185

Lampiran C.16 Nilai Kuis I ... 187

Lampiran C.17 Nilai Kuis II ... 189

Lampiran C.18 Nilai Ulangan Harian ... 191

Lampiran C.19 Lembar Kerja Siswa Kuis I ... 192

Lampiran C.20Lembar Kerja Siswa Kuis II ... 196


(21)

xix


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan diadakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Dengan adanya pendidikan, kita dapat mengembangkan pengetahuan dasar yang dimiliki. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai masalah. Salah satu masalah yang sering ditemukan adalah kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas pendidikan merupakan hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian hasil kegiatan pembelajaran dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam dunia pendidikan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Misalnya, guru, siswa, bahan ajar, media pengajaran, lingkungan belajar dan model pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), guru berarti orang yang mendidik. Sedangkan mendidik itu sendiri artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (KBBI,2005). Jadi dapat diartikan guru adalah orang yang memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Siswa merupakan subjek pendidikan yang menerima latihan dan pelajaran yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.


(23)

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dan guru (Moh.Surya, 2004:7). Pembelajaran yang efektif tidak hanya dilihat dari hasil akhir pembelajaran, tetapi juga proses pelaksanaan pembelajarannya. Selama proses pembelajaran, siswa diharuskan untuk berpartisipasi aktif agar pembelajaran tidak monoton. Keaktifan siswa juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran. Hal ini mengharuskan guru untuk mampu menentukan model pembelajaran yang tepat agar dapat mendorong siswa untuk berperan aktif selama pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis dan wawancara dengan beberapa siswa selama mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta dengan materi pembelajaran Sistem Koordinat dan Aljabar, matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Siswa tidak menyukai pelajaran tersebut karena mereka beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami. Ada pula siswa yang mampu dalam pelajaran matematika tetapi selama pelajaran siswa tidak ingin mengajukan pendapat atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Menurut pengakuan siswa, hal tersebut karena kurang percaya diri dan khawatir jika pendapatnya salah.

Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada umumnya adalah model konvensional, yaitu guru sering menggunakan metode ceramah, merangkum, menuliskan di papan tulis dan memberikan tugas


(24)

atau pekerjaan rumah. Hal tersebut membuat siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas. Selama pembelajaran matematika, ada beberapa siswa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Adapula siswa yang bermalas-malasan mengikuti pembelajaran. Ketika siswa diajak untuk berdinamika dalam kelompok, hanya beberapa siswa saja yang terlibat aktif dalam kelompok dan tertarik untuk mendiskusikan pemikiran-pemikirannya kepada siswa lain. Ada pula siswa yang menggunakan waktu diskusi untuk bermain dan mengganggu siswa lain yang sedang menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Situasi belajar seperti ini yang membuat siswa tidak dapat memahami dan mempelajari matematika dengan baik.

Berkaitan dengan penerapan model pembelajaran, ada faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di kelas, yaitu motivasi. Dalam Eveline Siregar (2011: 49) beberapa ahli menyampaikan pendapatnya tentang pengertian motivasi, yaitu Wlodkowski menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Menurut Cropley, motivasi juga dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Winkels mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu


(25)

manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan adanya pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam pembelajaran, motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa agar siswa memiliki dorongan untuk belajar. Dengan adanya motivasi, siswa menjadi lebih percaya diri dan dapat mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini tentunya dapat melatih kemampuan siswa, sehingga prestasi belajar siswa pun dapat meningkat. Terdapat beberapa model pembelajaran yang melibatkan unsur percaya diri dan motivasi tersebut dalam pembelajaran, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran ARIAS.

ARIAS merupakan singkatan dari Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction (Muhammad Rahmman, 2014:2). Assurance artinya percaya diri. Dalam model pembelajaran ini, percaya diri merupakan faktor paling penting dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa, guru diharapkan memotivasi siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran. Relevance artinya kesesuaian. Kesesuaian yang dimaksud dalam model pembelajaran ARIAS adalah hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Interest artinya minat atau perhatian, dalam hal ini sesuai dengan minat dan perhatian siswa. Assessment artinya penilaian atau evaluasi. Penilaian merupakan suatu bagian pokok yang sangat


(26)

penting dalam pembelajaran. Evaluasi merupakan salah satu pengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan Satisfaction artinya penguatan. Penguatan (reinforcement) dapat memberikan rasa bangga dan puas kepada siswa, dan tentunya hal ini perlu dilakukan dalam pembelajaran, agar siswa mendapatkan dorongan untuk lebih giat belajar.

Selain model pembelajaran ARIAS, adapula model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat dan mendorong siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah STAD. Menurut Ngalimun (2014: 168) dalam bukunya yang berjudul Strategi dan Model Pembelajaran, STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, mengumumkan rekor tim dan individual serta memberikan reward. Dengan menerapkan model pembelajaran ini, siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan tim dan siswa itu sendiri. Dengan demikian siswa dituntut untuk bekerja sama dalam tim dan mengikuti pembelajaran dengan saksama, sehingga siswa dapat memperoleh nilai yang memuaskan, baik dalam kelompok maupun individu.

