Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Noviana Wahyu Dwi Lestari NIM 12416244014
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
1. Belajar ... 9
a. Pengertian Belajar ... 9
b. Teori Belajar... 11
c. Kesulitan dalam Proses Belajar ... 13
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ... 15
2. Karakteristik Pembelajaran IPS di SMP/MTs ... 30
B. Penelitian yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 34
D. Pertanyaan Penelitian ... 36
BAB III. METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 37
B.Variabel Penelitian ... 37
C.Definisi Operasional Variabel ... 38
1. Faktor Kesulitan Belajar Internal ... 38
a. Minat ... 38
b. Motivasi ... 38
c. Kesiapan ... 39
2. Faktor Kesulitan Belajar Eksternal ... 39
a. Metode Mengajar ... 39
b. Interaksi Guru dengan Siswa ... 40
(11)
xi
d. Faktor Masyarakat ... 40
D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
E. Subjek Penelitian ... 41
1. Populasi Penelitian ... 41
2. Sampel ... 42
F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 44
1. Metode Pengumpulan Data ... 44
a. Kuesioner ... 43
b. Dokumentasi ... 45
2. Instrumen Penelitian ... 45
G.Uji Coba Instrumen ... 48
1. Validitas Instrumen ... 48
2. Uji Reliabilitas ... 51
H.Teknik Analisis Data... 52
1. Menghitung Skor Faktor Kesulitan Belajar ... 53
2. Pengkategorian Skor Kesulitan Belajar Siswa ... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
1. Kondisi Fisik ... 57
2. Kondisi Nonfisik ... 58
B. Karakteristik Siswa SMP N 3 Sleman ... 58
C. Deskripsi Data ... 58
1. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Internal ... 59
a. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Minat ... 59
b. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Motivasi ... 62
c. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Kesiapan ... 64
2. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Eksternal ... 66
a. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Metode Mengajar ... 67
b. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Interaksi Guru dengan Siswa ... 69
c. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Media Pembelajaran ... 72
d. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Masyarakat ... 74
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
E. Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
B. Implikasi ... 82
C. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Penelitian. ... 41
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Angket Kesulitan Belajar Internal .... 45
Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban Angket Kesulitan Belajar Eksternal.. 45
Tabel 4. Hubungan Sumber Data, Metode, dan Instrumen Penelitian ... 46
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kesulitan Belajar Internal ... 47
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kesulitan Belajar Eksternal ... 47
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Internal ... 49
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Eksternal ... 50
Tabel 9. Interpretasi Nilai r... 52
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen ... 52
Tabel 11. Pengkategorian Rata-rata Jumlah Skor Perolehan Tiap Item .. 54
Tabel 12. Pengkategorian Rata-rata Skor Perolehan Kesulitan Belajar Internal ... 54
Tabel 13. Pengkategorian Rata-rata Skor Perolehan Kesulitan Belajar Eksternal ... 54
Tabel 14. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Minat .... 54
Tabel 15. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Motivasi 54 Tabel 16. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Kesiapan 55 Tabel 17. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Metode Mengajar ... 55
Tabel 18. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Interaksi Guru dengan Siswa ... 55
Tabel 19. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Media Pembelajaran ... 55
Tabel 20. Pengaktegorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Faktor Masyarakat ... 56
Tabel 21. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ... 57
Tabel 22. Kondisi Nonfisik Lokasi Penelitian ... 58
Tabel 23. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Minat ... 60
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor Minat .... 61
Tabel 25. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Motivasi ... 62
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor Motivasi ... 63
Tabel 27. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Kesiapan ... 64
Tabel 28. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor Kesiapan ... 65
Tabel 29. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Metode Mengajar ... 67
Tabel 30. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor Metode Mengajar ... 67
(13)
xiii
Tabel 31. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Interaksi
Guru dengan Siswa ... 70 Tabel 32. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor
Interaksi Guru dengan Siswa ... 71 Tabel 33. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor Media
Pembelajaran ... 72 Tabel 34. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor Media
Pembelajaran ... 73 Tabel 35. Analisis Butir Item Kesulitan Belajar Siswa Faktor
Masyarakat ... 74 Tabel 36. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa Faktor
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 35 Gambar 2. Nomogram Harry King ... 42 Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Minat ... 61 Gambar 4. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Motivasi ... 64 Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Kesiapan ... 66 Gambar 6. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Metode Mengajar ... 69 Gambar 7. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Interaksi Guru dengan Siswa ... 71 Gambar 8. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran IPS
Ditinjau dari Faktor Media Pembelajaran ... 74 Gambar 9. Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Angket Uji Coba Instrumen ... 88
Lampiran 2. Data Uji Coba Instrumen ... 96
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen... 98
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 100
Lampiran 5. Angket Penelitian ... 101
Lampiran 6. Data Skor Kesulitan Belajar Internal ... 107
Lampiran 7. Data Skor Keselitan Belajar Eksternal ... 112
Lampiran 8. Surat Pernyataan Validasi ... 118
Lampiran 9. Distribusi Nilai r Tabel... 119
Lampiran 10. Surat Izin Uji Instrumen ... 120
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 121
Lampiran 12. Surat Rekomendasi Penelitian ... 122
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Bupati Sleman ... 123
Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 124
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ... 125
Lampiran 16. Nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil ... 126
(16)
1
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan negara. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan. Hal ini sebagaimana tercantum pada Pembukaan UUD 1945 alenia ke-4. Pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 menyebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan melaksanakan pendidikan dalam berbagai jenjang atau tingkatan.
Rusmawan (2013: 286) menyatakan bahwa salah satu jenjang atau tingkatan pendidikan adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam jenjang ini terjadi sebuah pembelajaran yang memberikan ilmu pengetahuan bagi siswa. Belajar dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari seberapa jauh prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar siswa SMP yang tinggi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengindikasikan keberhasilan proses belajar IPS. Namun sebaliknya, prestasi belajar siswa SMP yang rendah pada mata pelajaran IPS mengindikasikan ketidakberhasilan proses belajar mengajar IPS. Pada prakteknya pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil dengan baik. Terkadang dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan karena adanya hambatan atau
(17)
kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum kesulitan belajar yang dihadapi siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang bersifat alamiah saja akan tetapi juga terjadi pada mata pelajaran yang bersifat sosial seperti pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Angga Purnama (2016: 1) menyatakan bahwa di Kabupaten Sleman terdapat beberapa SMP yang masuk dalam predikat terbaik nasional versi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Sleman, di jenjang SMP terdapat sembilan sekolah yang meraih predikat tersebut, salah satu diantaranya adalah SMP N 3 Sleman.
