kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi Anita Lie, 2010:69.
2 Think-Pair-Share Metode Think-Pair-Share atau teknik belajar mengajar
berpikir-berpasangan berempat adalah metode dimana siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama
dengan orang lain. Keunggulan metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, memberi kesempatan sedikitnya delapan kali
lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya kepada orang lain, dan metode ini
dapat digunakan untuk semua pelajaran dan tingkat usia anak didik Anita Lie, 2010:57.
3 Numbered Heads Together Metode Numbered Heads Together atau kepala bernomor
adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkakan semangat kerja sama Anita Lie, 2010:59.
4 Group Investigation Pembelajaran dengan metode Group Investigation dimulai
dengan pembagian kelompok, kemudian setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka
rumuskan. Menurut Slavin dalam Tukiran, dkk 2011: 79
menyebutkan bahwa dalam group investigasi, para siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu: mengidentifikasi topik dan
mengatur siswa dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan
akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi. 5 Two Stay Two Stray
Metode ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain, serta
mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka kerjakan Anita Lie, 2010:61.
Selain metode-metode pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan diatas masih terdapat beberapa metode lainnya yaitu,
Make a Match, Listening Team, Inside-Outside Circle, Bamboo Dancing, Point-Counter-Point, dan The Power
B. Hakikat Matematika
Matematika sudah dikenal sejak tahun 300 SM. Matematika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “mathema” yang berarti mata
pelajaran atau hal yang dipelajari. Pengertian tersebut terus berkembang dengan adanya penelitian dan penemuan-penemuan oleh matematikawan
dunia. W Sawyer dalam Herman Hudoyo 1988:74 mengatakan bahwa matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemungkinan pola.
Matematika adalah ilmu yang bermanfaat bagi ilmu lain terutama dalam ilmu sains dan teknologi.
Matematika diperlukan sebagai bahasa pengantar untuk memahami ilmu-ilmu lain. Bahasa matematika tersebut adalah bahasa logika yang erat
hubungannya dengan penalaran. Sedangkan objek dari matematika itu sendiri adalah suatu fakta, konsep, dan prinsip yang tekait dengan sistem
abstrak simbulik. Dengan demikian untuk dapat belajar matematika diperlukan cara berpikir matematik yaitu suatu kegiatan mental yang
dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan generalisasi Herman Hudoyo , 1988:76. Berpikir matematik yang dimaksud adalah dengan
penalaran atau berpikir deduktif. Berpikir deduktif diperlukan agar kerangka pemikiran kita dapat
koheren dan logik, yang nantinya diharapkan dapat memunculkan pengetahuan baru yang dibangun dari pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Akhir dari berpikir deduktif ini adalah adanya kesimpulan yang merupakan akibat logik dari hal-hal yang bersifat umum menjadi
bersifat khusus atau yang sering disebut dengan teorema. Teorema- teorema ini pada penerapannya dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah dalam matematika atau ilmu-ilmu lainnya.
C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap-tiap orang mempunyai berbagai macam perbedaan. Salah satunya adalah perbedaan kedudukan
atau lapisan-lapisan di masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan sosial dan keadaan perekonomian yang berbeda-beda. Di antaranya
terdapat lapisan atas, sedang, dan lapisan rendah. Ukuran atau kriteria yang digunakan untuk menggolongkan lapisan-lapisan dalam masyarakat
tersebut adalah ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan Soejono Soekanto, 1977:141.
Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam
kelompok yang lebih besar lagi http:id.wikipedia.orgwikiStatus_sosial, 2032014, 23:11. Menurut Pitirim Sorokin mengukur status sosial
seseorang dapat dilihat dari jabatan, pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis, keturunan, dan agama. Status sosial
ekonomi menurut John W Santrock 2014:161 adalah pengelompokan orang dengan pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi yang memiliki
karakteristik-karakteristik sama. Pada umumnya, anggota masyarakat memiliki pekerjaan, tingkat pencapaian pendidikan, sumber daya ekonomi,
dan kemampuan serta akses yang berbeda untuk meraih suatu keberhasilan.
W A Gerungan 2009:196 menjelaskan bahwa keadaan sosial ekonomi keluarga tentu akan mempengaruhi perkembangan anak-anak.
Keadaan perekonomian yang cukup akan memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan
yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Orangtua
yang tidak mempunyai beban akan masalah ekonomi keluarga maka ia dapat mencurahkan perhatiannya yang lebih mendalam pada pendidikan
anak-anaknya. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam penelitian ini status sosial ekonomi diartikan sebagai penggolongan seseorang di tengah lingkungan masyarakat berdasarkan pada pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, jenis tempat tinggal, dan pemilikan kekayaan.
D. Komponen-komponen Status Sosial Ekonomi
Pada kenyataannya manusia diciptakan tidak berdasarkan kelompok-kelompok atau golongan-golongan tertentu. Namun, dalam
kehidupan bermasyarakat, tanpa disadari atau sengaja dibentuk kelompok- kelompok masyarakat. Menurut, Pitirin A Sorokin dalam Soejono
Soekanto 1977:133 sistem lapisan-lapisan atau kelompok-kelompok merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
teratur. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong- golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut
adalah ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan Soejono Soekanto, 1977:141.
Menurut R Hadi Sadikin dalam Maria Dona 2011:13 faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi adalah sumber penghasilan, besar
penghasilan, banyak anggota keluarga, dan penggunaan penghasilan. Berdasarkan pada pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen status sosial ekonomi adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pemilikan kekayaan, dan jenis tempat tinggal.
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1. Ada tiga jalur pendidikan yang ditetapkan oleh UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. a. Pendidikan dasar
Sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 17, pendidikan dasar