Keterangan: Aliran bahan baku sampai menjadi produk, dari supplier hingga
sampai ke customer. Aliran proses bisnis internal yang terjadi pada supplier,
perusahaan, dan customer. SCOR
Thread Diagram pada Gambar 5.2 menjelaskan aliran proses
bisnis perusahaan dengan supplier dan customer atau pelanggannya secara lebih jelas. Penggambaran proses bisnis supplier dan pelanggan tidak digambarkan
sepenuhnya dikarenakan tidak tersedia informasi mengenai hal tersebut. Proses bisnis yang digambarkan adalah proses yang langsung berhubungan dengan
pihak perusahaan.
5.1.2. Aliran Informasi
dan Aliran Fisik 5.1.2.1.Aliran Informasi Proses Bisnis
Aliran informasi dalam proses bisnis dimulai dari adanya pesanan pelanggan melalui purchase order atau manufacturing order yang ditujukan
kepada bagian customer service perusahaan. Flowchart aliran informasi di PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3. Flowchart Aliran Informasi
Sumber: PT. XYZ
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2.Aliran Fisik Proses Produksi
Aliran fisik proses produksi kertas di PT. XYZ terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan bahan, tahap pembuatan kertas di paper machine, dan
tahap penyelesaian atau finishing.. Blok diagram proses produksi kertas di PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar
5.4. Value stream mapping untuk satu siklus proses produksi kertas di PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4. Blok Diagram Proses Produksi Kertas
Sumber: PT. XYZ
Tahap Penyelesaian
Produk Pemotongan dan pelarutan bahan baku
Penyaringan Penghancuran dan pemecahan serat
Penguraian dan pembersihan bahan baku
Pembentukan lembaran sheet Pembersihan
Pemberian deformer Pencampuran Bahan Baku
Penggulungan jumbo roll Pengeringan
Pemberian garis horizontal Pengepresan
Pemotongan jumbo roll Pemberian logo
Bentuk Bobbin Bentuk Ream
Pengepakan Tahap
Persiapan Bahan
Tahap Pembuatan
Kertas
Tahap Penyelesaian
Produk
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.5. Value Stream Mapping untuk Satu Siklus Proses Produksi Kertas
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan dengan Pendekatan SCOR
Atribut kinerja yang digunakan untuk pengukuran kinerja rantai pasokan PT. XYZ dengan menggunakan pendekatan SCOR adalah reliability,
responsiveness, dan flexibility. Ketiga atribut kinerja ini termasuk atribut yang
berhubungan dengan pelanggan customer facing. Metrik kinerja dalam pendekatan SCOR yang digunakan adalah metrik kinerja level 1. Pengukuran
kinerja rantai pasokan yang dilakukan menggunakan data bulan Januari sampai Juni 2013. Metrik kinerja level 1 dalam pendekatan SCOR dapat dilihat pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Metrik Kinerja Level 1 dalam SCOR Kategori 1:
Customer Facing Atribut Kinerja
Metrik Kinerja Definisi
Supply chain delivery reliability
Delivery performance Persentase order terkirim sesuai jadwal
dan sepenuhnya pada pelanggan
Perfect order fulfillment Persentase order yang terkirim tepat
waktu dan sepenuhnya, sesuai dengan pesanan secara sempurna tanpa ada
kesalahan
Supply chain responsiveness
Order fulfillment lead time
Jumlah hari dari menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan
Supply chain flexibility
Supply chain response time
Jumlah hari rantai pasokan untuk merespon perubahan permintaan
signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti
Production flexibility Jumlah hari untuk meraih 20
perubahan pesanan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti
Sumber: Russell and Taylor, 2006
Nilai perbandingan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja saat ini adalah nilai benchmark dari Supply Chain Council SCC, yaitu nilai
best in class untuk setiap metrik kinerja dan nilai target yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Nilai best in class dan target perusahaan untuk setiap metrik kinerja dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Nilai Best in Class dan Target Perusahaan
Metrik Kinerja Nilai
Best in Class SCC
Nilai Target Perusahaan
Delivery performance 93 95
Perfect order fulfillment 92,4 95
Order fulfillment lead time
135 hari 25 hari
Supply chain response time
- - Production flexibility
- -
Sumber: SCC dan PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.3, maka akan diketahui apakah kinerja rantai pasokan saat ini telah mencapai target atau belum mencapai target. Metrik
kinerja yang belum mencapai target akan dijadikan sebagai objek yang akan diperbaiki untuk ditingkatkan kinerjanya dengan menggunakan Lean Six Sigma.