Namun, di lain sisi salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh SMP N 3 Sleman adalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil Ujian Kenaikan Kelas (UKK) Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai mata pelajaran IPS kelas VII yang naik kelas VIII terbilang cukup rendah. Berdasarkan KKM yang ditentukan sebesar 75, sebanyak 174 siswa memperoleh nilai di bawah KKM dan hanya sebanyak 19 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dengan rata-rata nilai keseluruhan sebesar 62,94. Begitu juga dengan nilai Ujian Akhir Semester I kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016. Sebanyak 183 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan dan hanya sebanyak 8 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dengan rata-rata nilai keseluruhan siswa yang didapat hanya mencapai nilai 5,91 (Sumber: MKKS Kab. Sleman). Dari jumlah keseluruhan 191 siswa, tentu capaian nilai tersebut masih terbilang
(18)
kurang maksimal. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa siswa di SMP N 3 Sleman, IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan cenderung membosankan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti guru dalam menyampaikan materi, diri pribadi siswa, maupun materi yang diberikan guru sehingga mengurangi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
Minat belajar yang tinggi diperlukan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Demikian juga dalam IPS, untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, maka diperlukan minat yang tinggi dalam mata pelajaran IPS. Adwiyarso (2008: 1) mengemukakan bahwa “cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menguasai materi ajar IPS. Kesulitan belajar lebih disebabkan tingkat minat baca yang rendah, serta ketergantungan siswa dalam belajar terhadap guru.”
Selain minat yang rendah, rendahnya motivasi belajar juga mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik, prestasinya juga akan baik. Motivasi biasanya ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melaksanakan suatu tugas. Dalam melaksanakan suatu tugas, siswa juga dihadapkan pada permasalahan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS. Apabila siswa tidak memiliki kesiapan yang
(19)
matang, maka akan terjadi kendala atau kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Permasalahan lain dalam pembelajaran IPS antara lain adalah selama ini IPS dikenal sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Mempunyai materi yang terlalu luas sehingga sulit untuk dipelajari. Di sisi lain, guru IPS yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi sehingga kurang menggunakan metode yang bervariasi sehingga tidak dapat melibatkan siswa (Mangkoesapoetra, 2005: 1). Dalam mempelajari IPS, siswa kerap kali dihadapkan pada situasi jenuh karena materi serta metode pengajaran yang kurang menarik dan monoton. Keterbatasan dalam menyampaikan materi juga berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Jumlah jam pelajaran dalam seminggu yang hanya 4 jam pelajaran, dirasa sangat kurang dalam memahami materi IPS. Abdul Aziz (2009: 1) menyatakan bahwa selama ini pembelajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia yang tidak dapat diperkenalkan.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diketahui faktor kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru melakukan perencanaan pembelajaran yang baik sehingga dapat mengurangi kesulitan belajar di dalam diri siswa pada mata pelajaran IPS. Perencanaan pembelajaran yang baik tentu akan berdampak pula
(20)
terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa atau peserta didik. Atas dasar uraian tersebut, peneliti merasa tertarik utuk melakukan analisis kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang didapat yaitu:
1. Prestasi belajar kurang maksimal yang ditunjukkan dengan adanya 174 siswa yang belum mencapai KKM dan sebanyak 19 siswa yang sudah mencapai KKM dengan rata-rata nilai hasil belajar mata pelajaran IPS sebesar 6,29 dari KKM yang ditentukan sebesar 75 pada Ujian Kenaikan Kelas (UKK) tahun 2014/2015.
2. Prestasi belajar kurang maksimal yang ditunjukkan dengan adanya 183 siswa yang belum mencapai KKM dan sebanyak 8 siswa yang sudah mencapai KKM dengan rata-rata nilai hasil belajar mata pelajaran IPS sebesar 5,91 dari KKM yang ditentukan sebesar 75 pada Ujian Akhir Semester 1 tahun 2015/2016.
3. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS rendah. 4. Motivasi belajar IPS yang masih rendah.
5. Kesiapan siswa yang kurang dalam belajar IPS.
6. IPS dikenal sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. 7. Jumlah jam pelajaran IPS yang hanya 4 jam dalam seminggu.
(21)
8. Metode mengajar guru yang tidak melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat diketahui bahwa banyak sekali masalah yang terkait dengan proses belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dengan hanya memfokuskan pada permasalahan kesulitan belajar siswa yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang meliputi minat, motivasi, serta kesiapan siswa dan faktor eksternal yang meliputi metode mengajar, interaksi guru dengan siswa, media pembelajaran, dan faktor masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi faktor kesulitan belajar siswa dari segi internal dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman?
2. Apa yang menjadi faktor kesulitan belajar siswa dari segi eksternal dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman?
(22)
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor yang menjadi kesulitan belajar siswa dari segi
internal dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi kesulitan belajar siswa dari segi eksternal dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran. Serta dapat menjadi bahan bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menambah pengalaman dan pengetahuan terkait kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan peneliti ketika terjun dalam dunia pendidikan.
(23)
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran agar dapat mengurangi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
c. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang mereka alami.
d. Bagi Sekolah
Memberikan informasi bagi pihak sekolah mengenai kesulitan belajar pada siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(24)
9 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang penting bagi siapa saja. Belajar selalu dikaitkan dengan teori. Terdapat banyak teori yang memberikan penjelasan mengenai pengertian belajar. Muhibbin Syah (2013: 87) menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Dalam kehidupan manusia selalu melaksanakan kegiatan belajar baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan dimana ia berada. Hal ini terjadi karena dengan belajar, manusia dapat melakukan sebuah tindakan yang dapat memberikan sebuah dampak bagi kehidupan orang lain.
Pengertian tentang belajar dalam pandangan Slameto (2010: 2) dipahami sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
(25)
dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya belajar, dapat merubah perilaku atau tingkah laku seseorang dimana tingkah laku tersebut merupakan hasil dari kegiatan belajar seseorang.
Munandar (2012: 68) menjelaskan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam penjelasan Munandar, memiliki makna yang hampir sama dengan yang diutarakan oleh Slameto, hanya saja dalam hal ini, Munandar menyatakan bahwa dalam proses belajar selalu disertai dengan proses kognitif/pengetahuan. Sugihartono (2012: 74) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 127) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Hintzman dalam
(26)
Munandar (2012: 65) juga mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Berdasarkan beberapa ahli di atas, pada penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa belajar merupakan suatu proses yang dialami suatu individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu tersebut. Tingkah laku yang dialami oleh individu tersebut berbeda dengan individu lain, sehingga hasil belajar yang dihasilkan akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.
b. Teori Belajar
Terdapat beberapa teori dalam belajar. Teori-teori tersebut berfungsi untuk menganalisis, membicarakan, dan meneliti pembelajaran. Teori belajar berupaya untuk meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Slemeto (2010: 65) menyatakan bahwa terdapat teori kognitivistik antara lain yaitu teori Trial and Eror bahwa belajar hanya proses coba-coba, kadang-kadang salah, tetapi akhirnya berhasil. Dalam proses ini banyak energi yang terbuang karena percobaan-percobaan itu tidak berdasarkan suatu insight. Hill (2012: 133) mengemukakan bahwa terdapat teori Gestalt. Teori ini
(27)
mengemukakan bahwa pemahaman mengenai pembelajaran adalah pada studi tentang wawasan (insight). Teori Gestalt berbanding terbalik dengan teori Trial and Eror yang menitikberatkan pembelajaran yang terjadi secara tiba-tiba yang kemungkinan sangat sulit untuk dilupakan dan sangat mudah untuk di transfer ke situasi-situasi baru atas hubungan logis atau persepsi atas hubungan antara sarana dan tujuan.
