Kelebihan dan kelemahan kooperatif tipe TPS Think-Pair-Share Menghitung Skor Individual dan Tim

5115 ataupun menerima pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Lie, 2000: 57 men gatakan bahwa : ―Model TPS Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain, dalam memecahkan suatu permasalahan‖. Kooperatif tipe TPS Think-Pair-Share memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit tidak berbelit-belit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak dengan berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lainnya. Menurut Ibrahim 2000: 26 mengatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Think-Pair-Share memiliki 3 tahap, yaitu: Tahap 1: Thinking berfikir Guru memberikan tugas yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan tugas secara mandiri. Tahap 2: Pairing berpasangan Guru meminta siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompoknya untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkan pada tahap pertama. Tahap 3: Sharing berbagi Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang masalah yang mereka bicarakan. Dalam tahap ini pasangan mempresentasikan hasil yang mereka bicarakan di depan kelas.

2.1.2. Kelebihan dan kelemahan kooperatif tipe TPS Think-Pair-Share

Menurut Lie 2000: 46 kelebihan dan kelemahan model TPS adalah: Kelebihannya yaitu: 1. Meningkatkan partisipasi siswa 2. Cocok untuk tugas sederhana 3. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok 4. Interaksi lebih mudah 5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok Kelemahannya yaitu: 1. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 2. Lebih sedikit ide yang muncul 3. Jika ada perselisihan, tidak ada pengaruh Melalui kelebihan dan kelemahan di atas dapat dikemukakan bahwa model TPS ini dapat diterapkan jika: 1. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, ras, etnik, suku dan budaya yang beragam, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. 2. Pada saat belajar berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. 3. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah tanpa membedakan jenis kelamin, suku dan kemampuan siswa 5116 4. Penghargaan berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

2.1.3. Menghitung Skor Individual dan Tim

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu Menurut Slavin 2008: 158 untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1. Perhitungan Skor Perkembangan Individu Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 – 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 30 b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori seperti tercantum pada tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan Kelompok Rata-rata Tim Penghargaan 15 Tim Baik 16 Tim Sangat Baik 17 Tim Super Sumber: Slavin, 2008: 160 c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiahpenghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Swasta Al-Washliyah 3 Medan yang beralamat di Jalan Garu II No. 93 Medan Amplas. Materi pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas XI AK SMK Swasta Al-Washliyah 3 Medan adalah kerajinan bahan lunak dan wirausaha. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan November 2014. Populasi dan Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Swasta Al-Washliyah 3 Medan. Dengan mempertimbangkan perolehan nilai terendah untuk seluruh kelas XI adalah pada kelas XI AK, maka subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AK SMK Swasta Al-Washliyah 3 Medan Tahun Pembelajaran 20142015, dengan jumlah siswa 45 orang. Prosedur Penelitian Berdasarkan hasil belajar siswa pada materi pokok kerajinan bahan lunak dan wirausaha masih rendah, maka prosedur penelitian yang penulis rencanakan dalam menuntaskan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut:  Tahap Perencanaan 5117 1. Melakukan konsultasi dengan pembimbingan PTK 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 3. Menyusun tes hasil belajar 4. Menyusun Lembar Kegiatan Siswa LKS 5. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menentukan sampel penelitian 6. Menyusun lembar sikap siswa  Tahap Tindakan 1. Melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam tahap ini, sebelum guru memulai materi pembelajaran, maka guru menciptakan suasana yang kondusif. 2. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan soal yang sama pada tes diagnostik untuk mengetahui hasil belajar. 3. Melakukan pengolahan tes hasil belajar. Ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa dan sebagai informasi atau referensi jika terjadi kesalahan.  Tahap Observasi Selama proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif type Think-Pair-Share TPS, peneliti menggunakan dua pengamat untuk mengamati kegiatan kerja kelompok siswa.  Tahap Refleksi 1. Mengadakan refleksi. Dari hasil analisis siklus I, bahwa masih terdapat bberapa siswa yang memperoleh hasil belajar dibawah nilai ketuntasan KKM. 2. Melakukan siklus II. Adapun sub materi pokok yang dipelajari adalah sub materi pokok yang belum dipahami siswa. Dalam pembelajaran ini dibarengi dengan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas belajar siswa. Setelah selesai, maka dilakukan evaluasi hasil pembelajaran pada Siklus II. 3. Melakukan refleksi. Dari hasil analisis Siklus II ternyata hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan KKM dan begitu juga dengan penguasaan siswa terhadap tiap sub materi pokok maka diperoleh hasil belajar siswa minimal mencapai KKM. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas PTK. PTK pertama kali diperkenalkan psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 Aqib, 2006: 13. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib 2006: 21 menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan planning, tindakan acting, observasi observing dan refleksi reflecting. Adapun desain pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam penelitian ini adalah dalam dua siklus PTK seperti gambar berikut: 5118 Gambar 3.1. Spiral Tindakan Kelas Hopkins dalam Aqib, 2006: 31 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Siklus I