Dengan adanya permasalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Efektivitas Penerapan Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD Terhadap Pembelajaran Matematika


(27)

Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok Aljabar SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika

2. Kurangnya sikap percaya diri siswa dalam mengutarakan berbagai ide dan hasil pekerjaannya di depan kelas

3. Kurangnya motivasi terhadap siswa untuk belajar

4. Kurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari 6. Rendahnya prestasi belajar siswa

7. Model pembelajaran konvensional yang monoton yang mengakibatkan siswa mudah jenuh selama proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, penulis menentukan beberapa pembatas masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:


(28)

2. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016

3. Penelitian ini membahas tentang efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD terhadap pembelajaran matematika

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran

ARIAS dan STAD dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Bagaimana efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD terhadap pembelajaran matematika ditinjau dari pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

3. Apakah perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD efektif ditinjau dari tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa.


(29)

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Mengetahui efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD terhadap pembelajaran matematika ditinjau dari pencapaian prestasi belajar siswa dan persentase Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

3. Mengetahui efektivitas perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD ditinjau dari tingkat motivasi dan aktivitas belajar siswa.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Efektivitas : merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran serta pendidik dalam


(30)

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Tampubolon, 2014: 88).

3. Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang mengutamakan penanaman sikap percaya diri pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa dan berusaha menarik minat dan perhatian siswa

4. Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan skor perkembangan tiap siswa atau kelompok.

5. Hasil Belajar Siswa: merupakan hasil dari kegiatan belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan batasan istilah di atas, maka penelitian yang berjudul

“Efektivitas Penerapan Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD

Terhadap Pembelajaran Matematika” akan meneliti tentang tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD pada materi pokok Aljabar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.


(31)

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai peneliti, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan sikap percaya diri dan termotivasi untuk lebih giat belajar

b. Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

c. Mendapatkan suasana pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika

2. Bagi guru

Menjadi referensi baru bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat bagi siswa dan dapat menumbuhkembangkan sikap percaya diri siswa dalam mengutarakan pendapat dan hasil kerjanya selama proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat menggunakan perpaduan model pembelajaran ini sebagai variasi dalam melaksanakan pembelajaran ketika peneliti menjadi seorang guru guna meningkatkan sikap percaya diri, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.


(32)

H. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, batas istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Berisi uraian-uraian teori yang mendasari penyelesaian masalah yang berkaitan dengan judul skripsi, yaitu efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD terhadap pembelajaran matematika, materi aljabar, kerangka berpikir dan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, metode analisis data dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Bab IV Pelaksanaan Penelitian, Hasil data dan Pembahasan

Menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, penyajian data, hasil analisis hasil belajar, hasil analisis tanggapan siswa, pembahasan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan keterbatasan penelitian.

Bab V Penutup

Menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(33)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28). Sedangkan Witherington (dalam Sukamdinata, 2003: 155) menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanivestasikan sebagai suatu pola-pola respons yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman, maka dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar merupakan suatu proses yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus-menerus berlangsung seumur hidup.

b. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.

c. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.

d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya (Rahman, 2014: 25).


(34)

Belajar menurut W.S. Winkel (2004: 59) adalah suatu aktivitas metal/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993: 4), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E. R. Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya (Susanto, 2013:3).

Sumadi Suryabrata dalam Irham (2014: 118), definisi belajar selalu mencakup beberapa poin penting sebagai berikut:

a. Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

b. Pada dasarnya yang dimaksud dalam perubahan tersebut adalah pada proses mendapatkan kecakapan atau keterampilan baru

c. Adanya perubahan tersebut karena secara sadar dan penuh usaha. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan, penyimpanan informasi atau


(35)

pengetahuan yang didukung faktor-faktor psikomotor dan sistem indra yang berbeda antara satu individu atau siswa dengan individu atau siswa lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar.

Dalam Ahmadi Abu (2013: 126-127) terdapat beberapa definisi menurut para ahli sebagai berikut :

a. Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. b. Menurut Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational

Psychology sebagai berikut “Learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.

c. Menurut Howard L. Kingsley “Learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”. (belajar adalah proses dimana tingkah laku


(36)

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu secara berkesinambungan yang mengakibatkan perubahan yang membangun dalam segi pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk mengetahui dan memahami sesuatu, sehingga mengakibatkan perubahan pada pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap individu tersebut. Perubahan-perubahan tersebut bersifat relatif permanen dan terjadi karena adanya latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya.

2. Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Sardiman (2007: 26-28) adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan pengetahuan

Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berpikir seseorang. Dengan pengetahuan yang diperoleh selama belajar, seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pengetahuannya yang dimiliki akan terus bertambah.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Dengan belajar, seseorang mampu memahami secara mendalam mengenai suatu hal dan bukan sekedar menghafal sesuatu yang


(37)

dipelajarinya. Sehingga dapat menyelesaikan atau merumus suatu masalah atau konsep dengan cepat dan tepat sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan yang telah diperoleh. Hal ini dapat disebut sebagai kreativitas atau keterampilan seseorang dalam menyelesaikan atau merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap dapat terjadi selama proses belajar. Berdasarkan pengertian belajar diatas, selama proses pembelajaran individu berusaha untuk mengetahui dan memahami berbagai hal. Kondisi inilah yang mengakibatkan pembentukan sikap individu tersebut.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Sukmadinata (2009: 165-167), terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar yaitu:

a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan

Belajar dan perkembangan saling berkaitan. Dengan menjalani proses belajar, seseorang dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Sebaliknya, dalam proses perkembangan seseorang dituntut untuk belajar.

b. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.