Siregar (2011: 25) mengemukakan bahwa terdapat teori belajar yang lainnya yaitu teori Behavioristik atau aliran tingkah laku yang menyebutkan bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Jadi dalam teori ini belajar terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan dan bersifat positif. Terdapat juga teori Bruner atau disebut free discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa:
“proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya”
Hergenhahn dan Olson (2009: 313) mengungkapkan bahwa terdapat teori belajar yang lain yaitu Teori Jean Piaget. Teori ini disebut juga genetic epistemology karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Persamaan antara teori Piaget
(28)
dengan Gestalt adalah keduanya percaya bahwa pengetahuan yang lalu akan mempengaruhi pengalaman sekarang.
Teori belajar yang lain adalah teori belajar R. Gagne bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, tingkah laku. Belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia (Siregar, 2011: 31).
Berdasarkan beberapa teori di atas, dalam penelitian ini mengacu pada teori Gestalt yang menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses perkembangan anak dan terjadi proses transfer meupun respon tepat pada penyesuaian pertama. Teori ini juga menjelaskan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan anak.
c. Kesulitan dalam Proses Belajar
Terdapat beberapa rumusan yang memberikan penjelasan mengenai pengertian kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 77), kesulitan belajar merupakan keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Belajar dikatakan berhasil apabila apa yang diberikan oleh guru dapat tersampaikan dengan sempurna kepada murid.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi. Sugihartono (2012: 149),
(29)
mengungkapkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan. Kesulitan belajar menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa (prestasi aktual). Selanjutnya Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang memiliki intelegensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya. Dengan kata lain bahwa siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya. Dengan demikian kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan munculnya misbehavior siswa baik berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena faktor intern dan ekstern siswa. Munandar (2012: 194). Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 93) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mengacu pada pendapat Sugihartono yang
(30)
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Proses belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slameto (2010: 54), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal yang mempengaruhi proses belajar yang terdapat dari dalam diri individu yang sedang melakukan proses belajar. Faktor internal meliputi:
a) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
(31)
minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Menurut Muhibbin Syah (2012: 151) minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatian terus-menerus, yang disertai rasa senang.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 87) menyatakan bahwa tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dala pelajaran itu.
Menurut Slameto (2010: 57 dan 180) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yan dipelajari secara terus menerus; 2) ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati; 3) ada
(32)
rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati; 4) lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya; 5) dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas minat adalah kegiatan seseorang dalam memperhatikan atau menginginkan sesuatu dengan diikuti rasa senang, dalam hal ini ada kecenderungan dari seseorang tersebut untuk ikut melakukan sesuatu yang diperhatikan. Hal ini dapat digambarkan seperti seseorang yang minat terhadap kegiatan pramuka. Orang tersebut akan memperhatikan dan ikut serta dalam kegiatan pramuka tersebut.
b) Motivasi
Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 83) menyatakan bahwa motivasi sebagai faktor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya, akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Sedangkan Sugihartono (2012: 20), menyatakan bahwa motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
(33)
tertentu dan memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Menurut Sardiman A. M (2012: 83), motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); 3) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa; 4) lebih senang bekerja mandiri; 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; 6) dapat mempertahankan pendapatnya; 7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Dalam hal proses belajar, siswa sangat memerlukan motivasi. Misalnya, seorang siswa ingin belajar mata pelajaran IPS dengan sungguh-sungguh untuk dapat masuk ke perguruan tinggi negeri. Dalam hal ini perguruan tinggi negeri dijadikan motivasi oleh siswa agar senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh pada mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, motivasi sangat mempengaruhi belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran.
(34)
c) Kesiapan
Dalam proses belajar, kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kesiapan individu. Menurut Slameto (2010: 113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Oemar Hamalik (2011: 94) menyatakan bahwa kesiapan atau kematangan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013: 144) mengemukakan bahwa kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan keadaan dimana seseorang dalam keadaan siap baik secara fisiologis, mental, maupun emosional untuk dapat menghadapi sesuatu dengan caranya sendiri. Seseorang dikatakan siap, apabila seseorang dapat mencakup beberapa aspek. Menurut Slameto (2010: 113), kondisi seseorang dikatakan siap jika
(35)
mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu: 1) kondisi fisik, mental, dan emosional; 2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; 3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Dalam kesiapan, terdapat beberapa prinsip. Prinsip tersebut dapat dijadikan patokan dalam kesiapan belajar. Slameto (2010: 115) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip kesiapan belajar meliputi: 1) semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi); 2) kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman; 3) pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan; 4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penelitian ini mengacu pada pendapat Slameto yang mengemukakan bahwa kesiapan meliputi aspek dan prinsip berikut: 1) kesiapan fisik secara jasmani maupun rohani dalam menghadapi mata pelajaran; 2) kesiapan mental yang ditandai dengan rasa percaya diri siswa dalam mengikuti mata pelajaran; 3) kesiapan emosional yang dapat dikontrol dalam menghadapi kenyataan yang berbeda dengan harapan
(36)
mencakup mata pelajaran yang diikuti; 4) pengetahuan siswa atau pemahaman mengenai materi pelajaran sebelumnya. 2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal yang mempengaruhi proses belajar yang terdapat dari luar diri individu yang sedang melakukan proses belajar. Faktor eksternal terdiri dari:
a) Metode Mengajar
Metode mengajar mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula, begitu juga sebaliknya. Slameto (2010: 65) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Winarno (1976: 75) mengemukakan bahwa metode merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang dilakukan pendidik atau guru untuk menjelaskan materi pelajaran agar materi yang diajarkan dapat diterima oleh siswa.
Metode mengajar sangat mempengaruhi cara belajar siswa pada suatu mata pelajaran. Metode mengajar yang kurang baik dapat terjadi apabila pendidik atau guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan yang akan diajarkan
(37)
sehingga dalam proses pembelajaran, guru kurang jelas dalam penyampaiannya dan dapat berakibat siswa kurang senang dengan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, agar siswa dapat belajar dengan baik, maka haruslah dipilih metode mengajar yang benar dan sesuai dengan materi yang diberikan.
Dalam mengajar, terdapat beberapa prinsip. Slameto (2010: 35-39) menyatakan 10 prinsip dalam mengajar, yaitu: (a) Perhatian
Guru perlu membangkitkan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diikuti, agar siswa dapat mengolah dan menghayati mata pelajaran yang diberikan secara maksimal.
(b) Aktivitas
Pada proses belajar mengajar sebaiknya guru perlu memacu aktivitas siswa agar siswa mau berfikir.
(c) Apersepsi
Guru dalam mengajarkan suatu mata pelajaran perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan umum dari siswa, atau pengalaman dari guru itu sendiri.
(38)
(d) Peragaan
Guru dalam memberikan suatu materi pembelajaran sebaiknya menggunakan alat-alat peraga, atau benda asli yang berhubungan dengan materi yang diberikan.
(e) Repetisi
Dalam menjelaskan sesuatu materi pelajaran sebaiknya dilakukan pengulangan agar siswa senantiasa ingat dengan materi yang telah diberikan.
(f) Korelasi
Dalam mengajar, guru perlu menghubungkan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lainnya, sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa semakin luas. (g) Konsentrasi
Guru harus senantiasa mengarahkan siswa untuk selalu berkonsentrasi, agar siswa memperoleh pengalaman langsung melalui meneliti dan mengamati sendiri pada pelajaran yang diikuti.
