Pendidikan Empowering Pendidikan sebagai Sarana Empowering

1985 dalam Alikodra, 2012: 219 yang berakar pada persepsi realitas yang melampaui kerangka ilmiah hingga mencapai suatu kesadaran intuitif tentang kesatuan semua kehidupan. Pengertian ini sebagai modus kesadaran di mana individu merasa terkait dengan kosmos secara keseluruhan bukan hanya ekosistem terumbu karang. Maka menjadi jelaslah bahwa kesadaran ekologis itu juga menjadi benar-benar bersifat spiritual. Gagasan manusia individual yang terkait dengan kosmos terungkap dalam akar agama Saputra, 2006 dalam Alikodra 2012: 219. Untuk itu sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga keseimbangan alam, agar tercipta sebuah keharmonisan hidup dalam setiap aspek kehidupan yang akan kita jalani. Belum ada kata terlambat untuk menyelamatkan terumbu karang. Kerusakan dapat dihindari jika ada pendidikan cinta lingkungan yang diberikan kepada masyarakat Sikabaluan, dengan begitu masyarakat disadarkan akan tanggungjawabnya untuk memelihara lingkungan. Kegiatan yang membuat masyarakat menjadi tahu akan pentingnya menjaga lingkungan dan sadar akan tanggungjawabnya untuk menjaganya inilah yang disebut empowering.

2.1.3 Pendidikan sebagai Sarana Empowering

2.1.3.1 Pendidikan Empowering

Kata empowerment dan empower diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pemberdayaan dan memberdayakan, menurut Merriam Webster dan Oxfort English Dictionery dalam Prijono dan Pranarka 1996:3 mengandung dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Pendidikan menurut Rechey Noor Syam, 2003: 3-4 dalam bukunya, Planing for Teaching, an Introduction, menjelaskan bahwa pendidikan adalah: “The term education refers to the broad function of preserving the life of the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essensial social activity by which cummunities continue to exist. In complex communities, this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with which the formal process in related”. Richey dalam bukunya „Planning for teaching, an Introduction to Education‟ menjelaskan istila h „pendidikan‟ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru generasi baru bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kegiatan secara sadar dan disengaja, penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan Soedijarto, 2008: 260. Kedewasaan yang dimaksud disini ialah aspek pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut haruslah terpenuhi di dalam diri siswa guna bekal hidup layak di tengah masyarakat. Akan tetapi kesemuanya harus dipulangkan kepada satu karakteristik, yaitu keterlibatan intelektual emosional siswa-siswa dalam pembelajaran yang bersangkutan: asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan; perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya feed-back dalam pembentukan keterampilan motorik maupun kognitif dan sosial; dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai Isjoni dkk,2012:50. Hakikat pendidikan itu sendiri adalah untuk mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya. Untuk itu pendidikan juga harus didesain sedemikian rupa agar peserta didik mampu memaknai setiap pembelajaran dengan baik. Pendidikan empowering munurut Sastrapratedja 2013: 14 pemberdayaan atau empowerment dapat diartikan sebagai kekuatan atau keberdayaan. Dalam istilah powerment, power diartikan sebagai 1 daya untuk berbuat power to, 2 kekuatan bersama power-with, dan 3 kekuatan dari dalam power-within. Power-to adalah kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Hal ini merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan empowering menurut jurnal yang berjudul “Does Education Empower Women? Evidence from Indonesia” adalah: “Education may increase women’s bargaining power within their households because it endows them with knowledge, skills, and resources to make life choices that improve their welfare Duflo, 2012; Lundberg Pollak, 1993. Estimation of the effects of education on empowerment, however, is difficult because women’s preferences, family background, and community characteristics that affect both education and empowerment may be unobserved”. Perkiraan efek pendidikan pemberdayaan sulit karena preferensi perempuan, latar belakang karakteristik keluarga, dan masyarakat yang mempengaruhi baik pendidikan dan pemberdayaan mungkin tidak teramati Duflo dalam Sari, 2014: 34. Jika karakteristik teramati berkorelasi dengan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, perkiraan paling biasa persegi efek pendidikan akan menjadi biasa. Kesimpulan dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian pendidikan tersebut dalam paradigma pendidikan sebagai humanisasi yang ditulis oleh Sastrapratedja bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membantu membangun power-with, kekuatan bersama, yaitu agar peserta didik membangun solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dapat dikatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan suatu caring society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pendidikan bertujuan membangun power-within, yaitu kekuatan spritual yang ada dalam diri peserta didik. Power-within inilah yang membuat manusia lebih manusiawi karena disitu dibangun harga diri manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai yang mengalir dalam martabat itu.

2.1.3.2 Empowering dalam Pembelajaran