117
D. Pembahasan
1. Pendidikan kesetaraan gender
Kesetaraan gender bukan berarti hak dan kewajiban kaum perempuan mutlak sama dengan laki-laki, melainkan lebih mengutamakan hak asasi
laki-laki dan perempuan untuk memilih dan mendapatkan kesempatan yang sama di lingkungan mereka sesuai kodratnya. Hal senada diperkuat oleh
Riant Nugroho 2011: 29 kesetaraan gender merupakan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan
pertahanan keamanan nasional hankamnas serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Adapun indikator kesetaraan gender adalah
sebagai berikut:
a. Akses
Kesetaraan gender dalam aspek akses yaitu pemberian hak atau kesempatan yang sama bagi setiap orang begitupun dengan pendidikan
bahwa kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan dapat dirasakan oleh perempuan maupun laki-laki yang sudah terkandung
dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” TK Tirtosiwi Janturan telah memberikan
kesempatan itu kepada seluruh masyarakat khususnya jenjang usia dini. Berlandaskan pendidikan responsif gender memberikan peluang yang
setara baik perempuan maupun laki-laki bagi seluruh siswa memperoleh
118
hak nya dalam pendidikan. Dalam proses pembelajaran guru secara objektif memberikan akses yang sama pada siswa sehingga pendidikan
diberikan secara merata. Hal tersebut dilakukan pada guru perempuan maupun laki-laki, walaupun cara penyampaian berbeda namun tujuan
dari pembelajaran tetap sama. Keterbatasan pengetahuan guru yang minim mengenai gender tidak
menghalangi untuk mengimplementasikan pendidikan kesetaraan gender dalam pembelajaran. Para guru TK Tirtosiwi Janturan telah tergolong
dalam kategori sensitif gender, sehingga dalam pembelajaran jika ada bias gender sudah secara langsung disetarakan. Berpengaruh juga dalam
metode yang digunakan guru dalam mengajar, guru telah memberikan kesempatan yang sama pada siswa perempuan maupun laki-laki dalam
mengikuti pembelajaran. Tidak memihak pada suatu jenis kelamin tertentu. Selain itu penilaian guru terhadap siswa juga objektif tidak ada
diskriminasi. Selain itu kebebasan untuk memilih sendiri media bermain siswa merupakan aspek perkembangan imajinasi yaitu anak diberi
kebebasan yang dapat memunculkan dan mengembangkan daya imajinasi atau kreativitas anak. Kebebasan anak untuk memilih permainan
perempuan maupun laki-laki.
b. Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Aspek perkembngan fisik motorik yaitu
keterampilan anak dalam menggerakkan tubuhnya dalam suatu kegiatan
119
baik laki-laki maupun perempuan memiliki peranan yang sama. Perkembangan fisik motorik sangat berperan penting bagi seorang anak.
Selain melatih kelincahan dan kecekatan juga memberikan motivasi kepada anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Anak dilahirkan
dengan keunikan dan kemampuan masing-masing berbeda sehingga membentuk partisipasi yang berbeda pula dalam pembelajarannya.
Bahasa bagi seorang anak sangatlah penting. Bahasa merupakan bentuk menyampaikan suatu pesan terhadap segala sesuatu yang diinginkan.
Sekolah telah memberikan kesempatan yang sama pada siswa dalam berpartisipasi aktif maupun pasif dalam proses pembelajaran, misalnya
dalam menjawab pertanyaan dari guru, bertanya ketika ada materi yang kurang dipahami, serta berpendapat ketika guru memberi kesempatan
untuk berpendapat. Seluruh siswa mulai dari kelas A, B1, dan B2 ikut serta berpartisipasi baik itu laki-laki maupun perempuan mengungkapkan
segala sesuatu yang ingin mereka sampaikan kepada guru dengan pengetahuan yang diketahui. Di samping itu materi pembelajaran yang
bias gender masih banyak dijumpai khususnya dalam tema pekerjaan. Partisipasi maskulin masih mendominasi dibanding feminim sehingga
perlu pembahasan yang lebih oleh guru pada siswa.
Selain dalam pembelajaran dalam suatu pengambilan keputusanpun guru perempuan dan laki-laki tetap diberi porsi yang sama. Guru dan
kepala sekolah perempuan lebih dominan di sekolah sehingga kewenangan dalam pengambilan keputusan kaum perempuan yang lebih
120
berkuasa. Walaupun perempuan lebih dominan namun tidak menutup telinga pada kaum laki-laki untuk mengutarakan pendapat dan
berpartisipasi dalma suatu kegiatan untuk kebaikan bersama. Begitupun saat guru memberikan evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran yang
salah satu caranya yaitu dengan memberikan pertanyaan. Siswa laki-laki dan perempuan sangat antusias ingin menjawabnya.
c. Kontrol