5.1.3.1.Pengukuran Atribut Kinerja Reliability
Reliability merupakan atribut kinerja yang mengukur kehandalan kinerja
rantai pasokan dalam memenuhi order pelanggan dan kualitas produk yang dihasilkan. Metrik kinerja pada atribut reliability adalah delivery performance
dan perfect order fulfillment. a.
Delivery Performance Delivery performance
didefinisikan sebagai persentase order terkirim sesuai jadwal dan sepenuhnya pada pelanggan. Pengukuran ini dilakukan dengan
menggunakan data purchase order dan delivery order yang dimiliki perusahaan. Perhitungan delivery performance adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
order Jumlah
delivery time
On
x 100 =
59 53
x 100 = 89,83 Hasil perhitungan delivery performance untuk bulan Januari sampai Juni
2013 dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Delivery Performance
Bulan Jumlah
order On time
delivery Jumlah
order terlambat
Delivery performance
Januari 59 53 6 89,83
Februari 42 36
6 85,71 Maret 49 42
7 85,71 April 62 53
9 85,48 Mei 59 51 8 86,44
Juni 56 49 7 87,50
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa PT. XYZ belum memiliki kinerja yang baik untuk metrik kinerja delivery performance. Perusahaan
memiliki target sebesar 95, akan tetapi target belum dapat tercapai sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan. Melalui Tabel 5.4, juga dapat
diketahui bahwa persoalan pemenuhan order pelanggan memang menjadi suatu masalah penting bagi perusahaan karena kinerja saat ini belum dapat mencapai
target perusahaan. Hasil pencapaian perusahaan saat ini masih dibawah nilai best in class
jika dibandingkan dengan benchmark kinerja yang dibuat oleh Supply Chain Council, yaitu sebesar 93.
b. Perfect Order Fulfillment
Perfect order fulfillment didefinisikan sebagai persentase order yang
terkirim tepat waktu dan sepenuhnya, sesuai dengan pesanan secara sempurna tanpa ada kesalahan. Pengukuran metrik kinerja ini menggunakan data yang
sama dengan pengukuran delivery performance, ditambah dengan data return
Universitas Sumatera Utara
order. Berdasarkan data purchase order, delivery order, return order, serta
penjelasan dari bagian quality assurance, selama bulan Januari hingga Juni 2013 pernah terjadi satu kali komplain dari pelanggan mengenai kualitas produk
karena memiliki kecacatan yang tidak dapat diterima customer. Kecacatan terjadi pada saat proses produksi, sehingga produk tersebut dikembalikan dan
diganti oleh pihak perusahaan. Kecacatan yang terjadi adalah sekitar 10 dari total kuantitas produk
yang dipesan, yaitu pada salah satu jenis grade. Perusahaan tidak menetapkan batas jumlah produk cacat yang dapat diganti, dikarenakan perusahaan sangat
mengutamakan kepuasan pelanggan. Akibat dari komplain ini, persentase perfect order fulfillment
pada bulan Januari menjadi berkurang. Perhitungan perfect order fulfillment
adalah sebagai berikut:
order order
perfect Jumlah
Jumlah
x 100 =
59 52
x 100 = 88,14 Hasil perhitungan perfect order fulfillment untuk bulan Januari sampai
Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Perfect Order Fulfillment
Bulan Jumlah
order Jumlah
perfect order Jumlah
non perfect order
Perfect Order Fulfillment
Januari 59 52 7 88,14
Februari 42 36
6 85,71 Maret 49 42
7 85,71 April 62 53
9 85,48 Mei 59 51 8 86,44
Juni 56 49 7 87,50
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa nilai perfect order fulfillment belum mencapai target, dimana perusahaan juga menetapkan target sebesar 95
Universitas Sumatera Utara
untuk metrik kinerja ini. Nilai best in class untuk metrik kinerja ini adalah sebesar 92,4. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa kinerja rantai pasokan
perusahaan untuk metrik kinerja ini juga tidak tergolong dalam level best in class.
Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja perfect
order fulfillment.
5.1.3.2.Pengukuran Atribut Kinerja Responsiveness
Responsiveness merupakan atribut kinerja yang mengukur kecepatan
waktu respon rantai pasokan perusahaan dalam memenuhi order dari pelanggan. Metrik kinerja pada atribut responsiveness adalah order fulfillment lead time.
Order fulfillment lead time didefinisikan sebagai jumlah hari dari
menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan. Data yang digunakan untuk pengukuran metrik kinerja ini adalah data purchase order dan delivery
order. Perhitungan order fulfillment lead time adalah sebagai berikut:
Tanggal pengiriman order – Tanggal pemesanan order = 14 Maret 2013 – 07 Januari 2013
= 66 Hari Hasil perhitungan order fulfillment lead time selama bulan Januari
sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Order Fulfillment Lead Time
Data Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Lead time maksimum hari
66 41
54 46
42 37
Lead time minimum hari
1 3
5 10
Rata-rata lead time hari 15 12 16 17 19
15
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa rata-rata lead time paling besar terdapat pada bulan Mei, yaitu 19 hari. Perusahaan membuat target untuk rata-
rata lead time terbesar adalah 25 hari, sehingga rata-rata lead time saat ini sudah melebihi target yang ditetapkan. Akan tetapi, lead time maksimum memiliki
perbandingan yang sangat jauh terhadap target rata-rata yang ditetapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan hal ini, lead time maksimum harus menjadi perhatian khusus bagi perusahaan untuk dapat diminimalkan agar semua order dapat
dipenuhi sesuai target. Nilai best in class untuk metrik kinerja ini adalah 135 hari. Oleh karena itu, nilai rata-rata dan nilai maksimum order fulfillment lead
time perusahaan saat ini tergolong dalam level best in class karena berada
dibawah nilai best in class yang ditetapkan.
5.1.3.3.Pengukuran Atribut Kinerja Flexibility
Flexibility merupakan atribut kinerja yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam beradaptasi terhadap perubahan atau variasi permintaan pelanggan, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang
panjang. Metrik kinerja pada atribut flexibility adalah supply chain response time dan production flexibility.
a. Supply Chain Response Time
Supply chain response time didefinisikan sebagai jumlah hari rantai
pasokan untuk merespon perubahan permintaan signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti. Untuk mengukur metrik kinerja ini, terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
dilakukan perbandingan antara peramalan produksi dengan produksi aktual untuk mengetahui kapan terjadi variasi permintaan pelanggan yang signifikan.
Data peramalan produksi bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Data Peramalan Produksi Berdasarkan Grade Kertas
No Grade
Jumlah Produksi Ton Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 505818254242 15 8
10 15
64 3
2 5050 40
20 72
1 70
3 B35C 4
4 1
2 2
7 4 2724T
4 15
15 1
15 5 150T
2 1
1 1
6 553550 1
1 25
7 773C170T 41
54 41
85 20
1 8 AA
260 240
250 146
140 120
9 PW25PW27 1
23 1
50 50
90 10 Repse
2530 1
1 1
10 83
11 Booklet 3
1 3
12 2735C
1 0 49 1 5 0 13 2435
1 1
1 1
Total Produksi 374
366 355
393 293
415
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Data produksi aktual bulan Januari sampai Mei 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Data Produksi Aktual Berdasarkan Grade Kertas
No Grade
Jumlah Produksi Ton Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 505818254242 21 7
8 14
69 2 5050
41 19
76 3
60 3 B35C
2 7
12 4 2724T
14 12
12 5 150T
1 6 553550
20 7 773C170T
48 56
43 79
17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Data Produksi Aktual Berdasarkan Grade Kertas Lanjutan
No Grade
Jumlah Produksi Ton Jan Feb Mar Apr Mei Jun
8 AA 305
236 243
115 157
96 9 PW25PW27
42 46
49 100
10 Repse 2530
16 72
11 Booklet 12 2735C
57 6
13 2435
Total Produksi 417
381 352
342 317
372 Total
Grade 5 7 5 6 7
7
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Data peramalan produksi pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa data peramalan tersebut selalu berbeda dengan produksi aktual yang terjadi seperti
ditunjukkan pada Tabel 5.8. Hal ini menunjukkan bahwa selalu terjadi fluktuasi permintaan pelanggan dan sangat sulit untuk membuat peramalan dengan tepat.
