Pendidikan Kesetaraan Gender Kesetaraan Gender

28 masyarakat negara multietnik, pendidikan melalui sekolah yang biasanya diatur oleh negara, merupakan alat yang kuat untuk membentuk identitas nasional dan orientasi kebudayaan nasionalnya Koentjoroningrat, 1990: 234. Jadi, sekolah bukan hanya mengajarkan anak tentang pengetahuan membaca, menulis, berbahasa namun juga sebgai transfer nilai atau norma yang dianut negara termasuk ideologi gender.

4. Pendidikan Kesetaraan Gender

Pendidikan kesetaraan gender adalah pendidikan yang di dalamnya ada nilai-nilai keadilan bagi laki-laki dan perempuan sehingga mereka mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga dapat berperan aktif dan mempunyai ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Elin Nur, 2006: 33. Pendidikan kesetaraan gender merupakan pemberian kesempatan yang sama dan seluas-luasnya kepada laki-laki dan perempuan dalam memperoleh : akses, manfaat, serta keikutsertaan dalam berbagai jenis program pendidikan agar kesenjangan gender dapat dihilangkan Siti Rohmah, 2006: 3. Secara umum, Pendidikan adil 4 gender adalah tercapainya KKG pada kinerja pembangunan pendidikan nasional yang terdiri atas kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek: 1 Lingkungan strategis pendidikan; 2 pemerataan dan keadilan dalam pendidikan; 3 mutu dan relevansi pendidikan; dan 4 manajemen pendidikan. Tujuan dalam pendidikan kesetaraan gender lebih menekankan keadilan bagi kedua jenis kelamin 29 laki-laki dan perempuan baik pada proses belajar mengajar maupun buku- buku penunjang agar mereka dapat berperan aktif dalam lingkungannya. Pendidikan merupakan kunci terwujudnya kesetaraan gender dalam masyarakat, sebab pendidikan merupakan merupakan alat untuk mentransfer nilai dan norma masyarakat. Dengan kata lain lembaga pendidikan merupakan sarana formal untuk sosialisasi sekaligus mentransfer nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, termasuk nilai dan norma gender. Proses belajar mengajar merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Hal ini harus dirasakan bersama oleh setiap individu laki-laki dan perempuan tanpa pandang bulu Moh. Roqib, 2003: 44. Memperjuangkan kesetaraan bukan berarti mempertentangkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan namun lebih kepada upaya membangun hubungan yang setara. Kesempatan harus terbuka sama luasnya bagi perempuan dan laki-laki, sama pentingnya untuk mendapat pendidikan Mursidah, 2003: 171. Dalam rangka akselerasi tujuan pembangunan nasional termasuk pembangunan dalam bidang pendidikan menuju kesetaraan gender dalam seluruh aspek kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pendidikan berwawasan gender menjadi pilihan yang strategis walaupun tentu saja merupakan pilihan yang berat mengingat banyaknya hambatan yang dihadapi. Langkah kongkrit yang perlu segera diambil adalah merumuskan kebijakan gender dalam pendidikan nasional. Setidaknya tujuan yang akan 30 dicapai melalui kebijakan mencakup tiga hal pokok. Pertama, membuka kesempatan pendidikan yang lebih merata pada semua jurusan, jenis, dan tingkat pendidikan dengan mempertimbangkan aspek kesetaraan gender. Kedua, mengeliminasi semua bentuk ketimpangan gender pada jurusan, bidang kejuruan, atau program studi tingkat pendidikan menengah dan tinggi, sehingga terwujud kesetaraan gender dalam berbagai bidang keahlian profesionalisme. Ketiga, memberikan peluang dan kesempatan kepada perempuan untuk berpartisipasi secara optimal pada semua unit dalam seluruh tahapan pembangunan pendidikan, mulai dari tahap perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, pelaksanaan program, sampai kepada tahap akhir evaluasi. Supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, perlu ditingkatkan keseimbangan jumlah guru dan tenaga kependidikan atas dasar geder pada semua bidang dan pada semua tingkatan pendidikan. Kemudian mengembangkan pendekatan proses pembelajaran yang sensitif gender melalui pembinaan dan pelatihan guru-guru, kepala sekolah, serta pengawas pendidikan. Selain itu juga perlu ditingkatkan partisipasi perempuan, terutama pada tingkat pengambilan keputusan di semua unit pengelolaan pendidikan nasional. Keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih egaliter. Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan pemerintah sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara kelembagaan dan terutama 31 guru. Dalam hal ini perlu adanya standarisasi buku ajar yang berwawasan gender. Selain itu guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya kesetaraan gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang sensitif gender. Selain itu seluruh penulis bahan bacaan dan penanggungjawab dalam bidang pengembangan kurikulum diberikan orientasi tentang kebijakan pendidikan yang berperspektif kesetaraan gender. Sehingga diharapakan tidak ada lagi kurikulum dan buku-buku bacaan yang bias gender. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesetaraan gender adalah pendidikan yang di dalamnya memuat nilai-nilai keadilan bagi laki-laki dan perempuan dengan memberikan kesempatan yang sama sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya agar mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional.

C. Proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak

1. Pengertian Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa menuju tujuan yang lebih baik. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran. Istilah pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu usaha aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,