Hasil Penelitian .1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan: Hasil penelitian yang berisi tentang: 1 prosedur pengembangan prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” tentang terumbu karang dalam konteks empowering masyarakat Mentawai untuk anak 9-12 tahun, 2 deskripsi kualitas prototype buku cerita “Derita Aat si Gurita Kecil” membantu persepsi anak 9-12 tahun tentang pentingnya mencintai lingkungan sekitar empowering. Pembahasan berkaitan dengan hasil penelitian. Semua itu akan peneliti uraikan berikut ini. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Prosedur Pengembangan Prototype Buku Cerita Prototype buku cerita berjudul “Derita Aat si Gurita Kecil” peneliti kembangkan dengan mengadopsi tujuh langkah dari sepuluh yang ditawarkan oleh Sugiyono. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah Mentawai sebagai kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau memiliki salah satu sumber daya alam yaitu terumbu karang yang sangat dibutuhkan oleh manusia ataupun biota laut. Keberadaan terumbu karang yang tersebar diseluruh pulau-pulau yang berpenghuni seperti Pulau Siberut dan Pulau Pagai sangat mempengaruhi perekonomian masayarakat setempat. Sebagai pulau terbesar, Siberut tergolong memiliki banyak ragam terumbu karang dengan ukuran yang bervariasi. Ada yang berbentuk besar, lunak, keras, bercabang dan bulat. Selain memiliki beragam bentuk dan warna yang sangat menarik, terumbu karang juga memiliki banyak manfaat yang menjadi potensi dan disoroti oleh peneliti. Menurut Supriyono 2010: 4-7, terumbu karang sebagai bagian dari biota laut memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat di sekitar pantai sebagai contoh masyarakat Sikabaluan, seperti: melindungi pantai dari hempasan ombak, tempat tinggal dan berkembang biak bagi ikan karang, menyediakan sumber protein bagi masyarakat, menyediakan makanan juga tempat tinggal dan perlindungan bagi biota laut, sumber obat-obatan, sebagai sumber bibit budi daya dan penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian. Kesadaran untuk pembangunan berwawasan lingkungan serta kurang adanya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan menjadi masalah yang peneliti lihat. Masyarakat di Sikabaluan maupun di pulau-pulau lain, seperti di Pulau Siberut dan Pulau Pagai kurang menyadari arti pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Kurangnya kesadaran akan mengkonservasi terumbu karang di Mentawai sama persis seperti perilaku masyarakat di Nusa Penida Bali dalam jurnal yang di tulis oleh Savitri, dkk 2013: 6. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa masyarakat masih minim ketertarikannya terhadap konservasi karena mereka menganggap dengan mengkonservasi terumbu karang tidak berpengaruh pada mereka. Sekarang ini, ada banyak ekosistem terumbu karang berada dalam kondisi sangat memprihatinkan atau yang mengalami kerusakan. Kerusakan itu terjadi karena ulah masyarakat yang melakukan pengeboman ikan secara liar yang mengakibatkan tidak hanya ikan yang mati tetapi juga terumbu karang ikut mati dan hancur. Selain itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masyarakat pun melakukan eksploitasi terhadap terumbu karang dengan tujuan untuk bahan bangunan, di jual untuk hiasan, dan lain-lain yang menyebabkan terjadi pergeseran garis pantai sehingga dapat menyebabkan abrasi, habitat biota laut yang terancam, dan potensi bahaya terhadap tsunami. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang adalah sebagai berikut: 1 Pengendapan atau sedimentasi dari daratan, 2 pencemaran dari daratan, 3 penangkapan ikan yang merusak misalnya menggunakan bom atau racun sianida, 4 pembuangan jangkar kapal, 5 sampah yang sembarangan dibuang sembarangan di laut, 6 hewan laut berduri pemakan karang Bulu Seribu Acanthaster, dan 7 gempa bumi.

2. Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti perkuat dengan menyusun kuisioner tentang 1 manfaat terumbu karang bagi masyarakat, 2 bahaya jika merusak terumbu karang, 3 upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengkonservasi terumbu karang, 4 sarana yang diperlukan untuk menyadarkan atau memberdayakan empowering masyarakat tentang pentingnya mengkonservasi terumbu karang. Kuesioner dibagikan kepada 22 anak kelas IV-V dan kepada 14 guru SD St.Fransiskus Sikabaluan pada bulan Februari 2015.

a. Data kuisioner pra penelitian untuk anak