134
bermakna. Biasanya anak hanya menumpukkan baloknya saja. Karena pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan
sensor-motornya. Pembelajaran menyusun balok berlaku untuk seluruh
siswa dengan suatu tema tertentu. Misalnya membuat jembatan seluruh siswa dengan caranya sendiri bagaiman menyusun
jembatan dengan balok tersebut. Pembelajaran tersebut berlaku untuk perempuan dan laki-laki. untuk pembelajaran praktek
seperti itu biasanya dilakukan pada akhir jam pelajaran namun pada hari tertentu saja, kapan guru akan mengambil nilai dengan
alat balok tersebut.
f. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan sebuah kegiatan mengevaluasi atau mengoreksi hal-hal dalam pembelajaran yang telah terjadi atau
dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Evaluasi dapat dilakukan dalam hitungan harian, mingguan, maupun
bulanan, triwulan 3 bulan, dan semesteran 6 bulan. TK Tirtosiwi Janturan menggunakan waktu evaluasi yaitu harian, mingguan dan
semesteran melalui penugasan maupun hasil karya. Setiap hari anak diperintah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti mengerjakan
dalam buku, membuat bentuk dari plastisin, balok, kertas origami, dan sebagainya. Setelah selesai kemudian guru menilai berdasarkan hasil
yang ada, evaluasi dilakukan dengan sistem pemberian bintang dengan
135
kategori bintang 1 untuk pekerjaan yang tidak selesai dan tidak rapi, bintang 2 untuk pekerjaan yang selesai namun kurang rapi, bintang 3
untuk pekerjaan yang selesai dan rapi, bintang 4 untuk pekerjaan yang selesai tepat waktu tanpa perbaikan dan rapi.
136
Tabel 9. Kalsifikasi Simpulan
No Proses
Pembelajaran Bias gender
Netral gender Sensitif gender
Responsif gender 1
Tujuan Pembelajaran
Dalam RKH tujuan
pembelajaran menyamaratakan
perempuan dan laki-laki sehingga tercipta rasa
nyaman.
2 Peserta Didik
Beberapa siswa
masih menganggap dekat dengan lawan
jenis adalah sesuatu yang aneh.
Seragam siswa
perempuan dan laki-laki
disesuaikan dengan kebutuhan
Kesempatan yang sama
memperoleh pendidikan diberikan baik perempuan
maupun laki-laki.
Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
maupun ekstrakurikuler di samakan.
3 Pendidik
Ketika bias gender
terjadi guru secara langsung menegur dan
menjelaskan.
Walaupun pendidikan kesetaraan gender tidak
masuk dalam materi pokok namun tetap disampaikan.
Kesempatan bagi
perempuan dan laki-laki untuk mengajar di TK
disetarakan.
137
Guru perempuan dan laki-
laki dilibatkan dalam kegiatan.
4 Materi
Materi pembelajaran
pada tema pekerjaan masih didominasi
maskulin.
5 Metode
Sikap dan perhatian guru
terhadap siswa sama antara perempuan dan laki-laki.
6 Media
Media pembelajaran
seperti poster, wayang masih
didominasi maskulin.
Toilet perempuan
dan laki-laki disamakan.
Media bermain bukan
pembelajaran dapat digunakan oleh semua
siswa.
7 Evaluasi
Penilaian siswa dilakukan
secara objektif.
138
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Akses
Pendidikan kesetaraan gender telah diaplikasikan di TK Tirtosiwi Janturan Sleman namun masih belum optimal. Tujuan pembelajaran tidak
memuat kesetaraan gender secara tersurat namun guru tetap memberikan pendidikan kesetaraan gender dalam proses pembelajaran karena dianggap
penting. Adanya kesempatan yang sama memperoleh pendidikan baik siswa perempuan maupun laki-laki. Di samping itu guru juga memperoleh
kesempatan mengajar yang sama walaupun pengetahuan tentang kesetaraan gender masih kurang para guru tetap menerapkan pendidikan kesetaraan
gender melalui proses pembelajaran secara langsung dengan sifat hidden kurikulum.
b. Partisipasi
Kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler sudah responsif gender di mana partisipasi siswa perempuan dan laki-laki setara, tidak
mendominasi oleh jenis kelamin tertentu. Begitupun dengan pendidik laki- laki dan perempuan walaupun kepala sekolah sebagai wewenang pengambil
keputusan namun tidak menutup kemungkinan guru laki-laki dan guru perempuan terlibat dalam suatu kegiatan dan melibatkan seluruh guru.