Sikap Hormat Konsep-konsep Dasar

6

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Pada bab 2 akan dibahas tentang teori yang mendasari penelitian ini yaitu landasan teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti memaparkan beberapa teori mengacu pada pustaka yang sudah peneliti baca.

2.1 Landasan Teori

Landasan teori pada bab ini memuat tentang konsep-konsep dasar dan teori- teori yang digunakan dalam penelitian.

2.1.1 Konsep-konsep Dasar

Konsep-konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi prestasi belajar, sikap hormat, kebebasan berpendapat, modul Living Values, dan Pendidikan Kewarganegaraan PKn.

2.1.1.1 Sikap Hormat

Rasa hormat artinya menghargai seseorang atau sesuatu dengan cara menunjukkan sikap baik, sopan, dan santun. Perlakuan seseorang terhadap orang lain bisa menunjukkan bahwa orang itu menganggap mereka istimewa atau menghargai mereka Borba, 2008: 141. Sikap hormat berarti mau menghargai seseorang atau sesuatu dengan baik. Sikap hormat menjadi salah satu hal penting dalam kecerdasan moral seorang anak. Namun krisis yang terjadi saat ini adalah semakin menurunnya sikap hormat anak pada orang atau sesuatu yang ada di sekitar mereka. Ada enam hal yang menjadi masalah dalam perkembangan sikap hormat seorang anak Borba, 2008:142-149. Yang pertama adalah ketiadaan penghargaan terhadap anak. Tumbuhnya rasa hormat didasarkan pada pemikiran bahwa agar anak bisa menghargai orang lain, ia harus belajar menghargai dirinya sendiri, dan ini bisa terjadi jika ia dihargai. Sikap merendahkan anak akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghargai orang lain. 7 Hal yang kedua adalah kemunduran adap dan sopan santun. Adab dan sopan santun merupakan bentuk rasa hormat tradisional yang akhir-akhir ini mulai luntur. Anak-anak mulai kehilangan sikap sopan mereka ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hal yang lebih mencemaskan adalah bukan hanya anak-anak yang tidak beradab namun juga orang tua, sehingga apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru oleh anak. Ketiga adalah adanya kekhawatiran dan kecurigaan. Kekhawatiran terbesar yang dihadapi orang tua adalah tentang keamanan anak-anak. Orang tua mengajari anak-anaknya agar berhati-hati terhadap orang lain. Orang tua mengajarkan pada anaknya untuk mengatakan bahwa ketika orang tuanya tidak di rumah, anak diminta selalu mengunci pintu rumah, anak tidak diperkenankan untuk memberikan informasi pribadi dan tidak berbicara dengan orang asing. Kemudian anak menjadi sulit belajar untuk memberikan penghargaan yang positif kepada orang lain karena mereka tidak belajar untuk memiliki kepercayaan pada orang lain tersebut. Hal keempat adalah kekurangan panutan yang baik. Anak belajar dari apa yang dicontohkan oleh lingkungan mereka. Saat ini banyak persoalan yang terjadi akibat berkurangnya sosok yang dewasa, yang dapat dijadikan panutan. Banyak aktor, artis atau penyanyi yang menjadi tokoh idola anak-anak. Namun kadang- kadang mereka juga memberi contoh yang buruk, sehingga mereka benar-benar mempengaruhi anak-anak dalam bersikap. Hal yang kelima adalah kebanyakan kata-kata tidak senonoh. Menghargai orang lain dapat ditunjukkan melalui kata –kata yang baik. Thomas Lickona Borba, 20 08:147 mengungkapkan bahwa “bahasa adalah indeks peradaban; perubahan dalam bahasa secara sosial sangat signifikan”. Jadi merosotnya moralitas anak dan krisis tidak adanya rasa hormat ditandai oleh penggunaan bahasa mereka yang tidak sopan jika berbicara dengan orang lain. Hal keenam adalah kekasaran, ketidaksopanan, dan ketidaksenonohan yang ditonjolkan media. Media televisi atau internet menjadi salah satu media yang memberikan banyak informasi. Namun terkadang informasi yang disajikan terlalu vulgar bagi anak, sehingga anak hanya menyerap apa yang ia dapatkan dari televisi kemudian diterapkan dalam kehidupannya. Acara –acara televisi saat ini 8 banyak memperlihatkan kata –kata yang tidak senonoh atau kata–kata sinis. Hal tersebut mudah sekali ditiru oleh anak, karena anak menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang sedang tren. Ada tiga langkah yang dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap hormat pada seorang anak Borba, 2008:153. Langkah pertama menjelaskan pentingnya cara memperbaiki sikap, langkah kedua membantu anak untuk menyadari konsekuensi perilaku yang tidak sopan dan menentang kekerasan, langkah ketiga yakni membantu anak menyesuaikan tata karma agar dapat menghargai dan juga dapat dihargai oleh orang lain. Willner dalam Suseno 1985 menjelaskan bahwa setiap orang dalam berbicara dan membawa diri hendaknya menunjukkan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Menurut Geertz 1985, prinsip hormat teratur secara hierarkis yang bernilai pada diri sendiri dan setiap orang wajib untuk membawa diri dan mempertahankannya. Pandangan Geertz bertujuan untuk menjaga masyarakat agar selalu berada di dalam kesatuan yang selaras.

2.1.1.2 Kebebasan