(h) Sosialisasi
Pembelajaran yang baik dari guru, harus mengajarkan siswa untuk bisa saling bekerja sama, tolong menolong dalam memecahkan suatu masalah, akan tetapi tidak saat ujian.
(39)
(i) Individualisasi
Dalam mengajarkan siswa perlu memperhatikan karakter dari masing-masing individu, agar dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan porsi dari siswa tersebut. (j) Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan dalam mengajar yang baik. Hal ini dilakukan agar siswa dapat lebih termotivasi untuk lebih baik lagi dalam pembelajaran selanjutnya.
Dalam membentuk metode mengajar yang baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengajar agar metode mengajar yang digunakan tepat sasaran dan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Slameto bahwa prinsip metode mengajar meliputi perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, evaluasi.
b) Interaksi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh interaksi yang ada dalam proses itu sendiri. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh interaksinya dengan gurunya.
Di dalam interaksi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran
(40)
yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, siswa segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
Menurut Slameto (2010: 100), hubungan siswa dengan guru akan terjalin dengan baik apabila guru memiliki ciri-ciri berikut: 1) dicari oleh siswa untuk memperoleh nasihat dan bantuan; 2) mencari kontak dengan siswa di luar kelas; 3) memimpin kegiatan kelompok; 4) memiliki minat dalam pelayanan sosial; 5) membuat kontak dengan orang tua siswa. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa seorang guru yang baik harus mempunyai hal-hal yang telah dijelaskan tersebut. Selain itu, materi yang diajarkan oleh guru akan cepat ditanggapi dan dipahami oleh siswa apabila interaksi guru dengan siswa baik. Hal ini dikarenakan apabila interaksi guru dengan siswa baik, maka akan timbul keakraban antara guru dengan siswa sehingga siswa lebih merasa nyaman dan dapat mengikuti mata pelajaran tersebut dengan baik. Sebaliknya, apabila sikap guru tidak baik atau menunjukkan interaksi yang buruk, maka guru akan tidak disenangi murid sehingga menghambat perkembangan anak dan
(41)
mengakibatkan siswa akan lambat dalam menerima mata pelajaran tersebut.
c) Media Pembelajaran
Dalam sebuah pembelajaran tentu banyak yang menggunakan media atau alat bantu pembelajaran. Menurut Sanaky (2013: 3), media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Rusman (2012: 160) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran.
Sekolah yang menggunakan media pembelajaran dengan tepat akan memudahkan siswa untuk belajar. Siswa akan nyaman dalam belajar ketika media atau fasilitas belajar tersedia. Akan tetapi apabila sekolah tidak melengkapi atau salah media tentu saja akan menghambat proses belajar siswa. Misalnya siswa akan mempelajari penggunaan globe, namun sekolah tidak menyediakan perlatan tersebut. Hal ini akan membuat ilmu yang akan diserap siswa kurang maksimal. Akan lebih baik apabila sekolah menyediakan peralatan yang cukup sehingga siswa akan menerima pembelajaran dengan jauh lebih baik.
Encyclopedia of Educational Reseach (dalam Azhar Arsyad, 2002: 25-26), merinci manfaat media pendidikan
(42)
sebagai berikut: 1) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme; 2) memperbesar perhatian siswa; 3) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap; 4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa; 5) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar hidup; 6) membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa; 7) memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Media pembelajaran diharuskan memiliki manfaat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Nana Sudjana (2013: 2) yang menyebutkan bahwa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
(43)
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
d) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat (Slameto, 2010: 69). Apabila siswa bertempat tinggal di lingkungan dengan keadaan baik dan tidak berpengaruh negatif, maka siswa akan lebih nyaman dalam mengikuti proses belajar. Sebaliknya, apabila siswa beradada di tempat tinggal yang lingkungannya membawa pengaruh yang buruk, seperti banyak terdapat masyarakat yang memiliki kebiasaan mabuk, judi, atau mencuri dan lain sebagainya, maka tentu saja akan berpengaruh buruk bagi siswa tersebut, sehingga siswa kehilangan semangat untuk belajar di sekolah. Akibatnya, prestasi belajar siswa tersebut juga buruk dan tidak ada peningkatan.
(44)
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar siswa dapat dilihat dari berbagai hal. Nini Subini (2012: 100-101) menyebutkan faktor lingkungan masyarakat yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1) Kegiatan anak dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Namun, jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2) Teman Bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurang pergaulan dengan mereka.
3) Bentuk kehidupan dalam masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, maka akan
(45)
berdampak buruk juga terhadap belajar siswa. Sebaliknya, apabila siswa berada di lingkungan dengan orang-orang terpelajar, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar di sekolah maupun di rumah.
Apabila ketiga hal tersebut dalam keadaan baik, akan membantu proses belajar siswa dengan baik juga, dan pada akhirnya prestasi siswa akan memuaskan. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut sangat penting untuk diketahui. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Nini Subini, yang menyatakan bahwa faktor lingkungan masyarakat yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain kegiatan anak dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat.
2. Karakteristik Pembelajaran IPS di SMP/MTs
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, georgrafi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial (Trianto, 2010: 171).
Sapriya (2011: 20) menjelaskan bahwa IPS adalah bahan kajian yang terpadu sebagai penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari
(46)
konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi. Pendapat lain disampaikan oleh Supardi (2011: 21) bahwa IPS merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. IPS mempelajari hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya.
Dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Trianto yang menyatakan IPS merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, geografi, politik, hukum dan budaya yang dikembangkan untuk pendidikan tingkat lanjut. IPS dirumuskan dari realitas dan fenomena sosial yang ada kemudian dikaji melalui integrasi dari ilmu-ilmu sosial. IPS akan memberikan wawasan bagi setiap individu dalam memahami setiap fenomena yang ada melalui berbagai disiplin ilmu.
IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain, rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Secara rinci Trianto (2010: 174-175) merumuskan beberapa karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs sebagai berikut:
a) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.
b) Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c) Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d) Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan kehidupan masyarakat dengan prinsip
(47)
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.