(38)

c. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Tidak hanya aspek intelektual, aspek politik, budaya, sosial, ekonomi, moral, dan aspek-aspek kehidupan lainnya.

d. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. Selain di sekolah, kegiatan belajar dapat berlangsung di rumah, masyarakat, tempat rekreasi, dan dimana saja yang bisa saja terjadi kegiatan belajar. Belajar juga terjadi setiap saat kecuali ketika sedang tidur. e. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan

yang sangat kompleks.

f. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipelajari sendiri, ada kegiatan belajar yang membutuhkan pembimbing atau instruktur.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Sukmadinata (2009: 162-165), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Faktor-faktor dalam diri individu

Faktor-faktor dalam diri individu antara lain sebagai berikut: 1) Jasmaniah: meliputi kondisi dan kesehatan jasmani individu

2) Rohaniah: meliputi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif individu


(39)

3) Keterampilan: meliputi keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas, dll.

b. Faktor-faktor lingkungan

Faktor-faktor lingkungan antara lain sebagai berikut:

1) Keluarga: keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses pendidikan. Dengan demikian aspek-aspek fisik maupun psikologis yang ada dalam keluarga berpengaruh terhadap perkembangan belajar individu.

2) Sekolah: peran sekolah dalam belajar juga sangat penting dalam proses belajar. Berbagai aspek dalam sekolah yang berpengaruh dalam aktivitas belajar. Misalnya, lingkungan fisik sekolah berupa sarana dan prasarana. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung, dapat melancarkan proses belajar yang terjadi di sekolah. Selain lingkungan fisik, terdapat lingkungan sosial dan akademis sekolah. Lingkungan sosial sekolah meliputi hubungan siswa dengan teman-temannya dan hubungan siswa dengan pendidik. Lingkungan akademis sekolah berupa suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, kokurikuler, dan sebagainya.

3) Masyarakat: lingkungan ini berpengaruh terhadap semangat belajar dan aktivitas belajar individu. Lingkungan masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, lembaga-lembaga pendidikan yang memadai dan sumber belajar yang cukup,


(40)

berpengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar individu tersebut.

5. Teori-teori Belajar

Menurut Suyono (2011: 55), teori-teori belajar adalah sebagai berikut: a. Teori behavioristik

Aliran ini disebut dengan behavioristik karena menekankan kepada perlunya perlilaku (behavior) yang dapat diamati. Behavioristik merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebuh kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Teori-teori behavioristik tersebut adalah sebagai berikut.

1) Teori Koneksionisme (Thorndike)

Prinsip pertama koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan memberikan asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak (law of readiness). Prinsip kedua adalah pelajaran akan semakin dikuasai bila diulang-ulang (law of execise). Kemudian prinsip ketiga adalah koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan (law of effect). Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu hasil


(41)

kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah lain.

2) Teori Clasiccal Conditioning

Berdasarkan eksperimennya, Pavlov berkesimpulan bahwa tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan cara diulang-ulang,

yaitu “dipancing” dengan sesuatu yang memang dapat

menimbulkan tingkah laku tersebut. 3) Teori Operant Conditioning (Skinner)

Teori Operant Conditioning memiliki persamaan dengan teori Pavlov dan Watson, tetapi lebih terperinci. Ia membedakan adanya dua macam respons: respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan stimulus tertentu dan operant respondent, yaitu respons yang menimbulkan stimulus baru sehingga memperkuat respons yang telah dilakukan.

Skinner memfokuskan perhatiannya pada jenis operant respons. Skinner berpendapat bahwa proses belajar memerlukan usaha menimbulkan dan mengembangkan respons sebagai usaha

memperoleh “penguatan”.

b. Teori kognitif

Teori kognitif ini membahas tentang pengetahuan individu dalam kegiatan belajar. Pada dasarnya teori ini melengkapi teori behavioristik sebelumnya, para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang selalu didasarkan oleh kognitif, yaitu tindakan mengenal


(42)

atau memikirkan situasi di mana perilaku itu terjadi. Berikut ini adalah teori-teori kognitif berdasarkan hasil percobaan para ahli.

1) Teori Gestalt

Awalnya dikembangkan di bidang persepsi penglihatan, yakni: (a) Apabila mengamati sekelompok obyek, orang akan mengatur

kesan pengamatannya sedemikian rupa sehingga pengelompokan obyek mempunyai arti tertentu baginya

(b) Apabila mengamati suatu obyek, orang pun cenderung mengamati hal-hal sama secara Gestalt.

(c) Hal-hal yang saling berdekatan cenderung diamati secara bulat (Gestalt)

(d) Hal-hal yang diamati dalam bentuk tertutup cenderung memberi kesan Gestalt

(e) Obyek pengamatan yang mempunyai kaitan kontinuitas cenderung membentuk kesan Gestalt

Selanjutnya, prinsip-prinsip di bidang pengamatan diberlakukan di bidang belajar dan berpikir. Alasannya, apa yang dipikirkan bersumber dari apa yang dikenal melalui pengamatan dan berpikir pada hakikatnya adalah melakukan pengubahan struktur kognitif. Ada prinsip yang sangat penting pula, yaitu “inti” belajar adalah pada insight (pengertian, pemahaman).


(43)

2) Teori Medan (Kurt Lewin)

Pada dasarnya, teori Lewin dapat dikatakan sebagai perluasan teori Gestalt, yaitu:

(a) Belajar adalah pengubahan struktur kognitif. Maknanya, pemecahan problem hanya terjadi bila struktur kognitif diubah. (b) Hadiah dan hukuman merupakan dua sarana motivasi belajar yang memerlukan pengawasan agar digunakan wajar dan tepat. (c) Faktor motivasi belajar lain adalah masalah sukses dan gagal.

