Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, 5 spesifikasi produk yang diharapkan, dan 6 definisi operasional.

1.1. Latar Belakang Masalah

Sikabaluan merupakan salah satu pusat kecamatan di Pulau Siberut yang disebut dengan Kecamat Siberut Utara. Warga Sikabaluan bermukim tidak jauh dari tepi pantai, sehingga banyak warga menggantungkan hidup mereka sebagai nelayan. Sikabaluan yang juga bagian dari Pulau Siberut memiliki sebaran terumbu karang yang indah dengan berbagai ukuran. Keberadaan terumbu karang menjadi faktor melimpahnya jenis biota laut yang hidup disekitar terumbu karang tersebut. Kondisi seperti ini, dengan banyaknya terumbu karang yang hidup memenuhi hampir seluruh bibir pantai memungkin para nelayan tidak kesulitan dalam mencari ikan. Banyak jenis ikan karang dengan berbagai bentuk dan ukuran bisa dilihat dan diambil sebagai sumber protein bagi masyarakat Sikabaluan. Selain itu, keadaan ekosistem terumbu karang dengan kehidupan di dalamnya menyajikan pemandangan yang indah yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata bawah laut. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai warga masyarakat di Pulau Siberut, peneliti melihat bahwa masyarakat di sana kurang menyadari arti pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Ada banyak terumbu karang sekarang ini dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi karena ulah masyarakat yang mencari ikan dengan melakukan pengeboman ikan, sehingga terumbu karang mengalami kerusakan dan beberapa biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang menjadi mati. Selain itu, beberapa masyarakat cenderung melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan bisnis sebagai bahan bangunan, akibatnya terumbu karang tidak dapat optimal untuk menjadi peredam gelombang yang besar. Gelombang besar dengan mudah langsung menerjang ke arah daratan, sehingga garis pantai mengalami abrasi atau pergeseran ke arah darat. Menurut Supriyono 2010: 4-7, terumbu karang sebagai salah satu kekayaan hayati laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar pantai, seperti: melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan menyediakan makanan bagi biota laut ikan, kepiting, gurita, dll, sumber obat-obatan, sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian. Berdasarkan gagasan tersebut, peneliti mencari data-data awal tentang pemahaman anak usia 9-12 tahun dan guru di SDK St.Fransiskus Sikabaluan, yang terdapat di Pulau Siberut. Data-data yang peneliti gali melalui kuesioner adalah tentang: 1 manfaat terumbu karang bagi masyarakat, 2 bahaya jika merusak terumbu karang, 3 upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi terumbu karang, 4 sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan empowering masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 22 anak kelas IV-V SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015, didapatkan data: 18.18 anak mengetahui bahwa terumbu karang diambil untuk dijual, 86.36 anak melihat ada terumbu karang yang mengalami kerusakan di laut, 86.36 anak mengetahui terumbu karang rusak karena ada kebiasaan masyarakat yang mengambilnya untuk dijadikan bahan bangunan, 95.45 anak mengatakan bahwa terumbu karang memiliki manfaat melindungi pantai dari hempasan ombak dan juga tempat tinggal bagi biota laut, 100 anak menjawab bahwa mereka memerlukan buku tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Hasil kuesioner yang dibagikan kepada 14 guru di SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015 adalah: 71.43 guru mengetahui terumbu karang bisa dijadikan sumber ekonomis, 85.71 guru melihat kondisi terumbu karang di Sikabaluan mengalami kerusakan, 85.71 guru mengetahui ada kebiasaan masyarakat yang mengeksploitasi terumbu karang secara liar untuk bahan bangunan, 92.86 guru menjawab tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara memelihara terumbu karang, dan 100 guru memerlukan buku tentang pentingnya memelihara terumbu karang. Data-data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dalam menyusun sebuah prototype buku cerita tentang terumbu karang di Ment awai berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil”. Tokoh utamanya adalah seekor gurita kecil yang diberi nama Aat. Selain mudah diingat dan lucu, nama Aat juga sangat terkenal di tengah masyarakat. Aat adalah nama seorang pemuda yang sangat dekat dengan banyak orang. Meski sudah dewasa, kondisi fisik tidak menggambarkan dia seperti itu melainkan dia terlihat seperti anak yang kira-kira baru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berusia lima belas tahun. Aat bekerja sebagai tukang angkat mesin boat. Senyum dan cara berbicaranya yang sedikit gagap membuatnya disenangi oleh banyak orang. Dengan alasan itulah, peneliti menggunakan nama Aat sebagai nama tokoh utama dalam cerita. Keberadaan nama Aat yang akrab di tengah masyarakat dan juga mudah diingat oleh anak-anak, akan membuat anak-anak semakin tertarik untuk membaca buku cerita tersebut. Maka dari itu, buku tersebut tidak hanya membuat anak tertarik untuk membaca karena Aat sebagai tokoh utama, tetapi lebih dari itu dapat dijadikan sebagai panduan supaya anak-anak di Sikabaluan sedini mungkin menyadari pentingnya mengkonservasi terumbu karang empowering. Konsep empowering ini peneliti maksudkan untuk merealisasikan ide dari Sastrapratedja 2013:14 tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberdayakan atau membantu orang agar dapat mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, dan berefleksi atas tindakannya. Dalam konteks ini, tanggung jawab yang hendak ditanamkan pada anak-anak di Sikabaluan adalah tentang pentingnya merawat terumbu karang. Oleh sebab itu penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototype Buku Cerita Tentang Terumbu Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai untuk Anak 9-12 Tahun ”.

1.2 Rumusan Masalah