Mengacu pada pendapat Trianto bahwa IPS merupakan kajian ilmu yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang dikaji secara terintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperi sejarah, ekonomi, sosiologi, geografi, politik, hukum dan budaya. Pembelajaran IPS merupakan suatu proses interaksi antara guru, peserta didik dan sumber belajar untuk mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan IPS.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rian Prasetyo (2010) dengan judul “Analisis Hambatan Belajar Pada Mata Pelajaran Teknologi Mekanik Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Yogyakarta. Dari hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor hambatan belajar dari segi internal dengan prestasi belajar pada mata pelajaran Teknologi Mekanik pada kelas X jurusan teknik pemesinan di SMK N 3 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan r hitung sebesar 0,207 lebih besar darpada harga r tabel dengan taraf signifikan 5% dengan N= 104 adalah sebesar 0,192, sedangkan hubungan positif dengan faktor hambatan belajar dari segi eksternal dibuktikan dengan r hitung sebesar 0,236 lebih besar daripada r tabel dengan taraf signifikan 55 dan N=104 adalah sebesar 0,192. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rian Prasetyo
(48)
dengan penelitian ini adalah pada jenis penelitian, metode yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Rian Prasetyo terdapat pada variabel yang diukur. Penelitian Rian Prasetyo mendukung penelitian ini dalam mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Penelitian juga pernah dilakukan oleh Sofiana Fuada (2014) dengan judul “Faktor Kesulitan Belajar IPS di Kelas V Sekolah Dasar Se -Gugus V Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014.” Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa masih ditemukan adanya kesulitan belajar IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar Se-Gugus V Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif ini adalah penelitian populasi seluruh siswa Sekolah Dasar se-gugus V Kecamatan Depok dan sampel berjumlah 89 siswa dengan menggunakan teknik sample populasi. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket/kuesioner dengan instrumen penelitian berupa skala Likert, yaitu skala sangat sulit, sulit, sedikit sulit, tidak sulit. Instrumen diuji validitas dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif dihitung menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas V mengalami kesulitan belajar pada faktor internal yaitu: faktor perhatian mengalami sedikit kesulitan (43,26%), faktor minat (52,62%), kepribadian (49,16%) sedangkan
(49)
bakat mengalami kesulitan (58,01%). Faktor eksternal yaitu: faktor metode mengajar (51,78%) dan guru (52,43%) mengalami sedikit kesulitan, sedangkan bahan pelajaran (57,77%) dan cara belajar (61,80%) mengalami kesulitan. Persamaan dari penelitian ini adalah pada metode yang digunakan sehingga mendukung peneliti dalam memahami metode kuantitatif. Perbedaannya adalah pada indikator yang diukur dan teknik analisis data yang digunakan.
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting pada seseorang untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang baru dengan proses tertentu, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, yang berguna dalam hal memperoleh sesuatu yang belum diketahui maupun yang telah diketahui untuk pengembangan dirinya.
Dalam proses belajar terdapat kesulitan atau hambatan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Apabila faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan dengan seksama oleh guru, maka dalam proses belajar siswa akan mengalami kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, dapat dipastikan akan mendapatkan hasil belajar yang tidak memuaskan.
Proses belajar pada mata pelajaran IPS akan berjalan dengan baik apabila faktor-faktor yang menghambat dalam belajar dapat diperhatikan dan ditanggulangi dengan baik, agar siswa dapat belajar dengan baik dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang memuaskan. Terdapat
(50)
Faktor Internal: - Minat - Motivasi - Kesiapan
Faktor Eksternal: - Metode Mengajar - Interaksi Guru
dengan Siswa - Media
Pembelajaran - Faktor
Masyarakat Pembelajaran IPS
Kesulitan Belajar Siswa
PenyebabKesulitan Belajar Siswa
beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat, motivasi, dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal berupa metode mengajar, interaksi guru dengan siswa, media pembelajaran, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan dari beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak, maka kerangka pikir penelti dapat terbentuk, yakni untuk mengidentifikasi tentang faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS Siswa kelas VIII di SMP N 3 Sleman, baik yang secara internal maupun secara ekstenal.
(51)
D. Pertanyaan Penelitian
1. Apa saja faktor kesulitan belajar dari segi internal yang dihadapi siswa dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman?
2. Apa saja faktor kesulitan belajar dari segi eksternal yang dihadapi siswa dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman?
(52)
37
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu “penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam laporan penelitian.” (Suharsimi Arikunto, 2013: 3). Dalam penelitian ini tidak mengubah, menambah dan manipulasi apapun, melainkan hanya mengungkap memotret dari objek yang diteliti. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif karena penyajian data yang diberikan berupa angka-angka.
B. Variabel Penelitian
Sugiyono (2010: 60) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu kesulitan belajar siswa dari segi internal yang meliputi minat, motivasi, dan kesiapan, serta kesulitan belajar siswa dari segi eksternal yang meliputi metode mengajar, interaksi guru dengan siswa, media pembelajaran, serta faktor masyarakat.
(53)
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kesulitan belajar merupakan suatu gelaja yang nampak pada siswa yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang ditetapkan. Kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS meliputi:
1. Faktor Kesulitan Belajar Internal a. Minat
Minat adalah kegiatan seseorang dalam memperhatikan atau menginginkan sesuatu dengan diikuti rasa senang, dalam hal ini ada kecenderungan dari seseorang tersebut untuk ikut melakukan sesuatu yang diperhatikan. Adapun batasan dari variabel ini meliputi: 1) kekonsistenan perhatian siswa terhadap pelajaran; 2) rasa suka terhadap pelajaran; 3) keterikatan pada suatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
b. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar yang memberikan arah dan semangat dalam kegiatan belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun batasan dari variabel ini meliputi: 1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); 2) ulet menghadapi kesulitan; 3) menunjukkan minat
(54)
terhadap pembelajaran; 5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin; 6) senang memecahkan soal-soal.
c. Kesiapan
Kesiapan adalah keadaan dimana seseorang dalam keadaan siap secara fisiologis, mental, maupun emosional untuk dapat menghadapi sesuatu dengan caranya sendiri. Batasan dari variabel ini adalah sebagai berikut: 1) kesiapan fisik secara jasmani maupun rohani dalam menghadapi mata pelajaran; 2) kesiapan mental yang ditandai dengan rasa percaya diri siswa dalam mengikuti mata pelajaran; 3) kesiapan emosional yang dapat dikontrol dalam menghadapi kenyataan yang berbeda dengan harapan mencakup mata pelajaran yang diikuti; 4) pengetahuan siswa atau pemahaman mengenai materi pelajaran sebelumnya.
2. Faktor Kesulitan Belajar Eksternal a. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang dilakukan pendidik atau guru untuk menjelaskan materi pelajaran agar materi yang diajarkan dapat diterima oleh siswa. Adapun batasan dalam variabel ini adalah sebgaai berikut: 1) membangkitkan perhatian siswa; 2) menimbulkan aktivitas berpikir; 3) menghubungkan antar pelajaran; 4) menggunakan alat-alat peraga; 5) adanya pengulangan materi; 6) adanya evaluasi.
(55)
b. Interaksi Guru dengan Siswa
Interaksi guru dengan siswa adalah suatu proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa di dalam maupun luar kelas. Proses tersebut dipengaruhi oleh interaksi yang ada dalam proses itu sendiri. Batasan dari variabel ini antara lain: 1) guru memberi nasihat dan bantuan; 2) terdapat kontak dengan siswa; 3) guru dapat memimpin kegiatan kelompok.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan seperangkat alat yang dapat menyalurkan pesan dari guru agar siswa dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik. Adapun batasan dari variabel ini adalah 1) Menumbuhkan minat siswa; 2) memperjelas pelajaran; 3) membuat siswa belajar; 4) membuat siswa berkembang; 5) memberikan pengalaman.
d. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Batasan dari variabel ini adalah 1) kegiatan anak dalam masyarakat; 2) teman bergaul; 3) masyarakat yang mendukung. D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Sleman Yogyakarta. Penelitian dimulai dengan penyusunan proposal pada bulan Oktober 2015. Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016.
