Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengembangkan prototype buku cerita tentang terumbu karang untuk menyadarkan anak-anak tentang
pentingnya memelihara terumbu karang di kepulauan Mentawai serta membantu persepsi siswa anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar.
2.1.4.2 Ciri Sosiologis Anak Usia 9-12 Tahun
Erikson Nuryanti, 2008: 25 menyatakan delapan tahap perkembangnan Psikologi Sosial Anak yang dimana pada usia sekolah dasar anak pada tahap empat
yaitu Industry vs Inferiority tekun versus rasa rendah diri. Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak melaui usia sekitar 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak-anak
mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti: a berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan tertentu, b berkembang dari pola bermain yang
bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerjasama kelompok, dan c menguasai materi pelajaran sosial, membaca, dan matematika.
Berdasarkan pendapat dan penejelasan tersebut, peneliti mengembangkan sebuah prototype buku cerita untuk anak supaya dapat memahami pelajaran sosial dan
membaca. Prototype buku tersebut dapat dibaca bersama-sama atau secara pribadi yang kemudian diceritakan kepada sesama temannya, dengan begitu buku tersebut
dapat menjadi sarana untuk melatih keterampilan berhubungan dengan teman. Selain itu, buku tersebut dapat membantu anak mengasah keterampilan membaca yang
sekaligus melatih anak mengembangkan imajinasinya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungnnya.
Kesempatan inilah yang menginspirasi peneliti membuatkan sebuah buku cerita yang memberikan dorongan bagi anak Mentawai, mengarahkan rasa percaya dan rasa
aman serta inisiatif yang tinggi untuk melindungi kekayaan alamnya seperti terumbu karang.
Anak usia sekolah dasar masih sangat mudah dibentuk pola pikir dan karakter akan cinta terhadap lingkungan. Seperti yang dinyatakan oleh Piaget dan Kohlberg
Gunarsa dan Yulia, 2008: 69 bahwa anak usia 6-12 tahun mengalami tahap perkembangan moral secara teratur mulai dari kosep „tingkahlaku baik‟ sebagai suatu
tindakan yang khusus seperti „patuh pada ibu‟ dilanjutkan tahap konsep selajutnya „mencuri adalah salah‟ sampai dengan kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan.
Pada masa ini, pada anak juga terdapat dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Buku cerita yang dalam hal ini sebagai media untuk menyadarkan anak merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk empowering. Buku cerita
bisa digunakan di dalam kelas atau di luar kelas. Peran media yang efektif inilah memungkinkan anak bisa mengembangkan imajinasinya tidak hanya di dalam kelas
tetapi juga di luar kelas.
2.1.5 Peran Media Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan Empowering