Memberikan Pendapat dengan Cara yang Santun

54 menjawab pertanyaan dari peneliti. Siswa tersebut adalah Dit. Dit menjawab bahwa ia memiliki kebebasan ketika ia bermain Play Station PS dengan gayanya yang khas, yang terkadang sambil bercanda dan jawabannya ngawur. Dit adalah salah seorang siswa yang cukup aktif namun sering bercanda dalam menjawab pertanyaan atau memberikan pendapatnya. Saat peneliti memberikan sebuah pertanyaan tentang hal apakah yang membuat para siswa membuat merasa senang dan dengan tiba- tiba Dit menjawab “ketika masuk surga”. Secara spontan seluruh isi kelas tertawa mendengar jawaban dari Dit. Jawaban Dit bisa digambarkan sebagai jawaban yang mengandung daya khayal. Walaupun jawaban Dit terkadang masih belum pas, namun keberaniannya untuk berbicara secara spontan di depan teman-teman yang lain patut untuk dihargai. Kemudian siswa lain yang menunjukkan sikap pada indikator kedua ini adalah Cit. Cit nampak memberikan jawabannya secara spontan dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sudah beberapa kali Cit menyampaikan pendapatnya secara spontan meskipun terkadang justru memotong pembicaraan orang lain. Pada siklus 2, peneliti menemukan adanya perubahan yang terjadi. Siswa lain ada yang terlihat berani berbicara secara spontan sesuai pengamatan peneliti yaitu seperti Cri, Ton, Dil, Ver, Naa, Sal, dan Sel. Saat melakukan diskusi di kelompok kecil untuk mengerjakan LKS, Sal, Dil, dan Hes mengeluarkan pendapat mereka. Ketika mereka menyampaikan pendapatnya dalam kelompok kecil, nampak bahwa teman lain dalam kelompok kecil tersebut mendengarkannya. Jika semua siswa sudah berani untuk berbicara secara spontan, itu berarti para siswa sudah menggunakan kebebasannya untuk menentukan dirinya sendiri. Peneliti menyimpulkan bahwa ada perubahan yang terjadi, yaitu siswa berani berbicara secara spontan di depan orang lain.

4.3.3 Memberikan Pendapat dengan Cara yang Santun

Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Suseno, peneliti kembali menginterpretasikan poin pertama tentang kebebasan menurut dirinya sendiri. Memberikan pendapat dengan cara yang santun menurut peneliti adalah hal yang baik. Hal tersebut berkaitan dengan mau tidaknya siswa menggunakan kesopan 55 santunannya ketika akan menjawab misalnya mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum menjawab, ketika berbicara baik dengan orang yang lebih tua atau dengan temannya menggunakan bahasa yang santun. Namun ketika peneliti melakukan penelitian di kelas V SDN Pakem 4 ini, peneliti menjumpai siswa yang memberikan pendapatnya dengan cara yang tidak santun. Siswa tersebut adalah Cit dan Sel. Ketika peneliti sedang memberikan instruksi, Cit dan Sel secara tiba-tiba memotong pembicaraan. Hal ini membuat keprihatinan tersendiri di hati peneliti karena siswa berani memotong pembicaraan orang lain dan orang tersebut lebih tua darinya. Hal lain yang ditemukan oleh peneliti di dalam kegiatan siklus 1 adalah penggunaan bahasa yang dipakai siswa yaitu bahasa Jawa ngoko. Kesantunan bahasa yang dipakai oleh para siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari peneliti terkadang kurang mereka perhatikan. Ada siswa yang berbicara dengan tidak sopan kepada peneliti. Siswa yang masih sering menggunakan bahasa yang kurang baik seperti bahasa Jawa ngoko adalah Cit, Sel, Ton, Erk, Dit. Ketika peneliti bertanya pada siswa secara klasikal tentang apa yang dimaksud dengan kebebasan, siswa menjawab “lah opo?”, “opo yo?”, siswa tidak menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban yang benar tetapi justru membalikkan pertanyaan dan menggunakan bahasa yang tidak santun. Sebaiknya sikap yang tidak santun ini tidak ditunjukkan siswa kepada orang lain karena bisa dianggap bahwa siswa tersebut tidak sopan. Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa hal yang terkait dengan kesantunan siswa. Misalnya saja Dit, ketika Dit ingin menjawab pertanyaan dari peneliti dan menuliskannya di depan kelas, Dit mengangkat tangannya terlebih dahulu. Setelah Dit dipersilahkan untuk menjawab dan maju oleh peneliti, barulah Dit maju dan menuliskan jawabannya di papan tulis. Sikap yang ditunjukkan Dit ini adalah sikap yang sopan karena mengangkat tangan terlebih dahulu setelah dipersilakan baru berbicara. Beberapa siswa lain sudah menunjukkan kesantunannya dalam bertanya ataupun menjawab pertanyaan dengan mengangkat tangannya sebelum menjawab seperti Cit, Sel, Naa, Sal, Cri, Ver, Dil, Hes, Erk, Vin, Teg. Tapi dengan tanpa 56 sadar, beberapa siswa lain ketika menjawab atau bertanya kepada guru tidak mengangkat tangannya terlebih dahulu. Peneliti menyimpulkan bahwa dari data yang sudah dianalisis peneliti pada indikator ketiha ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan pendapatnya dengan cara yang santun walaupun masih ada beberapa siswa yang sulit menggunakan kesopan santunannya seperti dalam hal bertutur kata.

4.3.4 Memperingatkan Orang Lain ketika Melakukan Tindakan yang Merugikan Sesama