Data peramalan produksi dibuat berdasarkan data masa lalu yang dimiliki perusahaan dengan mempertimbangkan aspek eksternal terkait dengan
perusahaan customer. Melalui Tabel 5.7 yang dibandingkan dengan Tabel 5.8, dapat diketahui
perbedaan jumlah produksi yang paling signifikan terjadi pada bulan Januari, yaitu untuk grade AA. Selisih jumlah peramalan produksi dengan produksi
aktual tersebut adalah sebesar 45 ton. Oleh karena itu, data ini akan digunakan untuk mengukur metrik kinerja supply chain response time.
Grade AA hanya dipesan oleh satu pelanggan yang rutin memesan grade
ini setiap bulannya. Grade ini dipesan pada tanggal 7 Januari 2013 dan diminta untuk dikirim pada beberapa due date. Due date yang diberikan untuk order ini
dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Due Date untuk Order AA
Due Date Kuantitas
Order Ton Waktu Tiba
5 Februari 2013 76,25
29 Januari 2013 12 Februari 2013
76,25 7 Februari 2013
19 Februari 2013 76,25
14 Februari 2013 26 Februari 2013
76,25 24 Februari 2013
Total Order 305
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Selanjutnya, waktu ini akan dibandingkan dengan waktu ideal pemenuhan order dengan mempertimbangkan waktu perencanaan, lead time
supplier, lead time produksi, dan waktu pengiriman.
1 Waktu perencanaan
Waktu perencanaan terdiri atas waktu proses order oleh bagian customer service
dan waktu perencanaan kegiatan serta kebutuhan oleh bagian PPIC. Waktu perencanaan dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Waktu Perencanaan Data Jumlah
Hari
Rata-rata waktu proses order 1
Rata-rata waktu perencanaan kegiatan dan kebutuhan
1
Total Waktu Perencanaan 2
Sumber: Informasi dari Bagian Customer Service
2 Lead Time Supplier
Supplier PT. XYZ tidak hanya berada di Indonesia, tetapi juga berada diluar
negeri. Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dikirim dari luar negeri secara langsung dengan menggunakan kapal atau pesawat terbang, namun pada
umumnya supplier mengirimnya dengan kapal. Bahan baku untuk membuat kertas adalah bubur kertas atau wood pulp.
Universitas Sumatera Utara
Wood pulp terbagi lagi menjadi dua, yaitu serat pendek atau soft wood dan
serat panjang atau hard wood. Kedua bahan inilah yang dikirim langsung dari luar negeri. Secara umum, bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi kertas
terbagi atas empat jenis, yaitu pulp, CaCO
3,
chemical, dan deformer. Pulp
merupakan bahan baku, sedangkan lainnya merupakan bahan penolong dalam kegiatan produksi. Berdasarkan informasi dari bagian purchasing dan produksi,
lead time yang dibutuhkan oleh supplier untuk memenuhi permintaan
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Lead Time Supplier
Bahan Rata-rata
Lead Time
Maksimum Lead
Time
Pulp luar negeri
2 Bulan 3 Bulan
CaCO
3,
chemical, dan
deformer luar negeri
2 Bulan 3 Bulan
CaCO
3,
chemical, dan
deformer dalam negeri
3 Minggu 1,5 Bulan
Sumber: Informasi dari Bagian Purchasing dan Produksi
Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa rata-rata lead time supplier yang berada diluar negeri adalah 2 bulan, sedangkan supplier dalam negeri adalah 3
minggu. Perusahaan selalu menyediakan inventory bahan baku untuk keperluan selama 1,5 bulan kedepan, sehingga saat ada pesanan, perusahaan tidak perlu
menunggu bahan baku datang dari supplier karena akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk pemenuhan order.