(56)
E. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010: 173) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Hal ini didukung oleh Sugiyono (2010: 117) yang mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sukandarrumidi (2004: 47) juga mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Sleman, Ngancar, Tridadi, Sleman, tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 193 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa ini lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah Siswa
1. VIII A 32
2. VIII B 32
3. VIII C 32
4. VIII D 32
5. VIII E 32
6. VIII F 33
Jumlah 193
(57)
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel harus mengikuti teknik tertentu yang disebut teknik sampling. Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Sugiyono, 2010: 217).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara propotional random sampling. Jumlah sampel ini merupakan total keseluruhan sampel yang diambil dari jumlah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Sleman. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan nomogram Harry King yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Nomogram Harry King untuk Menentukan Ukuran Sampel dari Populasi Sampai 2000
(58)
Berdasarkan nomogram tersebut didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 72) cara perhitungan jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:
a. Tarik garis lurus dari ukuran populasi sebesar 193 melewati tingkat kesalahan 5%, maka diperoleh titik persentase sampel berada sedikit di atas angka 60. Titik itu lebih kurang 58 atau kira-kira 58% (0,58). b. Kalikan 0,58 dengan jumlah populasi yaitu 193, kemudian dikalikan
dengan faktor pengalinya, yaitu 1, 195 (diperoleh dari taraf kepercayaan 95%), sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 133,7683 yang dibulatkan menjadi 133.
Setelah diketahui jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 133, selanjutnya dilakukan perhitungan sampel pada setiap kelasnya. Perhitungan sampel pada setiap kelasnya menggunakan propotional random sampling. Pada perhitungan sampel ini, dikehendaki dalam setiap kelas memiliki porsi yang seimbang untuk menjadi sampel. Berikut adalah perhitungan sampel menurut Sugiyono (2012: 73) untuk setiap kelasnya Kelas VIII A =
9 x =
Kelas VIII B =
9 x =
Kelas VIII C =
9 x =
Kelas VIII D =
9 x =
Kelas VIII E =
9 x =
Kelas VIII F =
(59)
Dari penghitungan jumlah sampel di atas, diketahui bahwa sampel dalam setiap kelas reguler sebanyak 22 siswa dan 23 siswa untuk kelas olahraga (KKO) apabila dijumlahkan akan berjumlah 133 siswa sesuai dengan perhitungan menggunakan monogram Harry King sebelumnya. F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner
Suharsimi Arikunto (2010: 194) menyatakan bahwa kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yan ia ketahui. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang telah disediakan pilihan jawaban atau disebut juga angket tertutup. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kesulitan belajar siswa dari segi internal dan eksternal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif. Oleh karena itu jawaban pada angket akan memperoleh skor. Penskoran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi menjadi empat pilihan jawaban untuk mengukur variabel minat, motivasi, kesiapan, metode mengajar, interaksi guru dengan siswa, media pembelajaran dan faktor masyarakat. Skor yang
(60)
diberikan pada setiap alternatif jawaban dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Skor alternatif jawaban angket kesulitan belajar internal Pernyataan Positif Pernyataan negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4
Tabel 3. Skor alternatif jawaban angket kesulitan belajar eksternal Pernyataan Positif Pernyataan negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1
Setuju 3 Setuju 2
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4
b. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2010: 201) menyatakan bahwa metode dokumentasi adalah mencari data berupa hal-hal atau variabel dari berbagai dokumen seperti catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, dan agenda. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi atau mengumpulkan data mengenai kesulitan belajar siswa kelas VIII SMP N 3 Sleman yaitu melalui nilai ulangan berupa nilai Ujian Akhir Semester Ganjil tahun ajaran 2015/2016. 2. Instrumen Penelitian
Menurut Sukardi (2012: 75) secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan
(61)
ketika peneliti sampai pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan. Instrumen ini merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data.
Peneliti membuat daftar pertanyaan atau pernyataan untuk memperoleh data mengenai kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam pembuatan pernyataan atau pertanyaan, perlu disusun “kisi -kisi”. Menurut pengertiannya, kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan kaitan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber yang akan diambil, metode yang digunakan, dan instrumen yang disusun (Suharsimi Arikunto, 2010: 206). Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data pada penelitian analisis kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP N 3 Sleman.
Tabel 4. Hubungan Sumber Data, Metode, dan Instrumen Penelitian No Variabel Penelitian Sumber Data Metode Instrumen 1
2
Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS
Prestasi Belajar
Siswa sebagai yang
mengalami Nilai UAS
Angket
Dokumentasi
Daftar Pertanyaan
-
Setelah kisi-kisi hubungan antar sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat
(62)
kisi-kisi khusus untuk sebuah instrumen. Kisi-kisi instrumen yang tentang analisis kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kesulitan Belajar Internal
No. Sub Variabel Indikator Nomor
1. Minat a. Kekonsistenan Perhatian b. Rasa suka
c. Keterikatan Terhadap aktivitas
1,2 3,4,5,6 7,8,9 2. Motivasi a. Tekun
b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat
d. Cepat bosan pada tugas rutin e. Senang memecahkan soal-soal
10,11 12,13 14,15 16 17 3. Kesiapan a. Siap jasmani dan rohani
b. Percaya diri
c. Bisa mengontrol emosi d. Paham pelajaran sebelumnya
18,19 20,21 22 23,24
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kesulitan Belajar Eskternal
No. Sub Variabel Indikator Nomor
1. Metode Mengajar a. Membangkitkan perhatian siswa b. Menimbulkan aktivitas berpikir c. Menghubungkan antar pelajaran d. Menggunakan alat-alat peraga e. Adanya pengulamgan materi
1,2 3,4 5 6, 7 2. Interaksi Guru
dengan Siswa
a. Memberi nasihat dan bantuan b. Ada kontak dengan siswa c. Memimpin kegiatan kelompok
8,9,10 11,12 13,14,15 3. Media
Pembelajaran
a. Menumbuhkan minat siswa b. Memperjelas pelajaran c. Membuat siswa belajar d. Membuat siswa berkembang e. Memberikan pengalaman
16,17 18,19,20 21,22 23 24,25 4. Faktor Masyarakat a. Kegiatan masyarakat
b. Teman bergaul
26,27,28 29,30
(63)
G. Uji Coba Instrumen
Dalam melakukan penelitian mengenai kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII di SMP N 3 Sleman, perlu dilakukan uji kelayakan instrumen yang akan digunakan untuk pengambilan data. Pengujian kelayakan pada instrumen tersebut, mencakup dua hal pokok yaitu validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan di kelas VIII D SMP N 2 Mlati dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa (lampiran 17 hal.125)
1. Validitas Instrumen
Untuk mengetahui tingkat kevalidan dilakukan validitas pada instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data. Validitas instrumen merupakan salah satu ciri yang menandai suatu instrumen dikatakan baik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson (Suharsimi Arikunto, 2013: 2013). Pengujian validitas instrumen akan dihitung menggunakan SPSS for Windows.