Sukses akan menjadi pendorong belajar, sedangkan gagal akan menyebabkan kemunduran belajar.

B. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Mohamad Surya (2004: 7) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pembelajaran & Mengajar, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Suyono (2011: 183) pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang melibatkan pengajar


(44)

dan siswa dan kegiatan ini mengakibatkan perubahan positif bagi perkembangan siswa tersebut.

2. Prinsip-prinsip pembelajaran

Menurut Atwi Suparman yang dikutip oleh Eveline Siregar (2011:14-16), prinsip-prinsip pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya.

b. Perilaku yang tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di linngkungan siswa.

c. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.

d. Belajar yang berbentuk respons trerhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.

e. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.

f. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses belajar.

g. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.


(45)

h. Kebutuhan memecahkan materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.

i. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.

j. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks; kemajuan siswa dalam menyelesaikan pembelajaran harus diinformasikan kepadanya.

k. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.

l. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi belajar

Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Robert Slavin, 2011:135). Individu yang dimotivasi untuk melakukan suatu hal, akan terdorong untuk melakukan hal tersebut. Menurut Suryabrata (dalam Eveline Siregar, 2010: 49) motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong


(46)

individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Purwa Atmaja (2014: 320), motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongan individu untuk berusaha mencapai suatu tujuan. Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar, motivasi belajar adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu untuk lebih giat belajar demi memperoleh prestasi yang lebih baik.

2. Teori-teori Motivasi

Dalam buku Psikologi Pendidikan (Khodijah, 2011: 4) mengemukakan teori-teori motivasi menurut Morgan dkk dan Elliot dkk. Menurut Morgan dkk. empat teori motivasi, yaitu: teori Drive, teori Insentif, teori Opponent-process dan teori Optimal-level.

a. Teori Drive

Teori ini digambarkan sebagai dorongan motivasi. Dalam teori

ini perilaku “didorong” ke arah tujuan dengan kondisi drive (tergerak)

dalam diri subjek. Menurut teori ini, motivasi terdiri dari : 1) Kondisi tergerak

2) Perilaku diarahkan ke tujuan yang diawali dengan kondisi tergerak 3) Pencapaian tujuan secara tepat


(47)

4) Reduksi kondisi tergerak dan kepuasan subjektif serta kelegaan ketika tujuan tercapai

b. Teori Insentif

Hal penting dalam teori Insentif ini adalah individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian yang disebut sebagai insentif positif dan mengindari insentif negatif.

c. Teori Opponent-process

Teori ini mengambil pandangan hedonistic tentang motivasi yang memandang bahwa manusia dimotivasi untuk mencapai tujuan yang diberi perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan.

d. Teori Optimal-level

Menurut teori ini individu dimotivasi untuk berperilaku dengan cara tertentu untuk menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan.

Menurut Elliot dkk. terdapat empat teori motivasi yaitu:

1) Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan dalam teori Maslow yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri ( self-actualization).


(48)

2) Teori Kognitif Bruner

Kunci yang membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery learning. Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan, dan sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri. 3) Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)

McClelland menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan, tugas-tugas yang cukup sulit dan ia mampu melakukannya dengan baik mengharapkan umpan balik yang mungkin serta, ia juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.

4) Teori Atribusi

Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar. Pertama, orang ingin tahu penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama perilaku yang penting bagi mereka. Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab perilaku mereka secara random. Ada penjelasan logis tentang penyebab perilaku yang berhubungan dengan perilaku. Ketiga, penyebab perilaku yang ditetapkan individu memengaruhi perilaku berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama sebelumnya.


(49)

5) Teori Operant Conditioning Skinner

Menurut Skinner, perilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi. Konsekuensi dari perilaku sebelumnya mempengaruhi perilaku yang sama. Dengan kata lain, orang termotivasi untuk menunjukkan atau menghindari suatu perilaku karena konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi ini ada dua, yaitu konsekuensi positif yang disebut reward, dan konsekuensi negatif yang disebut punishment. Perilaku yang menimbulkan reward berpeluang untuk dilakukan kembali, sebaliknya perilaku yang mengakibatkan punishment akan dihindari.

6) Teori Social Cognitive Learning

Menurut Bandura , orang belajar berperilaku dengan cara mencontoh perilaku orang lain yang dianggap berkompeten yang disebut model. Observasi terhadap model dapat menghasilkan sebagian perubahan yang signifikan pada perilaku seseorang.

3. Jenis motivasi dan cara meningkatkan motivasi siswa

Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia tanpa adanya rangsangan dari luar misalnya, niat untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya, pemberian pujian, nilai dan faktor-faktor


(50)

eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional (Eveline Siregar, 2011: 50).

Cara meningkatkan motivasi siswa dalam belajar digolongkan berdasarkan jenis motivasi, yaitu cara meningkatkan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Cara meningkatkan motivasi intrinsik 1) Membangkitkan minat

Dalam membangkitkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan pentingnya dan tingkat daya tarik materi yang akan disajikan untuk memperlihatkan manfaat yang diperoleh siswa dalam mempelajari materi tersebut.

2) Mempertahankan keingintahuan

Menggunakan sarana atau media belajar yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, dengan demikian siswa tertarik untuk mencari tahu tentang materi tersebut.

3) Menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik

Merancang kegiatan belajar semenarik mungkin dengan melibatkan hal-hal yang sedang hangat dikalangan siswa. Hal ini membuat siswa tertarik untuk mempelajari materi pembelajaran tersebut.


(51)

4) Membantu siswa menentukan sasarannya sendiri

Salah satu prinsip motivasi yang mendasar adalah bahwa orang bekerja lebih keras demi sasaran yang mereka tentukan sendiri daripada sasaran yang ditentukan bagi mereka oleh orang lain.

b. Cara meningkatkan motivasi ekstrinsik 1) Mengungkapkan harapan yang jelas

Siswa perlu mengetahui apa yang diharapkan akan mereka lakukan, bagaimana mereka dievaluasi, dan apa saja konsekuensi keberhasilannya.

2) Memberikan umpan balik yang jelas

Umpan balik atau feedback berarti informasi tentang hasil upaya seseorang. Umpan balik ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pujian atau motivasi. Hal ini memberitahukan kepada siswa bahwa apa yang mereka kerjakan benar, sehingga mereka tahu apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya.

3) Meningkatkan Nilai dan ketersediaan sarana motivasi ekstrinsik Memberikan hal-hal tambahan atas hasil kerja siswa, sehingga siswa tetap termotivasi dalam hal belajar.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Saur Tampubolon (2014: 87-117) dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas berpendapat, model pembelajaran inovatif meliputi


(52)

pembelajaran, model pembelajaran langsung, dan model pembelajaran kooperatif. Penguasaan atas model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran serta pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Secara luas, Joice & Weil mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi-media dan bantuan belajar melalui program komputer (Tampubolon, 2014: 88).

Secara khusus, model pembelajaran diartikan sebagai suatu pola kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat proses pembelajaran.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik. Dengan perkataan lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik.


(53)

Bruce & Weil mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek sebagai berikut:

a. Sintaks, suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan dan/tahapan (fase) kegiatan pembelajaran, misalnya bagaimana memulai pembelajaran.

b. Sistem sosial, menggambarkan bentuk kerja sama antar guru-peserta didik dalam pembelajaran. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada pendidik dan peserta didik.

c. Prinsip reaksi, bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. d. Sistem pendukung, menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan

untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, dapat disimpulkan model pembelajaran adalah kerangka kegiatan yang berisi tentang prosedur sistematis dan deskripsi pembelajaran dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat menjadi pedoman untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran bagi pendidik.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Tampubolon (2014), Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa pada kelompok kecil saling


(54)

membantu dalam proses pembelajaran. Kelompok kecil itu terdiri dari sekitar 4 orang dengan kemampuan beragam.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan pendekatan konstruktivisme, antara lain:

a. Mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok

b. Mendorong, menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, eksperimen dan observasi

c. Menafsirkan secara bersama-sama untuk menemukan pengetahuan baru

d. Pengetahuan dibentuk bersama dalam kelompok berdasarkan pengalaman belajar, dan interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar

e. Mendorong memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama untuk dikonstruksi pengetahuannya secara bersama (hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran)

f. Model pembelajaran kooperatif merupakan bagian dari model pembelajaran inovatif

3. Model Pembelajaran Kooperatif ARIAS

ARIAS merupakan singkatan dari Assurance, Relevance, Interest, Assesment dan Satisfaction. Kelima komponen tersebut juga merupakan


(55)

langkah-langkah dalam model pembelajaran ARIAS. Berikut ini adalah komponen-komponen model pembelajaran ARIAS (Rahman, 2014): a. Tahap Assurance

Assurance atau kepercayaan diri merupakan komponen model

pembelajaran ARIAS yang pertama. Komponen ini berkaitan dengan sikap percaya. Tahap ini bertujuan untuk membantu siswa menumbuhkan keyakinan bahwa siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pula. Dengan adanya sikap yakin, siswa akan terdorong untuk giat belajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

b. Tahap Relevance

Komponen kedua adalah relevance. Relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang berhubugan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Pada tahap ini, pembelajaran akan dikaitkan dengan kehidupan siswa. Hal ini menjelaskan secara langsung tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa. Dengan adanya kejelasan tujuan dan manfaat suatu pembelajaran, siswa akan terdorong untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan memperoleh hasil yang baik.

c. Tahap Interest

Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS adalah interest. Tahap interest ini berhubungan dengan minat. Pada tahap ini, guru dituntut untuk lebih kreatif mengemas materi pembelajaran. Guru


(56)

harus memperhatikan cara belajar dan memfokuskan pembelajaran pada minat siswa. Hal ini dikarenakan siswa akan merasa tertarik untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan minatnya. Minat tidak hanya harus dibangkitkan, melainkan juga harus dipelihara selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Assessment

Komponen keempat dalam model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi sangat penting dalam proses pembelajaran, dimana evaluasi digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan suatu pembelajaran.

e. Tahap Satisfaction

Satisfaction merupakan segala hal yang berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang berhasil mengerjakan atau mengutarakan pendapatnya merasa puas dan bangga atas keberhasilannya tersebut. Keberhasilan tersebut menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya.