Berdasarkan informasi dari bagian PPIC, tidak dilakukan pemesanan bahan baku tambahan untuk memproduksi order ini dikarenakan stok bahan baku yang
dimiliki masih cukup.
Universitas Sumatera Utara
3 Waktu Produksi
Bahan baku yang digunakan untuk satu siklus produksi adalah sebesar 500 kg untuk masing-masing jenis pulp NBKP dan LBKP dengan sistem batch.
Hasil yang dapat diperoleh adalah sekitar 98 dari total bahan baku yang digunakan. Kapasitas produksi mesin adalah 18 ton per hari dengan tiga shift
kerja. Perhitungan waktu produksi adalah sebagai berikut:
produksi Kapasitas
Jumlah order
=
Ton 18
Ton 6,25
7
= 4,24 Hari ≈ 5 Hari
Maka, untuk dapat menghasilkan kertas dari 76,25 ton bahan baku, secara ideal dibutuhkan waktu selama 5 hari. Proses penyelesaian atau finishing terdiri
atas proses pemotongan kertas menjadi lembaran-lembaran dan proses pemeriksaan kualitas kertas secara visual. Customer menghendaki order ini
dalam bentuk ream, sehingga bentuk bobbin tidak diperhitungkan. Proses pemotongan ini dilakukan oleh mesin dan berlangsung dengan cepat,
sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tahap ini. Sedangkan, untuk proses pemeriksaan kualitas membutuhkan waktu yang cukup lama karena
harus memeriksa kualitas setiap lembaran kertas dengan teliti. Proses packaging terdiri atas proses penyusunan ream kertas didalam pallet
dan proses pemberian label. Proses ini juga disertai dengan pemeriksaan kualitas lagi sebelum dimasukkan kedalam pallet, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama
pada tahap ini. Waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan 1 pack kertas tidak bisa ditentukan secara pasti, dikarenakan hal ini tergantung oleh kualitas
kertas yang diperiksa.
Universitas Sumatera Utara
Jika terdapat kecacatan, maka harus dipisahkan dan dikumpulkan, kemudian diberi tanda jenis kecacatan yang terdapat pada lembaran kertas tersebut. Akan
tetapi, bagian produksi menyatakan dapat diperkirakan rata-rata waktu yang dibutuhkan, yaitu 20 menit untuk penyelesaian 1 pack kertas.
4 Waktu Pengiriman
Waktu pengiriman merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengirim order kepada pelanggan dimulai dari waktu keberangkatan order dari gudang
perusahaan hingga sampai ditempat pelanggan tujuan. Transportasi yang digunakan terdiri atas angkutan darat, laut, dan udara.
Pada umumnya, perusahaan menggunakan angkutan laut untuk pengiriman ke luar wilayah Sumatera Utara, dan menggunakan angkutan darat untuk
pengiriman ke wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Penggunaan angkutan udara hanya digunakan apabila ada permintaan khusus dari pelanggan yang
menginginkannya saja dan hanya jika kuantitas pesanan sedikit. Rata-rata waktu pengiriman order kepada pelanggan selama bulan Januari hingga Juni 2013
dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Rata-rata Waktu Pengiriman Order
Tujuan Lama Pengiriman
Pengiriman Laut Vessel Jawa Timur
4 Hari Bekasi 2
Hari Malaysia 1
Hari Pengiriman Darat Truck
Pematang Siantar 1 Hari ±5 Jam
Jawa Timur 9 Hari
Bekasi 5 Hari
Pengiriman Udara Malaysia
1 Hari ±1 Jam
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Universitas Sumatera Utara
Pihak perusahaan juga harus mempertimbangkan waktu tunggu produk di gudang apabila belum tersedianya moda atau transportasi yang digunakan.