Kriteria untuk pengambilan keputusan dalam valid tidaknya instrumen langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment (Sugiyono, 2010: 455). Hal ini dilakukan dengan cara menarik garis dari taraf signifikan yang dikehendaki dipertemukan dengan n jumlah subjek maka diperoleh bahwa, untuk n=30, taraf kesalahan 5% maka harga r tabel= 0,361, sehingga syarat minimum untuk memenuhi syarat
(64)
validitas adalah apabila r hitung ≥ 0,361. Dengan demikian, jika nilai r hitung kurang dari 0,361 maka butir instrumen dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 subjek yang diolah dengan program SPSS 23.0 for windows menjelaskan bahwa dari keseluruhan butir pernyataan yang berjumlah 65 butir (30 butir kesulitan belajar internal dan 35 butir kesulitan belajar eksternal), diperoleh hasil 6 butir pernyataan tidak valid pada instrumen kesulitan belajar internal dan 5 butir pernyataan tidak valid pada instrumen kesulitan belajar eksternal. Butir instrumen yang tidak valid tersebut kemudian dibuang tanpa harus diganti karena kurang dari 0,361 dan tidak memenuhi syarat validitas. Kemudian semua butir yang valid diurutkan kembali. Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Internal
No. Butir Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan
P1 0,637 0,361 Valid
P2 0,382 0,361 Valid
P3 0,734 0,361 Valid
P4 0,558 0,361 Valid
P5 0,338 0,361 Tidak Valid
P6 0,337 0,361 Valid
P7 0,501 0,361 Valid
P8 0,549 0,361 Valid
P9 0,595 0,361 Valid
P10 0,453 0,361 Valid
P11 0,807 0,361 Valid
P12 0,468 0,361 Valid
P13 0,496 0,361 Valid
P14 0,432 0,361 Valid
P15 0,469 0,361 Valid
(65)
P17 0,351 0,361 Tidak Valid
P18 0,224 0,361 Tidak Valid
P19 0,722 0,361 Valid
P20 0,597 0,361 Valid
P21 0,394 0,361 Valid
P22 0,367 0,361 Valid
P23 0,217 0,361 Tidak Valid
P24 0,628 0,361 Valid
P25 0,549 0,361 Valid
P26 0,442 0,361 Valid
P27 0,161 0,361 Tidak Valid
P28 0,562 0,361 Valid
P29 0,285 0,361 Tidak Valid
P30 0,466 0,361 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2016
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Eksternal
No. Butir Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan
P1 0,674 0,361 Valid
P2 0,769 0,361 Valid
P3 0,432 0,361 Valid
P4 0,576 0,361 Valid
P5 0,508 0,361 Valid
P6 0,601 0,361 Valid
P7 0,339 0,361 Tidak Valid
P8 0,609 0,361 Valid
P9 0,241 0,361 Tidak Valid
P10 0,776 0,361 Valid
P11 0,725 0,361 Valid
P12 0,792 0,361 Valid
P13 0,667 0,361 Valid
P14 0,507 0,361 Valid
P15 0,600 0,361 Valid
P16 0,550 0,361 Valid
P17 0,639 0,361 Valid
P18 0,666 0,361 Valid
P19 0,368 0,361 Valid
P20 0,634 0,361 Valid
P21 0,751 0,361 Valid
P22 0,518 0,361 Valid
(66)
P24 0,629 0,361 Valid
P25 0,383 0,361 Valid
P26 0,703 0,361 Valid
P27 0,665 0,361 Valid
P28 0,502 0,361 Valid
P29 0,526 0,361 Valid
P30 0,415 0,361 Valid
P31 0,650 0,361 Valid
P32 0,569 0,361 Valid
P33 -0,028 0,361 Tidak Valid
P34 0,205 0,361 Tidak Valid
P35 0,035 0,361 Tidak Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2016 2. Uji Reliabilitas
Syarat pokok kedua instrumen pengumpulan data adalah reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010: 348). Artinya, kapan pun instrumen tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabitias dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena pemberian skor untuk instrumen kesulitan belajar siswa pada mata pelajatan IPS baik internal maupun ekternal adalah 1 sampai dengan 4. Penghitungan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 23.0 for Windows.
Nilai Alpha Cronbach akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (Suharsimi Arikunto, 2010: 276) sebagai berikut:
(67)
Tabel 9. Interpretasi Nilai r
Besarnya Nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai 0,600 Agak Rendah Antara 0,200 sampai 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai 0,200 Sangat Rendah
Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,600, jadi jika nilai Alpha Cronbach kurang dari 0,600 instrumen dikatakan tidak reliabel. Selanjutnya atas dasar uji validitas dan reliabilitas, maka butir yang dinyatakan valid dan reliabel ditetapkan sebagai alat pengambilan data penelitian.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh hasil uji reliabilitas untuk kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS dari segi internal dengan nilai Alpha Cronbach 0,739 dan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS dari segi ekternal dengan nilai Alpha Cronbach 0,935. Perinciannya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini: Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen
Instrumen Alpha Cronbach Keterangan Kesulitan Belajar Siswa Internal 0,739 Reliabel Kesulitan Belajar Siswa Eksternal 0,935 Reliabel Sumber: Data Primer yang diolah, 2016
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari persentase untuk faktor yang menjadi kesulitan belajar siswa baik dari segi internal maupun dari segi eksternal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
(68)
Sosial. Selain itu juga dicari korelasi antara faktor yang menjadi kesulitan belajar siswa baik dari segi internal maupun eksternal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
1. Menghitung Skor Faktor Kesulitan Belajar
Untuk menganalisis jumlah skor perolehan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, penelitian ini mengacu pada rumus yang dikemukakan oleh Eko Putro Widoyoko (2016: 110) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor Maksimal = jumlah responden × 4 Skor Terendah = jumlah responden × 1
Jumlah Skor = (n×1) + (n×2) + (n×3) + (n×4) Keterangan:
n = jumlah responden
Dalam perhitungan yang dimaksudkan, untuk mengetahui tentang skor kesulitan belajar siswa berdasarkan faktor penyebab yang melatarbelakanginya. Kategori skor/taraf kesulitan belajar dikelompokkan dengan ketentuan menurut Eko Putro Widoyoko (2016: 110) sebagai berikut:
Jarak Interval = S – a
a a a
2. Pengkategorian Skor Kesulitan Belajar Siswa
Berdasarkan jarak interval di atas dapat disusun kategori kesulitan belajar berdasarkan jumlah skor jawaban responden dengan mengacu pada Eko Putro Widoyoko (2016: 111) sebagai berikut:
(69)
Tabel 11. Pengkategorian Rata-rata Jumlah Skor Perolehan Tiap Item Pernyataan
Jumlah Skor Jawaban Kategori Skor Kesulitan Belajar
133 – 233 Sangat Tinggi
234 – 334 Tinggi
335 – 435 Rendah
436 – 536 Sangat Rendah
Tabel 12. Pengkategorian Rata-rata Skor Perolehan Kesulitan Belajar Internal
Jumlah Skor Jawaban Kategori Skor Kesulitan Belajar
45-56 Sangat Tinggi
57-68 Tinggi
69-80 Rendah
81-92 Sangat Rendah
Tabel 13. Pengkategorian Rata-rata Skor Perolehan Kesulitan Belajar Eksternal
Jumlah Skor Jawaban Kategori Skor Kesulitan Belajar
56-66 Sangat Tinggi
67-77 Tinggi
78-88 Rendah
89-99 Sangat Rendah
Tabel 14. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Minat
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 33 – 40
Rendah 25 – 32
Tinggi 17 – 24
Sangat Tinggi 9 – 16
Tabel 15. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Motivasi
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 29 – 35
Rendah 22 – 28
Tinggi 15 – 21
(70)
Tabel 16. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Kesiapan
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 25 – 30
Rendah 19 – 24
Tinggi 13 – 18
Sangat Tinggi 7 – 12
Tabel 17. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Metode Mengajar
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 25-30
Rendah 19-24
Tinggi 13-18
Sangat Tinggi 7-12
Tabel 18. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Interaksi Guru dengan Siswa
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 29-35
Rendah 22-28
Tinggi 15-21
Sangat Tinggi 8-14
Tabel 19. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Media Pembelajaran
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 37-45
Rendah 28-36
Tinggi 19-27
(71)
Tabel 20. Pengkategorian Jumlah Skor Kesulitan Belajar Segi Faktor Masyarakat
Kategori Rentang Skor
Sangat Rendah 20-24
Rendah 15-19
Tinggi 10-14
(72)
57 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kondisi Fisik
Lokasi tempat penelitian di SMP N 3 Sleman yang berada di Jl. Magelang Km. 10 Ngancar, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Kondisi fisik lokasi penelitian disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 21. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian
Kondisi Fisik Jumlah
Ruang belajar 18
Laboratorium IPA 2
Laboratorium Komputer 3
Perpustakaan 1
Ruang Audio Visual 1
Ruang Keterampilan 1
Ruang Kepala Sekolah 1
Ruang Tata Usaha 1
Mushola 1
Ruang Agama 1
Ruang Guru 1
Ruang BK 1
Ruang UKS 1
Ruang Repro 1
Gudang 1
(73)
2. Kondisi Nonfisik
Kondisi nonfisik lokasi penelitian meliputi jumlah siswa laki-laki, jumlah siswa perempuan, dan guru. Berikut kondisi nonfisik lokasi penelitian.