4. Kelebihan model pembelajaran ARIAS

Kelebihan model pembelajaran ARIAS adalah sebagai berikut:

a. Melatih siswa menumbuhkan sikap percaya diri, sehingga siswa dapat mengekspresikan pengetahuannya dalam proses pembelajaran


(57)

b. Mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan siswa, sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran

c. Memberikan penguatan atau reward kepada siswa atas usaha dan hasil belajar yang dicapai, sehingga siswa terdorong untuk tetap mempertahankan prestasinya

5. Model Pembelajaran STAD

STAD merupakan singkatan dari Student Teams Achievement Division. Menurut Jumanta (2014: 116), terdapat 5 komponen utama dalam model pembelajaran STAD, yaitu :

a. Presentasi kelas: materi pembelajaran disampaikan dalam presentasi kelas. Presentasi materi dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Selama presentasi, siswa harus memperhatikan dengan baik agar dapat mengerjakan tugas kelompok dan kuis setelah presentasi.

b. Kerja kelompok: setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (baik secara gender, suku maupun tingkat kemampuan akademik). Fungi utama kelompok ini adalah untuk menyiapkan anggota-anggotanya agar mengerjakan kuis dengan baik.

c. Kuis: setelah presentasi, siswa diberi kuis individu. Kuis ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah dipresentasi.


(58)

d. Peningkatan nilai individu: peningkatan nilai individu ini bertujuan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimal pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya.

e. Penghargaan kelompok: kelompok mendapatkan penghargaan jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu.

6. Kelebihan Model Pembelajaran STAD

Kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

a. Melatih siswa menyumbangkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk kelompok dan mempresentasikan hasil kerjanya

b. Melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok tanpa memandang perbedaan gender, suku maupun tingkat kemampuan akademik. c. Mengukur pemahaman siswa di setiap pertemuan dengan mengadakan

kuis di akhir pelajaran.

E. Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD

Model pembelajaran ARIAS dan STAD merupakan model pembelajaran yang memiliki kekhasan masing-masing. Model pembelajaran ARIAS lebih menitikberatkan pada sikap percaya diri dan motivasi siswa sehingga siswa terdorong untuk lebih giat belajar dan memperoleh hasil yang baik selama proses pembelajaran, sedangkan STAD menitikberatkan pada


(59)

kegiatan kelompok yang dilakukan siswa dan prestasi yang diperoleh baik dalam kelompok maupun individu. Perpaduan kedua model pembelajaran ini merupakan penggabungan beberapa komponen dari kedua model pembelajaran tersebut menjadi satu kesatuan, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Agar lebih memahami penggabungan kedua model pembelajaran ini, akan disajikan ciri-ciri kedua model dan perpaduan model pembelajaran dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1

Perpaduan Model Pembelajaran ARIAS dan STAD

Aspek ARIAS STAD

PERPADUAN ARIAS DAN STAD

Pendahuluan (Apersepsi)

Menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

- Menumbuhkan rasa

percaya diri siswa, sehingga siswa yakin akan kemampuannya untuk mengikuti pembelajaran.

Inti

(eksplorasi, elaborasi)

Menarik minat siswa dengan menghubungkan materi dengan informasi baru yang hangat di kalangan siswa dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan

- Menarik minat

siswa dengan menghubungkan materi yang akan disampaikan dengan informasi yang hangat di kalangan siswa

Penyampaian materi berdasarkan kompetensi dasar dan disinkronkan dengan pengalaman siswa sehari-hari Penyampaian materi berdasarkan kompetensi dasar. Penyampaian materi berdasarkan kompetensi dasar dan disinkronkan dengan pengalaman siswa sehari-hari


(60)

- Pendalaman materi oleh siswa dalam kelompok

Pendalaman materi oleh siswa dalam kelompok.

Evaluasi Penilaian

kemampuan siswa

Penilaian

kemampuan siswa oleh guru dengan mengadakan kuis yang bersifat individu.

Penilaian

kemampuan siswa dengan

mengadakan kuis yang bersifat individu

Penutup (konfirmasi)

Pemberian penghargaan kepada siswa, baik secara verbal maupun nonverbal serta penarikan kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari

Pemberian penghargaan kepada siswa baik secara kelompok maupun individu

Pemberian penghargaan kepada siswa baik secara verbal maupun nonverbal serta penarikan kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari

Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat disimpulkan bahwa kedua model pembelajaran ini memiliki kekhasan masing-masing. Model pembelajarann ARIAS lebih mengutamakan sikap percaya diri dan motivasi siswa dalam pembelajaran agar siswa memiliki keinginan untuk belajar dan berprestasi. Hal ini dilihat dari kegiatan pembelajaran ARIAS yang memuat aspek kepercayaan diri, relevansi, minat dan penguatan. Sikap percaya diri dapat membuat siswa yakin akan kemampuannya, sehingga siswa ingin berusaha untuk mencapai prestasi dalam belajar. Relevansi antara materi yang dipelajari oleh siswa dengan kehidupannya sehari-hari, mampu mendorong siswa untuk menguasai materi yang dipelajari, karena siswa beranggapan bahwa materi tersebut memiliki tujuan dan manfaat baginya kelak. Selain relevan, pembelajaran dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik minat dan perhatian siswa. Bagi siswa yang berprestasi dalam pembelajaran, akan di berikan penguatan sehingga


(61)

siswa merasa bangga dan puas akan hasil kerjanya. Hal ini juga menjadi motivasi bagi siswa untuk terus belajar.

