bila perusahaan menerapkannya untuk memenuhi persyaratan tentang tindakan pencegahan.
3.13.1. Tahapan FMEA
20
Tahapan FMEA sendiri adalah sebagai berikut Manggala, 2005: a.
Menentukan komponen dari sistemalat yang akan dianalisis. b.
Mengidentifikasi potential failure mode atau kegagalan dari proses yang diamati. Tahapan ini difokuskan pada kegagalan-kegagalan yang terjadi
selama proses yang terkait dengan produk. Prosesnya dilakukan dengan menganggap materialpart input dalam kondisi baik, mendengarkan apa kata
pelanggan, menggunakan pengalaman, data, logika, serta mencari informasi apakah terdapat proses yang sama sebagai pembanding.
c. Mengidentifikasi akibat potential effect yang ditimbulkan dari potential
failure mode. Akibat dari kegagalan harus mempertimbangkan hal-hal
berikut: akibat pada proses-proses berikutnya, akibat pada pelanggan akhir, dan akan mempengaruhi angka severity.
d. Mengidentifikasi penyebab potential cause dari failure mode yang terjadi
pada proses yang berlangsung. e.
Menetapkan nilai-nilai dengan jalan observasi lapangan dan brainstorming dalam point:
1 Keseriusan akibat kesalahan terhadap proses lokal, lanjutan dan terhadap
konsumen severity.
20
Dyadem Engineering Corporation, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries
Kanada: CRC Press, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2 Frekuensi terjadinya kesalahan occurrence.
3 Alat kontrol akibat potential cause detection.
4 Nilai RPN Risk Potential Number didapatkan dengan jalan mengalikan
nilai SOD Severity, Occurrence, Detection. f.
Nilai RPN menunjukkan keseriusan dari potential failure. Semakin tinggi nilai RPN, maka menunjukkan semakin bermasalah. Tidak ada angka acuan
RPN untuk melakukan perbaikan. Segera lakukan perbaikan terhadap potential cause
, alat kontrol, dan efek yang diakibatkan. Dalam menyelesaikan masalah yang ada, ditentukan dengan menghitung
nilai resiko prioritas RPN yang merupakan perkalian antara nilai keparahan severity, kejadian occurence, dan deteksi detection. Adapun tabel
perhitungan RPN dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Tabel Perhitungan RPN Potential
Failure Mode
Potentia l Effect
of Failure
Seve rity
Potential Cause
Mechanism Failure
Occu rence
Current Design
Control Detec
tion RPN
Recommende d Action
Sumber: Andianto, Laporan FMEA Pompa Sanitari
Variabel-variabel dari RPN, yaitu severity, occurence, dan detection dijelaskan sebagai berikut:
a. Severity
S
Universitas Sumatera Utara
Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode
kegagalan terhadap keseluruhan proses atau sistem. Severity rate antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat
besar terhadap proses atau sistem. Penilaian keparahan atau severity rate dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Severity Rate
Efek Kriteria Peringkat
Tidak ada Kegagalan terlihat jelas oleh operator dan tidak memiliki pengaruh
pada lead time produksi kertas 1
Sangat kecil
Tidak ada efek berkelanjutan, gangguan sangat kecil pada lead time produksi kertas
2
Kecil Efek dapat terlihat, tetapi hanya efek yang kecil, gangguan kecil pada
lead time produksi kertas
3
Minor Dampak pada proses hilir dan atau lokal, gangguan minor pada lead
time produksi kertas
4
Sedang Dampak dapat terlihat sepanjang proses, gangguan sedang pada lead
time produksi kertas
5 Cukup
tinggi Gangguan pada proses selanjutnya, gangguan cukup tinggi pada lead
time produksi kertas
6
Tinggi Gangguan berarti pada proses, gangguan tinggi pada lead time
produksi kertas 7
Sangat tinggi
Gangguan berarti dan berdampak secara finansial, gangguan sangat tinggi pada lead time produksi kertas
8
Berbahaya Gangguan menyebabkan kemungkinan efek berbahaya yang tinggi,
gangguan berbahaya pada lead time produksi kertas 9
Sangat berbahaya
Gangguan menyebabkan kemungkinan besar efek berbahaya, gangguan sangat berbahaya pada lead time produksi kertas
10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation, 2003
b. Occurence
O
Universitas Sumatera Utara
Occurence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau
kegagalan. Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu pada proses atau sistem.
Occurence rate antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang
terjadi memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat sering terjadi. Penilaian
frekuensi kegagalan atau occurence rate dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7.
Occurence Rate Kriteria Peringkat
Hampir pasti tidak mungkin Kegagalan mustahilterkecil yang terjadi
1 Kemungkinan jarang
Kemungkinan kegagalan jarang terjadi 2
Kemungkinan sangat sedikit Kemungkinan kegagalan sangat sedikit terjadi
3 Kemungkinan sedikit
Kemungkinan kegagalan sedikit terjadi 4
Kemungkinan kadang-kadang Kemungkinan kegagalan kadang-kadang terjadi
5 Kemungkinan sedang
Kemungkinan kegagalan sedang 6
Kemungkinan cukup sering Kemungkinan kegagalan cukup sering terjadi
7 Kemungkinan sering
Kemungkinan kegagalan sering terjadi 8
Kemungkinan sangat sering Kemungkinan kegagalan sangat sering terjadi
9
Tabel 3.7. Occurence Rate Lanjutan
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Peringkat
Kemungkinan selalu Kegagalan hampir selalu terjadi
10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation, 2003
c. Detection
D Detection
diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan.
Detection rate berkisar antara 1 sampai 10. Penilaian deteksi atau detection rate
dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Detection Rate
Kemungkinan Mendeteksi
Kriteria Peringkat
Hampir pasti Alat kontrol hampir pasti dapat mendeteksi adanya kegagalan
1 Sangat tinggi
Alat kontrol sangat mungkin dapat mendeteksi adanya kegagalan
2 Tinggi
Alat kontrol sangat efektif untuk mendeteksi adanya kegagalan 3
Agak tinggi Alat kontrol efektif untuk mendeteksi adanya kegagalan
4 Sedang
Alat kontrol cukup efektif untuk mendeteksi adanya kegagalan 5
Agak rendah Alat kontrol kurang efektif untuk mendeteksi adanya kegagalan
6 Rendah
Kemampuan alat kontrol rendah untuk mendeteksi adanya kegagalan
7 Sangat rendah
Alat kontrol sulit mendeteksi kegagalan 8
Jarang Alat kontrol
sangat sulit untuk mendeteksi adanya kegagalan 9
Hampir pasti tidak mungkin
Alat kontrol hampir pasti tidak mungkin dapat mendeteksi adanya kegagalan
10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation, 2003
Universitas Sumatera Utara
3.14. M S