Berdasarkan informasi dari bagian customer service, rata-rata waktu tunggu produk di gudang adalah 1 hari. Perusahaan biasanya telah membuat jadwal dan
kontrak terlebih dahulu dengan pihak transportasi. Apabila transportasi dibutuhkan secara tiba-tiba tanpa ada perjanjian sebelumnya, pada umumnya
waktu yang dibutuhkan untuk menunggu ketersediaan transportasi tersebut hanya 1 hari karena perusahaan transportasi yang bersangkutan selalu
mengusahakan agar transportasi yang dibutuhkan segera tersedia. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan terhadap waktu perencanaan,
waktu produksi, dan waktu pengiriman, dapat dibuat rekapitulasi untuk response time
ideal proses produksi grade AA pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Rekapitulasi Response Time Ideal
Data Response Time
Ideal Hari
Waktu Perencanaan 2
Waktu Produksi 5
Waktu Pengiriman 4
Waktu Tunggu di Gudang 1
Total 12
Sumber: Perhitungan Waktu Berdasarkan Data Sekunder
Waktu perencanaan hanya dibutuhkan satu kali untuk setiap order. Maka, waktu perencaan hanya ikut diperhitungkan pada response time untuk due date
pertama, yaitu tanggal 5 Februari 2013. Oleh karena itu, untuk ketiga due date selanjutnya, response time idealnya adalah 10 hari. Berdasarkan data purchase
order, diketahui bahwa order ini mengalami revisi satu kali dikarenakan
persoalan harga produk yang dipesan telah mengalami kenaikan.
Universitas Sumatera Utara
Proses revisi tersebut selesai pada tanggal 15 Januari 2013, sehingga order tersebut baru dapat diproduksi pada tanggal 15 Januari 2013 untuk produk pada
due date yang pertama. Perhitungan response time aktual per due date untuk
order ini adalah sebagai berikut:
Waktu tiba – Waktu mulai produksi = 29 Januari 2013 – 15 Januari 2013
= 14 Hari Maka, hasil perhitungan response time aktual per due date untuk order ini
dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Hasil Perhitungan Response Time Aktual per Due Date
Due Date Waktu Mulai
Produksi Waktu Tiba
Response Time Aktual Hari
5 Februari 2013 15 Januari 2013
29 Januari 2013 14
12 Februari 2013 20 Januari 2013
7 Februari 2013 18
19 Februari 2013 26 Januari 2013
14 Februari 2013 19
26 Februari 2013 31 Januari 2013
24 Februari 2013 24
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Perbandingan antara response time aktual dengan response time ideal dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Perbandingan antara Response Time Aktual dengan Response
Time Ideal Due Date
Response Time Aktual Hari
Response Time Ideal Hari
5 Februari 2013 14 12
12 Februari 2013 18
10 19 Februari 2013
19 10
26 Februari 2013 24
10
Sumber: Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.15, terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara response time
aktual dengan response time ideal untuk due date pertama hingga
Universitas Sumatera Utara
keempat. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu, metrik kinerja ini belum mencapai target, sehingga
harus dievaluasi untuk dapat meningkatkan kinerjanya. b.