Kekhasan dari model pembelajaran STAD adalah gaya belajar dalam kelompok, konsentrasi siswa selama pelajaran dan kerja sama antar siswa. Model pembelajaran ini, siswa dibentuk dalam kelompok heterogen, baik dari segi gender, kemampuan akademik, maupun suku, sehingga siswa dapat dilatih untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa memandang perbedaan. Selama pembelajaran berlangsung, siswa dituntut untuk memperhatikan dengan saksama agar siswa dapat mengerjakan tes berupa kuis diakhir pelajaran tentang materi yang baru dijelaskan. Dalam hal pemahaman materi, siswa tidak hanya dibantu oleh guru, tetapi juga dibantu oleh teman-teman kelompoknya. Sehingga, selain memperoleh ilmu pengetahuan, siswa juga dapat melatih diri untuk bekerja sama dalam tim. Kerja sama yang dijalin dalam kelompok belajar ini bertujuan mempertahankan prestasi kelompok masing-masing.

Motivasi dan aktivitas siswa merupakan hal yang penting dalam sebuah proses pembelajaran dan kedua aspek ini sangat berpengaruh satu sama lain. Dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong untuk mengikuti pembelajaran di kelas dengan sungguh-sungguh. Dampak dari kesungguhan siswa dapat dilihat dari hasil akhir pembelajaran. Sebaliknya, jika dalam suatu pembelajaran hanya berpusat pada aktivitas siswa di kelas, maka semangat siswa dalam belajar akan menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada pencapaian


(62)

tujuan pembelajaran dan prestasi siswa di kelas. Model pembelajaran ARIAS dan STAD memiliki aspek-aspek. Model pembelajaran ARIAS memuat aspek motivasi yang kuat dan kurang memperhatikan aktivitas siswa di kelas. Model pembelajaran STAD memuat aspek aktivitas siswa dan kurang memperhatikan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jika kedua model pembelajaran ini dipadukan, maka akan menghasilkan model pembelajaran baru yang memuat kedua aspek penting dalam proses pembelajaran.

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Perpaduan ARIAS dan STAD:

1. Percaya diri: Komponen ini berkaitan dengan sikap percaya. Tahap ini bertujuan untuk membantu siswa menumbuhkan keyakinan bahwa siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pula. Dengan adanya sikap yakin, siswa terdorong untuk giat belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal

2. Relevansi: Relevansi berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Pada tahap ini, pembelajaran akan dikaitkan dengan kehidupan siswa. Hal ini menjelaskan secara langsung tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa. Dengan adanya kejelasan tujuan dan manfaat suatu pembelajaran, siswa akan terdorong untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan memperoleh hasil yang baik.


(63)

3. Presentasi kelas: materi pembelajaran disampaikan dalam presentasi kelas. Presentasi materi dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Selama presentasi, siswa harus memperhatikan dengan baik agar dapat mengerjakan tugas kelompok dan kuis setelah presentasi.

4. Kerja kelompok: setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (baik secara gender, suku maupun tingkat kemampuan akademik). Fungi utama kelompok ini adalah untuk menyiapkan anggota-anggotanya agar mengerjakan kuis dengan baik.

5. Evaluasi: yaitu berhubungan dengan mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan pada pertemuan tersebut. Evaluasi sangat penting dalam proses pembelajaran, dimana evaluasi digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan suatu pembelajaran. Evaluasi dalam perpaduan model pembelajaran ini berupa kuis. Kuis dilaksanakan setelah presentasi dan bersifat individu. Sedangkan di akhir bab, evaluasi dilaksanakan berupa ulangan akhir bab.

6. Penguatan: merupakan segala hal yang berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction merupakan reinforcement (penguatan). Siswa yang berhasil mengerjakan atau mengutarakan pendapatnya merasa puas dan bangga atas keberhasilannya tersebut. Keberhasilan tersebut menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya.


(64)

F. Materi Pembelajaran

1. Mengenal Bentuk Aljabar (M. Cholik, 2007:3)

a. Pengertian suku, koefisien, variabel, dan konstanta pada bentuk aljabar

1) Suku tunggal dan suku banyak

Bentuk-bentuk seperti 2 2 8

dan 2 disebut bentuk aljabar. Bentuk aljabar seperti dan 2 disebut bentuk aljabar suku satu atau suku tunggal. Bentuk aljabar seperti dan

2

disebut bentuk aljabar suku dua atau binom. a) Bentuk terdiri dari dua suku, yaitu dan

b) Bentuk 2 juga terdiri dari dua suku, yaitu 2 dan

Bentuk aljabar seperti dan 2 disebut bentuk aljabar suku tiga atau trinom.

a) Bentuk terdiri atas tiga suku, yaitu , , dan

b) Bentuk 2 juga terdiri atas tiga suku, yaitu 2,

, dan

Bentuk aljabar yang terdiri dari beberapa suku disebut suku banyak atau polinom, misalnya:


(65)

b) 3 2 --- suku empat c) 3 2 --- suku lima 2) Suku-suku Sejenis

Perhatikan bentuk aljabar dan

Pada bentuk , disebut koefisien dan disebut variabel (peubah), dan pada bentuk adalah koefisien dari variabel dan 3 adalah konstanta.

Selanjutnya perhatikan bentuk aljabar berikut ini!

2 2

Bentuk aljabar di atas terdiri atas 6 suku, yaitu 2,

2

, dan dengan suku-suku yang sejenis, yaitu :

a) 2 dan 2 b) dan

Suku-suku dikatakan sejenis bila memiliki variabel yang sama, dan variabel yang sama itu harus memiliki pangkat yang sama juga. Dengan kata lain, suku-suku yang sejenis hanya berbeda pada koefisiennya.