Tabel 22. Kondisi Nonfisik Lokasi Penelitian
Kondisi Nonfisik Jumlah
Siswa laki-laki 263
Siswa Perempuan 312
Guru 45
B. Karakteristik Siswa SMP N 3 Sleman
Pengambilan data pada penelitian mengenai analisis kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS diambil dari keseluruhan siswa kelas VIII di SMP N 3 Sleman. Jumlah keseluruhan siswa adalah 133 siswa dengan rincian 64 siswa laki-laki dan 69 siswa perempuan yang tersebar dari kelas A hingga kelas F. Mayoritas siswa laki-laki terdapat di kelas F yang merupakan kelas KKO atau kelas olahraga.
C. Deskripsi Data
Pengambilan data pada penelitian mengenai analisis kesulitan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VIII di SMP N 3 Sleman, memperoleh data berupa skor. Data tersebut diperoleh dari menjumlah jawaban setiap individu untuk seluruh item yang ada, dengan mempertimbangkan skor masing-masing item dalam angket mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi kesulitan belajar siswa pada mata
(74)
pelajaran IPS dan dokumentasi yang dilakukan pada nilai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran tersebut.
1. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Internal
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian analisis kesulitan belajar dari segi internal (x ), diperoleh data sebagai berikut:
Skor tertinggi yang diperoleh siswa yaitu sebesar 87, skor terendah 40, mean atau rata-rata sebesar 68,69 dan rata-rata tiap item pernyataan sebesar 381, median sebesar 67, modus 70, dan standar deviasi sebesar 9,627. Rata-rata tersebut diperoleh dari jumlah seluruh skor perolehan siswa pada kuesioner kesulitan belajar internal dibagi dengan jumlah siswa. Berdasarkan rata-rata tersebut, kesulitan belajar siswa dikategorikan rendah dilihat dari segi internal.
Berikut disajikan hasil analisis tiap sub variabel dari faktor internal yang terdiri dari minat, motivasi dan kesiapan.
a. Kesulitan Belajar Siswa Faktor Minat
Keadaan kesulitan belajar faktor internal dilihat dari segi minat, diperoleh rata-rata skor sebesar 380. Hasil analisis butir item kesulitan belajar siswa faktor minat dapat dilihat pada Tabel 23.
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran 17. Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Internal
Item-Total StatisticsScale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
data1 138,97 472,102 ,637 ,731
data2 139,57 481,978 ,382 ,737
data3 139,20 462,097 ,734 ,725
data4 139,20 472,993 ,558 ,731
data5 139,77 470,116 ,388 ,731
data6 138,27 477,651 ,337 ,734
data7 139,70 471,045 ,501 ,731
data8 139,77 472,323 ,549 ,731
data9 140,10 470,645 ,595 ,730
data10 139,27 473,444 ,453 ,732
data11 138,97 460,654 ,807 ,724
data12 139,17 472,833 ,468 ,732
data13 139,27 472,202 ,496 ,731
data14 138,77 471,495 ,432 ,731
data15 139,73 467,168 ,469 ,729
data16 139,57 471,495 ,581 ,731
data17 139,90 473,334 ,351 ,733
data18 139,47 477,292 ,224 ,735
data19 139,83 459,385 ,722 ,723
data20 139,83 468,626 ,597 ,729
data21 138,40 470,869 ,394 ,731
data22 139,50 473,914 ,367 ,733
data23 139,90 481,472 ,217 ,737
data24 138,90 466,921 ,628 ,728
data25 139,30 472,148 ,549 ,731
data26 138,63 469,344 ,442 ,730
data27 138,50 478,672 ,161 ,737
data28 139,43 467,771 ,562 ,729
data29 139,13 477,568 ,285 ,735
data30 139,17 468,213 ,466 ,729
(5)
Lampiran 17. Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas Instrumen Kesulitan Belajar Eksternal
Item-Total StatisticsScale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
DATA1 83,67 205,540 ,674 ,932
DATA2 83,70 200,769 ,769 ,931
DATA3 83,37 210,240 ,432 ,934
DATA4 83,50 204,397 ,576 ,933
DATA5 83,30 205,045 ,508 ,933
DATA6 83,73 200,478 ,601 ,932
DATA7 83,37 208,171 ,339 ,935
DATA8 83,73 200,271 ,609 ,932
DATA9 82,80 210,234 ,241 ,936
DATA10 83,40 201,352 ,776 ,931
DATA11 83,33 200,368 ,725 ,931
DATA12 83,27 199,168 ,792 ,930
DATA13 83,73 201,237 ,667 ,932
DATA14 83,87 204,464 ,507 ,933
DATA15 83,10 208,231 ,600 ,933
DATA16 83,00 207,862 ,550 ,933
DATA17 83,43 203,013 ,639 ,932
DATA18 83,50 199,224 ,666 ,932
DATA19 83,63 209,620 ,368 ,934
DATA20 83,67 204,092 ,634 ,932
DATA21 83,60 198,455 ,751 ,931
DATA22 83,23 205,771 ,518 ,933
DATA23 83,37 205,757 ,443 ,934
DATA24 83,50 200,879 ,629 ,932
DATA25 83,40 210,938 ,383 ,934
DATA26 83,50 203,983 ,703 ,932
DATA27 83,57 204,944 ,665 ,932
DATA28 83,53 205,982 ,502 ,933
DATA29 83,47 204,602 ,526 ,933
(6)
Lampiran 17. Uji Validitas Instrumen
DATA31 83,47 196,809 ,650 ,932
DATA32 83,87 203,844 ,569 ,933
DATA33 82,97 216,861 -,028 ,939
DATA34 83,50 212,741 ,205 ,936