25
5 Responsif gender
Responsif gender adalah kondisi yang sudah memperhatikan berbagai pertimbangan bagi keadilan dan kesetaraan gender pada
berbagai aspek
kehidupan antara
laki-laki dan
perempuan. Memperhatikan semua aspek yang berkaitan, sehingga tercipta kondisi
yang nyaman untuk laki-laki dan perempuan.
3. Indikator Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender dapat terwujud dengan ditandai tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dengan memiliki akses,
kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Adapun indikator
kesetaraan gender adalah sebagai berikut Ismi Dwi A, 2010: 27:
a. Akses
Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu. Mempertimbangkan bagaimana
memperoleh akses yang adil dan setara antara perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya yang akan dibuat.
Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi guru adalah akses memperoleh beasiswa melanjutkan pendidikan untuk guru perempuan
dan laki-laki diberikan secara adil dan setara atau tidak.
b. Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang atau kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan.
26
Dalam hal ini guru perempuan dan laki-laki apakah memiliki peran yang sama dalam pengambilan keputusan di sekolah atau tidak.
c. Kontrol
Kontrol yaitu bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan pengawasan atas pemanfaatan
sumber daya-sumber daya. Kewenangan untuk mengontrol sumber daya menjadi hak baik perempuan maupun laki-laki.
d. Manfaat
Manfaat adalah kegunaan yang dapat dinikmati secara optimal. Laki- laki dan perempuan harus sama-sama menikmati hasil-hasil pemanfaatan
sumber daya atau pembangunan secara sama dan setara. Kesetaraan gender dapat diwujudkan melalui pendidikan, baik
dilakukan di rumah, di masyarakat atau lingkungan, maupun di sekolah. Pertama kali pendidikan diberikan oleh orangtua, maka peran orangtua
sangat berpengaruh bagi pendidikan berkeadilan gender. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting, dengan pendidikan
seseorang dapat merubah status sosial dalam masyarakat. Sekolah merupakan sarana sosialisasi kebudayaan yang dalam prosesnya
berlangsung secara formal. Gender sebagai bagian dari kebudayaan yang sosialisasinya berlangsung di sekolah memiliki peran mentransfer nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, termasuk nilai dan norma gender. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui proses pembelajaran
27
yang mencerminkan nilai dan norma gender yang berlaku dalam masyarakat.
Pemahaman tentang pendidikan kesetaraan gender perlu diaplikasikan sejak dini mengingat anak-anak usia dini merupakan usia saat di mana
mereka masih mengikuti orang dewasa sebagai model dalam kehidupannya. Pendidikan usia dini merupakan langkah awal yang baik dalam proses
pendidikan awal untuk mempersiapkan menuju langkah pendidikan selanjutnya. Pembekalan yang matang dan benar menjadi pondasi utama
anak menuju dewasa kelak. Orang tua sudah banyak percaya bahwa dengan pendidikan usia dini membuat putra putri mereka siap akan masa depan.
Dengan begitu pembelajaran yang baik pada anak usia dini haruslah pas dan benar.
Dibekali pembelajaran yang baik membentuk sikap anak menjadi baik pula. Guru sebagai role model bagi anak haruslah menerapkan pendidikan
kesetaraan gender dalam proses pembelajarannya. Kesetaraan gender dalam pembelajaran dapat mempengaruhi perilaku sosial dan budayanya ketika
berada pada lingkungan luas. Dalam proses pembelajaran perbedaan perempuan dan laki-laki masih saja ada, baik dalam materi pembelajaran,
metode penyampaian, media pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran di sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mana salah satu fungsinya adalah sebagai sarana transfer nilai yang berlaku dalam masyarakat
bernegara, negara multikultural seperti Indonesia khususnya. Dalam
28
masyarakat negara multietnik, pendidikan melalui sekolah yang biasanya diatur oleh negara, merupakan alat yang kuat untuk membentuk identitas
nasional dan orientasi kebudayaan nasionalnya Koentjoroningrat, 1990: 234. Jadi, sekolah bukan hanya mengajarkan anak tentang pengetahuan
membaca, menulis, berbahasa namun juga sebgai transfer nilai atau norma yang dianut negara termasuk ideologi gender.
4. Pendidikan Kesetaraan Gender