2

dan bukan suku sejenis, karena 2 tidak sama (tidak sejenis) dengan .

dan juga bukan suku sejenis, karena tidak sama (tidak sejenis) dengan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa :


(66)

Suku pada aljabar dikatakan sejenis jika variabelnya sama. Contoh :

1. Tentukan banyak suku pada bentuk aljabar berikut ini!

a. b. 4 3- 2

Jawab :

a. Banyak suku pada adalah 2, yaitu dan

b. Banyak suku pada 4 3— 2 adalah 4, yaitu 4, 3,

2

, dan

2. Tentukan suku-suku yang sejenis pada bentuk aljabar berikut ini!

a.

b. 2 2 2 2 2 Jawab :

a. Suku-suku yang sejenis pada

adalah : i)

ii)

b. Suku-suku yang sejenis pada 2 2 2 2 2 adalah :

i) 2 dan 2 ii) 2q dan 2


(67)

2. OPERASI HITUNG PADA BENTUK ALJABAR a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar

Untuk menentukan hasil penjumlahan dan hasil pengurangan pada bentuk aljabar, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

a) Suku-suku yang sejenis

b) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan, yaitu :

i.

ii. c) Hasil perkalian dua bilangan bulat, yaitu :

i. Hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif

ii. Hasil perkalian dua bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat positif

iii. Hasil perkalian bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif adalah negatif

Dengan menggunakan ketentuan-ketentuan diatas, maka hasil penjumlahan maupun hasil pengurangan pada bentuk aljabar dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan memperhatikan suku-suku yang sejenis. Hasil penjumlahan maupun pengurangan pada bentuk aljabar dapat


(68)

disederhanakan denga cara mengelompokkan dan menyederhanakan suku-suku yang sejenis.

Contoh:

1. Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut ini! a.

b. 2 2 2 2 Jawab:

a.

b. 2 2 2 2 2 2

2

2

2 2 2. Tentukan jumlah dari 2 dan 2

Jawab :

Hasil penjumlahan 2 dan 2 adalah:

2 2

2

2

2

2

2


(69)

a. b. Jawab :

a. ---

b. --- perkalian

dengan lebih didahulukan

G. Kerangka Berpikir

Penelitian ini didasari oleh kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, dimana siswa cenderung tidak melibatkan diri secara aktif selama proses pembelajaran. Siswa terlihat bermalas-malasan di kelas dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Kurangnya keterlibatan siswa juga dilihat dari dorongan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas dan mengutarakan pendapatnya tentang suatu materi. Hal ini tentunya sangat merugikan siswa karena tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengeksplorasi kemampuannya dengan baik.

Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mencoba untuk mengatasi kesulitan siswa dengan menerapkan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD. Model pembelajaran


(70)

ARIAS dan STAD merupakan model pembelajaran yang memiliki kekhasan masing-masing. Dalam proses pembelajaran, model pembelajaran ARIAS memperhatikan kemauan dan minat belajar siswa dengan memberikan dukungan, menumbuhkan sikap percaya diri, dan memberikan penguatan selama pembelajaran. unsur-unsur tersebut tentunya berkaitan dengan memotivasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran STAD lebih memperhatikan kerjasama dalam tim tanpa memandang perbedaan dari berbagai aspek. Selain itu, model pembelajaran STAD juga memperhatikan pemahaman siswa untuk setiap materi pembelajaran dengan memberikan evaluasi di akhir pertemuan.

Dengan demikian bila kedua model pembelajaran ini dipadukan, dapat membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat menumbuhkan sikap percaya diri, terdorong untuk belajar dan dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD pada materi pokok Aljabar untuk siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem dapat efektif ditinjau dari:

1. Pelaksanaan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD 2. Prestasi belajar siswa


(71)

50 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian desktriptif kualitatif-kuantitatif. Data prestasi siswa yang berupa skor akan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data hasil kuesioner siswa akan dikuantifikasikan, kemudian bersama dengan data uraian hasil wawancara siswa dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015 sampai dengan 8 Agustus 2015 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang terletak di Sukunan, Pakembinangun, Pakem, Yogyakarta.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.


(72)

Obyek dalam penelitian ini adalah efektivitas penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD pada pokok bahasan aljabar ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD dalam pembelajaran.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang menerapkan perpaduan model pembelajaran ARIAS dan STAD.

E. Bentuk Data

Bentuk data yang diperlukan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua, yaitu yang digunakan untuk menilai motivasi siswa dan menilai prestasi belajar siswa.

1. Data Motivasi Siswa

Bentuk data yang digunakan untuk menilai motivasi siswa terhadap pembelajaran aljabar berupa uraian-uraian, keterangan maupun penilaian proses dari pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Data tentang motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil


(1)

(2)

(3)

Lampiran C.22 dokumentasi

Gambar C.22.a. Menonton Video Motivasi


(4)

Gambar C.22.c Peneliti menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan


(5)

Gambar C.22.e Peneliti megarahkan siswa menyelesaikan soal


(6)

Gambar C.22.g. siswa bertanya ketika kegiatan diskusi

Gambar C.22.h. Tahap Akhir Pembelajaran


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Mi Unwaanunnajah

1 9 186

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV di MI Alwasliyah Jakarta Timur

0 9 147

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Al Wasliyah Jakarta Timur

0 18 147

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 4 16

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau

0 2 14

PENDAHULUAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa.

0 2 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD Penerapan Model Pembelajaran Arias Terintegrasi Pada Pembelajaran Kooperatif Stad Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika (Ptk Pada Siswa Kelas Viii C Smp Negeri 3

0 1 17

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPSR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

0 0 11