107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil belajar IPS, maka dapat disimpulkan
adanya peningkatan kualitas pembelajaran IPS siswa kelas IV A SD Negeri Demakijo 1 Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman dapat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. 1.
Peningkatan Proses Pembelajaran Peningkatan proses pembelajaran IPS tersebut terjadi karena
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan langkah-langkah 1 menyiapkan kartu pertanyaan dan jawaban; 2
menjelaskan aturan permainan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match; 3 membagikan kartu secara acak kepada siswa; 4
memberikan kepada siswa untuk memahami dan memikirkan kartu pertanyaan atau jawaban yang didapat; 5 memberikan kesempatan siswa
untuk mencari pasangan kartu; 6 memanggil siswa yang menemukan pasangan kartu untuk presentasi; 7 memberikan poin kepada siswa yang
dapat mencocokkan kartu dengan benar; 8 menyimpulkan pembelajaran bersama siswa. Melalui langkah tersebut proses pembelajaran mengalami
peningkatan, baik keterampilan mengajar guru maupun aktivitas siswa.
108
Pada pra tindakan, guru masih mendominasi pembelajaran dan menggunakan metode ceramah. Hal tersebut menjadikan suasana
pembelajaran monoton dan siswa kurang aktif. Interaksi dlm pembelajaran juga masih kurang. Siswa juga kurang antusias mengikuti pembelajaran,
karena kurang memperhatikan guru. Pada siklus I, proses pembelajaran sudah baik namun masih belum optimal. Guru sudah berinteraksi dengan
siswa melalui tanya jawab tentang materi pembelajaran. Penggunaan kartu pasangan dalam pembelajaran membuat siswa antusias dan merasa senang.
Namun, pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siklus I masih belum optimal, karena guru masih terlihat
mendominasi pada langkah mencari pasangan kartu. Hal tersebut menjadikan siswa kurang aktif karena tidak mencari pasangan kartunya
sendiri. Pada siklus II proses pembelajaran sudah terlaksana dengan baik dan optimal. Interaksi dalam pembelajaran lebih banyak dibanding siklus
sebelumnya. Guru memberikan siswa kesempatan untuk menjawab dan bertanya mengenai hal yang belum dipahami. Guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran telah dilaksankan. Pada langkah mencari pasangan kartu, siswa mencari pasangan kartunya sendiri, sehingga lebih
aktif. Pembelajaran yang menyenangkan akan lebih bermakna dan siswa akan lebih lama dalam mengingat materi. Adanya peningkatan proses
pembelajaran setelah tindakan ditunjukkan dengan keterampilan mengajar
109
guru lebih baik dan siswa terlihat lebih aktif, komunikatif, serta suasana pembelajaran lebih menyenangkan.
2. Peningkatan Hasil Belajar
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sesuai langkah tersebut dilakukan dengan optimal sehingga berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada hasil tes belajar siswa semula pada saat pra tindakan yang tuntas 9 siswa atau sebesar 27,23, pada siklus
I pertemuan pertama menjadi 19 atau sebesar 57,58, pada siklus I pertemuan kedua menjadi 26 siswa atau sebesar 78,79, pada siklus II
pertemuan pertama menjadi 29 siswa atau sebesar 87,88, dan meningkat lagi pada siklus II pertemuan kedua menjadi 30 siswa atau sebesar 90,90.
Selain itu, aktivitas siswa pada ranah afektif dan psikomotor juga meningkat dari siklus I ke siklus II hingga tiap butir pernyataan dapat
melebihi perolehan skor minimal atau rata-rata minimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar.
B. Saran