Production Flexibility Production flexibility
didefinisikan sebagai jumlah hari untuk meraih 20 perubahan pesanan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti. Perhitungan
ini dilakukan dengan menggunakan data produksi pada bulan Januari sampai Juni 2013. Perhitungan production flexibility adalah sebagai berikut:
1 Jumlah Sisa Hari Tersedia
PT. XYZ melakukan kegiatan produksi setiap hari selama 24 jam. Proses produksi hanya berhenti pada saat tertentu untuk maintenance mesin dan
peralatan produksi yang telah dijadwalkan oleh bagian engineering dan bagian produksi atau disebut dengan scheduled delay. Selain itu, terdapat juga penyebab
yang tidak terduga atau disebut unscheduled delay. Perhitungan total hari untuk scheduled delay
dan unscheduled delay adalah sebagai berikut:
Jam 24
delay d
Unschedule +
delay Scheduled
=
Jam 24
Jam 28,27
Jam 20,09
=
Jam 24
Jam 48,36
= 2,02 Hari Hasil perhitungan total hari untuk scheduled delay dan unscheduled delay
dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.16. Hasil Perhitungan Total Hari untuk Scheduled dan Unscheduled
Delay
Bulan Scheduled
Delay Jam Unscheduled
Delay Jam Total
Scheduled dan
Unscheduled Delay Jam
Total Scheduled
dan Unscheduled
Delay Hari
Januari 20,09 28,27
48,36 2,02
Februari 13,44 28,22
41,66 1,74
Maret 10,37 33,70
44,06 1,84
April 23,52 38,98
62,50 2,60
Mei 73,30 34,97 108,26
4,51 Juni 18,72 36,00
54,72 2,28
Sumber: Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Scheduled dan unscheduled delay menyebabkan jumlah hari yang tersedia
dalam sebulan untuk berproduksi menjadi berkurang. Perhitungan jumlah sisa hari yang tersedia untuk kegiatan produksi adalah sebagai berikut:
Jumlah hari dalam sebulan - Total hari scheduled delay dan unscheduled delay = 31 – 2,02
= 28,98 Hari Hasil perhitungan jumlah sisa hari yang tersedia untuk kegiatan produksi
dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Jumlah Sisa Hari Tersedia Data Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Jumlah hari dalam sebulan Hari 31
28 31
30 31
30 Scheduled delay
dan unscheduled delay
Hari 2,02 1,74 1,84 2,60 4,51 2,28
Jumlah sisa hari tersedia Hari 28,98
26,26 29,16 27,4
26,49 27,72
Sumber: Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
2 Jumlah Hari yang Digunakan untuk Produksi
Jumlah hari yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam sebulan dipengaruhi oleh jumlah pesanan, kapasitas produksi, dan jumlah hari yang
Universitas Sumatera Utara
tersedia. Untuk memproduksi pesanan sebanyak 417 ton pada bulan Januari dengan kapasitas produksi 18 ton per hari, dibutuhkan waktu selama 24 hari.
Perhitungan jumlah waktu yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
produksi Kapasitas
pesanan Jumlah
=
Ton 18
Ton 17
4
= 24 Hari Akan tetapi, pada kenyataannya waktu yang dibutuhkan adalah 28,98
≈ 29 hari. Pada bulan Februari hingga Juni juga terjadi hal yang sama, dimana jumlah
hari untuk produksi lebih banyak daripada yang seharusnya. Bagian produksi mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh penggunaan
mesin secara continue yang menyebabkan proses produksi harus terus berjalan. Jika order untuk bulan ini sudah diproduksi semuanya, maka akan langsung
dilanjutkan dengan proses produksi untuk order bulan selanjutnya. 3
Sisa Hari yang Tersedia Sisa hari yang tersedia merupakan selisih antara jumlah sisa hari tersedia
dengan jumlah hari yang digunakan untuk kegiatan produksi. Dalam hal ini, untuk setiap bulannya tidak terdapat available day dikarenakan seluruh hari
yang tersedia digunakan untuk memproduksi order pelanggan. 4
Peningkatan Produksi Peningkatan produksi yang ditetapkan adalah sebesar 20. Perhitungan
jumlah peningkatan produksi untuk bulan Januari adalah sebagai berikut: Jumlah pesananorder x 20 = 417 Ton x 20 = 83,40 Ton
Maka, pada bulan Februari, jumlah peningkatan produksi adalah sebanyak 76,20 ton, bulan Maret sebanyak 70,40 ton, bulan April sebanyak 68,40 ton,
bulan Mei sebanyak 63,40 ton, dan bulan Juni sebanyak 74,40 ton.
