Tabel 6.2. Pendefinisian Waste pada Proses Produksi Kertas
Jenis Waste
Definisi pada Proses Produksi Kertas
Environmental, Health, and Safety
EHS Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh penggunaan
alat pelindung diri atau APD yang tidak konsisten, pengawasan yang kurang terhadap penggunaan APD,
dan pekerja yang merokok saat bekerja
Defects Direct production defect
kecacatan yang ditemui pada stasiun pemeriksaan kualitas visual dan pemeriksaan
kualitas oleh bagian quality assurance dan undirect production defect
kecacatan yang ditemui pada stasiun ream cutter dan bobbin slitter
Waiting Scheduled delay
jadwal penggantian part mesin dan perawatan atau service mesin yang direncanakan oleh
bagian engineering beserta bagian produksi untuk setiap stasiun dan unscheduled delay kejadian yang
tidak terduga saat proses produksi berjalan dan menyebabkan gangguan terhadap proses produksi
Not Utilizing Employees Knowledge, Skill, and
Abilities NUEKSA
Kegiatan yang dilakukan secara berulang pada tahap inspeksi visual
Transportation Sisa pemotongan kertas pada stasiun roll slitter, ream
cutter, dan bobbin slitter
Inventories Inventory
bahan baku dan bahan penolong yang berlebihan
Motion Gerakan yang tidak perlu, didasarkan pada waktu
operasi mesin dan waktu operator untuk memasukkan bahan
Excess Processing Saat dilakukannya rework, dimana harus dilakukan
proses produksi tambahan untuk memproses ulang produk yang mengalami defect, produk return dari
pelanggan, dan sisa pemotongan kertas
Sumber: Pengumpulan dan Pengolahan Data
6.2.2. Measure
Measure merupakan tahap pengukuran untuk mengetahui pencapaian
kinerja perusahaan saat ini berdasarkan waste yang terdapat pada proses produksi. Pada tahap ini juga akan diketahui waste yang paling berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap lead time produksi, kemudian dijadikan sebagai prioritas perbaikan pada tahap selanjutnya.
6.2.2.1.Pengukuran Waste Berdasarkan Frekuensi Kejadian
Pengukuran waste dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan diskusi
dengan pihak-pihak terkait di perusahaan. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari dokumen atau arsip yang dimiliki oleh perusahaan. Pengukuran ini
didasarkan pada frekuensi terjadinya waste. Hasil pengukuran kemudian diurutkan dari persentase waste yang
terbesar hingga terkecil, dimana persentase waste terbesar merupakan yang berpengaruh signifikan terhadap lead time produksi. Rekapitulasi pengukuran
waste ditunjukkan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Rekapitulasi Pengukuran Waste
Waste Frekuensi
Peringkat
Excess Processing 24,46 1
Transportation 16,42 2
Waiting 8,49 3
Defects 7,98 4
Motion 6,49 5
Inventories 5,39 6
Not Utilizing Employees Knowledge, Skill, and Abilities
3,96 7 Environmental, Health, and Safety
EHS 0 8
Overproduction 0 9
Sumber: Pengumpulan dan Pengolahan Data Berdasarkan peringkat yang ditunjukkan pada Tabel 6.3, diketahui
bahwa waste dengan peringkat tertinggi dicapai oleh excess processing. Waste dengan peringkat terendah adalah environmental, health, and safety EHS dan
Universitas Sumatera Utara
overproduction dengan persentase sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua waste tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap lead time produksi kertas. Oleh karena itu, tidak akan dilakukan analisis lebih lanjut terhadap
waste jenis EHS dan overproduction.
Waste jenis excess processing merupakan penggabungan dari waste
jenis defects, not utilizing employees knowledge, skill, and abilities, dan transportation.
Analisis lebih lanjut hanya dilakukan terhadap waste jenis excess processing,
karena dengan mengurangi waste jenis ini, juga sekaligus akan mengurangi waste jenis defects, not utilizing employees knowledge, skill,
and abilities, dan transportation. Berdasarkan hal diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa waste yang berpengaruh signifikan terhadap lead time produksi kertas adalah excess processing, motion, waiting, dan inventories.
6.2.2.2.Identifikasi Critical to Quality CTQ
Critical to quality adalah kebutuhan yang sangat penting dari produk
yang diperlukan oleh pelanggan Pande, 2002. Oleh karena itu, CTQ merupakan atribut-atribut dari sebuah produk yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Jika atribut ini muncul, maka kinerja rantai pasokan perusahaan akan menurun. Penentuan CTQ dilakukan
dengan menggunakan diagram Pareto. Prinsip yang digunakan adalah 8020, yaitu 80 dari problem akan dapat diselesaikan jika penyebab utama yang
umumnya ditimbulkan oleh sekelompok kecil 20 dapat diselesaikan Dale, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Rekapitulasi CTQ dari masing-masing waste yang berpengaruh signifikan terhadap lead time produksi ditunjukkan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Rekapitulasi CTQ dari Masing-masing Waste
Waste CTQ
Excess Processing
Sisa pemotongan kertas Waiting
Scheduled delay dan unscheduled delay
Inventories Sisa bahan CaCO
3,
deformer, dan bahan baku pulp
Motion Gerakan operator yang tidak perlu pada stasiun proses
pembentukan lembaran sheet dan pemotongan jumbo roll. Sumber: Pengumpulan dan Pengolahan Data
6.2.2.3.Pengukuran Kapabilitas Proses Produksi Kertas
Pengukuran kapabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu proses dalam menyelesaikan target sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan software Sigma Calculator. Rekapitulasi hasil pengukuran kapabilitas dapat dilihat pada
Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kapabilitas Waste
Hasil Pengukuran
Excess processing 2,19
Waiting 2,66
Inventories
Bahan baku 3,23
CaCO
3
2,70 Chemical
I 3,26
Deformer 2,93
Chemical II potasium natrium sitrat
3,61 Chemical
II starch 3,34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.5. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kapabilitas Lanjutan Waste
Hasil Pengukuran
Motion Proses pembentukan lembaran sheet 2,87
Proses pemotongan jumbo roll 3,21
Sumber: Pengumpulan dan Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 6.5, diketahui bahwa terdapat proses yang belum
memenuhi batas spesifikasi proses produksi yang ditetapkan, yaitu sebesar 3,4. Hal ini sesuai dengan implementasi nilai sigma untuk standar perusahaan di
Indonesia, yaitu sebesar 3,4. Nilai ini menunjukkan bahwa suatu proses telah memenuhi batas spesifikasi proses produksi yang ditetapkan.
Hasil pengukuran menunjukkan proses dengan nilai yang paling mendekati 3,4 adalah inventory bahan baku, chemical I, chemical II potasium
sitrat, natrium sitrat, dan starch, serta proses pemotongan jumbo roll. Oleh karena itu, harus dilakukan tindakan perbaikan pada setiap proses agar dapat
meningkatkan nilai sigma masing-masing proses tersebut, sehingga batas spesifikasi proses produksi untuk standar perusahaan di Indonesia dapat
tercapai.
6.2.3. Analyze