Konsep Dasar Tiga Jenis

c. Melakukan inisiatif-inisiatif peningkatan proses untuk mencapai target kinerja six sigma. d. Meningkatkan kinerja bottom-line. e. Menciptakan dan memonitor aktivitas-aktivitas bisnis agar mengurangi pemborosan waste dan kebutuhan sumber-sumber daya. f. Meningkatkan kepuasan pelanggan.

3.6. Konsep Dasar

Lean Six Sigma 9 Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemis dan sistematis: a. Untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah non value added activities. b. Melalui peningkatan terus-menerus radikal radical continuous improvement untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma kapabilitas proses 6 sigma. c. Dengan cara mengalirkan produk material, work in process, output dan informasi menggunakan sistem tarik pull system dari pelanggan internal dan eksternal. d. Untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan hanya dengan memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau operasi 3,4 DPMO. 9 Ibid., h. 11. Universitas Sumatera Utara Fokus Lean dan fokus Six Sigma ditunjukkan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4. Fokus Lean dan Six Sigma Fokus Lean Fokus Six Sigma Pemborosan material, waktu, aktivitas, dll Variasi proses Menyeimbangkan aliran dalam proses value stream Identifikasi akar-akar penyebab dari masalah Reduksi Cycle Time Menciptakan output proses yang seragam bebas cacat Sangat penting untuk meningkatkan produktivitas Sangat penting untuk meningkatkan kapabilitas proses dan kualitas produk Sumber: Gaspersz, 2008

3.7. Lean Six Sigma Supply Chain Management

10

3.7.1. Apa itu

Lean Six Sigma Supply Chain Management? Menurut APICS dictionary 2010, supply chain adalah jaringan kerja network global yang digunakan untuk menyerahkan produk barang dan atau jasa mulai dari bahan baku sampai ke pelanggan akhir melalui suatu aliran informasi, distribusi fisik, dan kas cashflow. Supply Chain Management adalah desain, perencanaan, eksekusi, pengendalian dan pemantauan monitoring aktivitas-aktivitas supply chain yang bertujuan menciptakan nilai bersih net value, membangun infrastruktur yang kompetitif, mengefektifkan worldwide logistics, mensinkronkan penawaran supply dengan permintaan demand, dan mengukur kinerja secara global. Lean Six Sigma Supply Chain Management adalah pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan waste atau pemborosan aktivitas- 10 Vincent Gaspersz, All in One 150 Key Performance Indicators and Balanced Scorecard, Malcolm Baldrige, Lean Six Sigma Supply Chain Management, op.cit ., hh. 853-908. Universitas Sumatera Utara aktivitas tidak bernilai tambah serta variasi-variasi sepanjang proses-proses supply chain SIPOC, melalui peningkatan terus-menerus continuous improvement , yang mengalirkan produk melalui menarik pull produk dari pelanggan akhir, untuk mengejar keunggulan dalam semua proses supply chain. Catatan: SIPOC = Supplier, Input, Process, Output, Customer.

3.7.2. Pengukuran Kinerja

Lean Supply Chain Management Karakteristik dari indikator kinerja kunci key performance indicators = KPIs yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut: a. Sederhana Simple b. Praktis Practical c. Spesifik Specific d. Dapat diukur Measurable e. Dapat dicapai tetapi menantang Attainable but challenging f. Relevan dengan tujuan strategik bisnis Relevant g. Berbatas waktu Time-bounded h. Dinamik Dynamic Pengukuran indikator kinerja kunci harus dilakukan sepanjang proses- proses supply chain SIPOC = Supplier, Input, Process, Output, Customer. Ukuran-ukuran kinerja utama dalam lean supply chain management dapat diadopsi dari model SCOR Supply Chain Operations Reference. The Supply Chain Operations Reference SCOR Model dikembangkan oleh The Supply Chain Council SCC, organisasi nirlaba nonprofit Universitas Sumatera Utara membership organization yang beranggotakan perusahaan-perusahaan yang tertarik, organisasi-organisasi nirlaba, agen-agen pemerintah dan militer, konsultan, tenaga akademik, dll. Model SCOR dapat diterapkan pada akivitas- aktivitas berikut: a. Semua interaksi dengan pelanggan sejak pemasukan pesanan order entry sampai pembayaran. b. Semua transaksi produk bahan baku, barang jadi, dan atau jasa, termasuk peralatan, suku cadang, software, dll. c. Semua interaksi dengan pasar sejak memahami permintaan agregat sampai pemenuhan pesanan. Model SCOR tidak diterapkan pada proses-proses berikut: a. Penjualan dan pemasaran. b. Riset dan pengembangan teknologi. c. Pengembangan produk. d. Beberapa elemen dari post-delivery customer support tetapi itu diterapkan dalam proses pengembalian produk.

3.7.3. Langkah-langkah Solusi Masalah dalam Lean Six Sigma Supply

Chain Management Delapan langkah dan tujuh alat dalam solusi masalah kualitas yang telah umum diketahui sangat bermanfaat bagi pemula yang terlibat dalam proses peningkatan kinerja lean supply chain management. Delapan langkah itu adalah: Universitas Sumatera Utara Langkah 1: Mendefinisikan masalah dan menentukan tema perbaikan proses-proses suppy chain SIPOC. Langkah 2: Mencari semua penyebab yang mungkin. Langkah 3: Menganalisis akar penyebab masalah. Langkah 4: Merencanakan tindakan perbaikan. Langkah 5: Melaksanakan perbaikan. Langkah 6: Mempelajari hasil-hasil perbaikan. Langkah 7: Menstandardisasikan solusi dan praktek-praktek terbaik. Langkah 8: Membuat laporan akhir dan menentukan rencana perbaikan proses-proses supply chain SIPOC berikutnya. Ke-8 langkah yang dikemukakan diatas dapat diorganisasikan kedalam siklus Deming PDSA-Plan, Do, Study, Act atau kedalam siklus DMAIC Define, Measure, Analyze, Improve, and Control yang merupakan metodologi pendekatan solusi masalah dalam proyek-proyek Lean Six Sigma. Delapan langkah dalam siklus PDSA terdiri dari: Plan Merencanakan: Langkah 1: Mendefinisikan masalah dan menentukan tema perbaikan kinerja. Langkah 2: Mencari semua penyebab yang mungkin. Langkah 3: Menganalisis akar penyebab masalah. Langkah 4: Merencanakan tindakan perbaikan. Do Melaksanakan: Langkah 5: Melaksanakan perbaikan. Study Mempelajari: Universitas Sumatera Utara Langkah 6: Mempelajari hasil-hasil perbaikan. Act Menindaklanjuti: Langkah 7: Menstandardisasikan solusi dan praktek-praktek terbaik. Langkah 8: Membuat laporan akhir dan menentukan rencana perbaikan kinerja berikutnya. Delapan langkah dalam siklus PDSA diatas apabila dikaitkan dengan metodologi Lean Six Sigma DMAIC Define, Measure, Analyze, Improve, and Control , maka akan menjadi sebagai berikut: Define D-Mendefinisikan: Langkah 1: Mendefinisikan masalah dan menentukan tema perbaikan kinerja supply chain. Measure M-Mengukur: Langkah 2: Verifikasi pengukuran dan mencari semua penyebab yang mungkin. Analyze A-Menganalisis: Langkah 3: Menganalisis akar penyebab masalah. Langkah 4: Merencanakan tindakan perbaikan. Improve I-Meningkatkan: Langkah 5: Melaksanakan perbaikan. Langkah 6: Mempelajari hasil-hasil perbaikan. Control C-Mengendalikan: Langkah 7: Menstandardisasikan solusi dan praktek-praktek terbaik. Universitas Sumatera Utara Langkah 8: Membuat laporan akhir dan menentukan mendefinisikan rencana perbaikan kualitas berikutnya. Delapan langkah yang dikemukakan diatas, baik dalam siklus Deming PDSA maupun siklus DMAIC, metodologi Lean Six Sigma membutuhkan alat- alat perbaikan kualitas sederhana, yang disebut sebagai tujuh alat, sehingga umum dikenal sebagai: Delapan Langkah Tujuh Alat DELTA. Tujuh alat yang sering dipergunakan oleh Tim Peningkatan Kinerja adalah: a. Lembar periksa check sheet b. Stratifikasi c. Diagram Pareto d. Diagram sebab-akibat cause and effect diagram atau diagram tulang ikan fish bone diagram e. Histogram f. Diagram tebar korelasi g. Peta-peta kontrol control charts dan analisis kapabilitas capability analysis Catatan: Keberhasilan solusi masalah kinerja dalam proses-proses supply chain sekitar 80 ditentukan oleh Quality Leadership Kepemimpinan Kualitas dalam menerapkan delapan langkah dan hanya 20 ditentukan oleh penggunaan alat-alat statistika statistical tools. Universitas Sumatera Utara Yang diperlukan dalam memahami implementasi statistika untuk solusi masalah kinerja dalam proses-proses supply chain adalah 80 berkaitan dengan Statistical Thinking memahami bagaimana perilaku proses statistikal yang ditimbulkan oleh variasi penyebab khusus dan variasi penyebab umum dan hanya 20 berkaitan dengan aplikasi Statistical Tools penerapan alat-alat statistika yang sekarang ini analisisnya telah banyak menggunakan bantuan paket-paket software computer, seperti: Minitab, dll.

3.8. Tiga Jenis

Aktivitas 11 Salah satu proses penting dalam pendekatan lean adalah identifikasi aktivitas-aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan mana yang tidak. Seyogyanya aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dikurangi atau bahkan dihilangkan. Namun, sering kali kita bisa jumpai di lapangan ada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya tidak memberikan nilai tambah namun tidak bisa dihilangkan. Dalam konteks ini kita akan membedakan aktivitas-aktivitas menjadi tiga, yaitu: a. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah non-value adding dan bisa direduksi atau dihilangkan. 11 I Nyoman Pujawan, op.cit., h. 222. Universitas Sumatera Utara b. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah tapi perlu dilakukan necessary but non value adding. c. Aktivitas yang memang memberikan nilai tambah value adding. Aktivitas produksi, yaitu mengubah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi adalah kegiatan yang memberikan nilai tambah. Nilai tambah tersebut harus dikaitkan dengan perspektif pelanggan. Artinya, perubahan bahan baku menjadi produk jadi adalah sesuatu yang punya nilai bagi pelanggan karena produk tersebut punya fungsi atau bisa dimanfaatkan oleh pelanggan. Kegiatan memindahkan material tidak memberikan nilai tambah, namun seringkali tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan melakukan perombakan dramatis pada tata letak fasilitas produksi. Demikian juga halnya dengan kegiatan transportasi dan penyimpanan. Kedua kegiatan ini tidak memberikan nilai tambah, namun sering kali harus dilakukan. Pada lingkungan manufaktur atau logistik dimana yang dominan adalah aktivitas fisik, aktivitas non value adding biasanya dominan. Secara umum, menurut Hines dan Taylor 2000, rasio ketiga jenis aktivitas diatas adalah sebagai berikut: a. 5 aktivitas yang memberikan nilai tambah. b. 60 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan mungkin bisa dikurangi. c. 35 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, namun perlu dilakukan. Universitas Sumatera Utara

3.9. Sumber Pemborosan