Universitas Sumatera Utara
5 Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Penyelesaian Peningkatan Produksi
Production Flexibility Jumlah hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian peningkatan produksi
dipengaruhi oleh kuantitas peningkatan produksi dan kapasitas produksi. Perhitungan jumlah hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian peningkatan
produksi production flexibility bulan Januari adalah sebagai berikut:
produksi Kapasitas
produksi n
peningkata Jumlah
=
Ton 18
Ton 83,40
= 4,63 Hari ≈ 5 Hari
Maka, jumlah hari yang dibutuhkan production flexibility untuk bulan Januari, Februari, dan Juni adalah sekitar 5 hari, sedangkan bulan Maret sampai
Mei adalah sekitar 4 hari. Rekapitulasi hasil perhitungan production flexibility dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Production Flexibility
Data Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jumlah hari dalam sebulan Hari 31
28 31
30 31
30 Scheduled delay
dan unscheduled delay
Hari 2,02 1,74 1,84 2,60 4,51 2,28
Jumlah sisa hari tersedia Hari 28,98
26,26 29,16 27,4
26,49 27,72
Total order Ton
417 381 352 342 317 372 Jumlah hari yang digunakan untuk
produksi Hari 28,98 26,26 29,16 27,4 26,49 27,72
Sisa hari yang tersedia Hari Jumlah peningkatan produksi
sebesar 20 Ton 83,40 76,20 70,40 68,40 63,40 74,4
Production flexibility Hari
5 5 4 4 4 5
Sumber: Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.18, diketahui bahwa tidak terdapat sisa hari untuk memenuhi 20 perubahan pesanan dari pelanggan. Pihak produksi menyatakan
bahwa, sebenarnya pabrik mampu untuk memenuhi hal ini dikarenakan selama
Universitas Sumatera Utara
bulan Januari sampai Juni 2013 tidak pernah terjadi penambahan order secara tiba-tiba dari pelanggan saat kegiatan produksi untuk order awal sudah
dijalankan, sehingga pabrik hanya memproduksi order yang memang telah disepakati dari awal.
Jika proses produksi untuk order bulan depan tidak dilakukan terlebih dahulu, maka masih terdapat sisa hari yang tersedia untuk dapat memenuhi
peningkatan permintaan tersebut. Perhitungan jumlah hari yang digunakan untuk produksi dengan proses produksi ideal adalah sebagai berikut:
produksi Kapasitas
pesanan Jumlah
order
=
Ton 8
1 on
T 417
= 23,17 Hari Perhitungan sisa hari yang tersedia dengan proses produksi ideal untuk bulan
Januari adalah sebagai berikut: Jumlah sisa hari tersedia - Jumlah hari yang digunakan untuk produksi
= 28,98 Hari – 23,17 Hari = 5,81 Hari
Rekapitulasi hasil perhitungan production flexibility dengan proses produksi yang ideal dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Production Flexibility dengan
Proses Produksi Ideal Data Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Jumlah hari dalam sebulan Hari 31
28 31
30 31
30 Scheduled delay
dan unscheduled delay
Hari 2,02 1,74 1,84 2,60 4,51 2,28
Jumlah sisa hari tersedia Hari 28,98
26,26 29,16 27,40
26,49 27,72
Total order Ton 417 381 352 342 317 372
Jumlah hari yang digunakan untuk produksi Hari
23,17 21,17 19,56 19,00 17,61 20,67
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Production Flexibility dengan
Proses Produksi Ideal Lanjutan Data Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Sisa hari yang tersedia Hari 5,81
5,09 9,60
8,40 8,88
7,05 Jumlah peningkatan produksi
sebesar 20 Ton 83,40 76,20 70,40 68,40 63,40 74,40
Production flexibility Hari
5 5 4 4 4 5
Sumber: Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan oleh pihak produksi dan perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 5.19, maka dapat disimpulkan bahwa
pabrik masih mampu memenuhi 20 order apabila terjadi peningkatan permintaan secara tiba-tiba dari pelanggan, dikarenakan sisa hari yang tersedia
lebih banyak daripada jumlah hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian peningkatan produksi production flexibility. Maka, metrik kinerja ini sudah
mencapai target, sehingga tidak dibutuhkan perbaikan atau evaluasi untuk metrik kinerja ini.
5.1.4. Penentuan Objek Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan