Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai

ilmu dan teknologi semakin pesat, namun sebagian besar masyarakat Mentawai belum bisa mengelola hasil alam dengan baik dan bijaksana karena keterbatasan pengetahuan dan banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. Secara umum, masyarakat Sikabaluan hidup dengan hasil nelayan, bercocok tanam, buruh, kulih bangunan dan beberapa berprofesi PNS.

2.1.1.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Mentawai

Ditinjau dari segi pendidikan, masyarakat Mentawai masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan belum ada dikarenakan pengaruh budaya lokal yang masih sangat kental dengan kondisi alam yang sangat menguntungkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Darmanto 2009: 145 bahwa makananan pokok orang Mentawai telah disediakan oleh sagu Metroxylon sago dan keladi Colocasia esculenta. Sagu dan tunas keladi tumbuh dengan pesat di rawa-rawa berair yang dibudidayakan setegah liar atau tanpa memerlukan perawatan secara intensif dari penduduk. Mata pencaharian utama mereka adalah meramu sagu, berburu dan nelayan. Setiap anak laki-laki sejak kecil sudah diajarkan untuk berburu sehingga kelak ketika sudah dewasa setiap anak laki- laki tersebut mengetahui cara berburu yang baik. Dengan latar belakang budaya seperti ini, pendidikan bukan hal yang menjadi prioritas. Hal ini juga dipertegas oleh Darmanto 2009: 145 bahwa kehidupan orang Mentawai yang bergantung dengan kekayaan alam, terbukti bahwa masyarakat Mentawai hanya bekerja dalam kurun waktu selama 21 hari untuk mencari kebutuhan makanan selama 1 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hal inilah yang melatar belakangi rendahnya kesadaran orang Mentawai terhadap pendidikan. Pandangan orang Mentawai terhadap pendidikan sering disamaartikan dengan mempermudah untuk mencukupi kebutuhan ketika sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan. Sehingga pandangan ini terus menerus dipegang hingga sekarang karena untuk sekedar kebutuhan makanan tidak perlu susah payah bahkan sampai harus sekolah. Di beberapa kampung ada beberapa orangtua yang sampai saat ini masih buta huruf. Jika disimpulkan bahwa para orangtua yang hidup di desa-desa pada umumnya hanya sekolah dari kelas I-V SD atau paling tinggi tamat SD. Tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka tidak berkompeten dalam mengelola kekayaan hayati yang ada di kepulauan Mentawai. Buktinya adalah mereka yang menjadi petani hanya sekedar mengetahui menanam dan memanen, yang menjadi nelayan hanya tahu memancing, membom tanpa mengetahui akibat dari tindakannya, dan sebagian dari pedagang mengeksploitasi terumbu karang dengan menjualnya sebagai bahan bangunan dan hiasan. Upaya untuk memajukan pendidikan pun terus dilakukan, namun tidak sedikit juga persoalan yang muncul dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, yang ditandai dengan kurangnya jumlah tenaga guru. Di beberapa sekolah masih terdapat tenaga guru tamatan SMA yang dengan secara suka rela mengabdikan diri sebagai honorer demi pendidikan anak-anak bangsa yang ada di Mentawai. Kedua, kurangnya tenaga guru yang berkualitas dan memiliki komitmen untuk mengajar. Banyaknya guru PNS yang sering mangkir ke kabupaten atau kota dengan alasan untuk menyelesaikan urusan administrasi, seolah-olah lebih penting memenuhi urusan administrasi ketimbang anak-anak yang sangat membutuhkan pelajaran. Ketiga, buruknya fasislitas yang dimiliki sekolah. Hal ini ditandai dari sarana dan prasarana, mulai dari kurangnya ruang kelas, kekurangan mobiler, alat peraga pembelajaran, buku-buku sumber belajar yang memadai. Keempat, tingginya angka putus sekolah. Seperti diketahui, banyaknya anak-anak Mentawai yang belum mengenal pendidikan dan anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi. Masalah-masalah tersebut menunjukkan belum baiknya pengelolaan pendidikan di Mentawai. Di samping itu, didukung dengan kondisi letak geografis yang terletak di kepulauan menjadikan Mentawai sulit dijangkau. Selain itu tidak adanya pembangunan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai menjadi tantangan terbesar bagi para penggiat pendidikan. Maka dari itu, pendidikan sangat penting bagi masyarakat Mentawai. Diharapkan dengan adanya pendidikan akan dapat memberikan gambaran pengetahuan bagi masyarakat untuk mengelolah sumber hayati yang ada dengan baik. Mereka tidak lagi semata-mata hanya melihat keberadaan terumbu karang sebagai batu yang keras yang bisa digunakan untuk bahan bangunan, tetapi mengetahui juga betapa pentingnya terumbu karang bagi biota laut dan kehidupan disekitarnya.

2.1.2 Terumbu Karang sebagai Salah Satu Sumber Daya Alam Mentawai