60
peran kesetaraan gender yaitu kemampuan manjerial organisasi yang baik dan wawasan yang luas. Faktor penghambat peran kesetaraan gender yaitu kurang
percaya diri akan kemampuan yang dimiliki, serta adanya rasa penghormatan berlebihan terhadap kepemimpinan laki-laki. Solusi yang dilakukan adalah
dengan memberikan peluang kepada Aisyiyah untuk memaksimalkan perannya di Muhammadiyah.
E. Alur pikir penelitian
Gambar 2. Alur Pikir Pendidikan
Proses Pembelajaran
Kesetaraan Gender
Akses Partisipasi
Kontrol Manfaat
Tujuan Guru
Siswa
Materi Media
Metode Evaluasi
61
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting, dengan pendidikan seseorang dapat merubah status sosial dalam masyarakat.
Pendidikan dalam arti sempit yaitu suatu bentuk bimbingan orang dewasa supaya terarah dengan baik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari dalam rangka mengembangkan potensi yang ada dalam diri baik jasmani maupun rohani guna mencapai tujuan. Tujuan Pendidikan adalah sebagai
pedoman dari suatu kegiatan pendidikan untuk mengantarkan seseorang menjadi dewasa dan mampu melaksanakan tugasnya secara mandiri.
Pembelajaran kesetaraan gender adalah pembelajaran dengan mengintegrasikan gender ke dalam materibahan ajar yang berkesetaraan dan keadilan gender
dengan menggunakan metode pembelajaran yang menghindari terjadinya diskriminasi gender.
Kesetaraan gender dapat diwujudkan melalui pendidikan, baik dilakukan mulai dari pendidikan informal, non formal, maupun formal. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal ketiga jalur pendidikan tersebut haruslah saling mendukung agar tidak terjadi kesenjangan gender. Pertama kalinya
pendidikan diberikan pada anak melalui orangtua, maka peran orangtua sangat berpengaruh bagi pendidikan. Selain itu lingkungan juga sangat berpengaruh
begitupun sekolah juga berperan penting dalam pendidikan kesetaraan gender. Melalui proses pembelajaran yang komponennya yaitu tujuan, guru, siswa,
materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran pendidikan kesetaraan gender dapat diintegrasikan dengan baik. Masing-masing komponen proses
pembelajaran saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
62
F. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Kesetaraan Gender dalam Proses Pembelajaran di TK Tirtosiwi Janturan Sleman Yogyakarta?
2. Bagaimana Proses Pembelajaran di TK Tirtosiwi terkait dengan Akses? 3. Bagaimana Proses Pembelajaran di TK Tirtosiwi terkait dengan Partisipasi?
4. Bagaimana Proses Pembelajaran di TK Tirtosiwi terkait dengan Kontrol? 5. Bagaimana Proses Pembelajaran di TK Tirtosiwi terkait dengan Manfaat?
6. Apakah Tujuan Pembelajaran sudah berkesetaraan gender? 7. Apakah kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan diberikan
peserta didik ? 8. Bagaimana perlakuan guru terhadap siswa dalam pembelajaran?
9. Apakah Materi pembelajaran sudah berkesetaraan gender? 10. Apakah Metode pembelajaran sudah berkesetaraan gender?
11. Apakah Media pembelajaran sudah berkesetaraan gender? 12. Apakah Evaluasi pembelajaran sudah berkesetaraan gender?
63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Umumnya penelitian dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Bogdan dan Guba dalam Uhar Suharsaputra 2012: 181 berpendapat penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Begitupun dengan Sugiyono 2003: 1 mendefiniskan penelitian kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian yang dilakukan mendeskripsikan tentang pendidikan
kesetaraan gender dalam proses pembelajaran di TK Tirtosiwi Janturan. Oleh karena lebih tepat menggunakan kata-kata untuk memperoleh makna maka
perumusannya tidak bisa dideskripsikan dengan angka-angka. Teori yang sudah ada dikaitkan dengan lingkungan yang sebenarnya maka akan diperoleh
makna. Alat pengumpul data yang utama adalah peneliti sendiri. Sehingga untuk lebih memperdalam suatu informasi maka peneliti perlu melakukan
pengamatan dan wawancara langsung dengan subjek penelitian. Di samping itu