biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.
3.2. Pengukuran Kinerja
Supply Chain Output
3
Beberapa parameter pengukuran kinerja supply chain output adalah sebagai berikut:
a. Penjualan, yaitu total pendapatan.
b. Keuntungan, yaitu total pendapatan dikurangi dengan pengeluaran.
c. Tingkat pemenuhan, yaitu jumlah order yang dapat dipenuhi atau selesai
dengan segera. d.
Pengiriman tepat waktu on time deliveries, yaitu mengukur kinerja item, order,
atau pengiriman produk. e.
Backorderstockout, yaitu mengukur kinerja item, order, atau ketersediaan produk.
f. Waktu respon pelanggan customer response time, yaitu jumlah waktu
antara pemesanan hingga pengiriman order. g.
Manufacturing lead time, yaitu total jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu item atau batch.
h. Kesalahan pengiriman, yaitu jumlah kesalahan pengiriman yang terjadi.
3
BM Beamon, Measuring Supply Chain Performance Ohio: International Journal of Operations Production Management, University of Cincinnati, 1999.
Universitas Sumatera Utara
i. Keluhan pelanggan customer complaints, yaitu jumlah keluhan yang
disampaikan oleh pelanggan.
3.3. Model SCOR
Supply Chain Operations Reference
4
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, SCOR pada dasarnya
juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering,
benchmarking , dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam
supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses
kompleks yang terjadi saat ini as is dan mendefinisikan proses yang diinginkan to be.
b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional
dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.
c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain.
4
I Nyoman Pujawan, Supply Chain Management, Edisi Pertama, Cetakan Pertama Surabaya: Penerbit Guna Widya, 2005, hh. 242-244.
Universitas Sumatera Utara
G
S
S proses su
return. K
a. Plan
mene produ
distri peren
alig b.
Sour perm
supp baran
supp baran
prod
Gambar 3.1
Sumber: Supp
Seperti yang upply chain
Kelima pros , yaitu pro
entukan tin uksi, dan
ibusi, peren ncanaan ma
gnment supp
rce , yaitu p
mintaan. Pro lier
, meneri ng yang d
lier , dan se
ng yang dib ducts.
. Lima Pro
ly Chain Coun
g ditunjukk n
menjadi 5 es tersebut
ses yang m ndakan ter
pengiriman ncanaan dan
aterial, pere ply chain pl
proses pen oses yang
ima, menge dikirim sup
ebagainya. J beli termasu
oses Inti Sup
ncil
kan oleh G proses inti
berfungsi s menyeimban
rbaik dalam n. Plan m
n pengendal encanaan k
lan dengan f
ngadaan ba dicakup ter
ecek, dan m pplier
, mem Jenis proses
uk stocked,
pply Chain
Gambar 3.1 yaitu plan,
eperti yang ngkan perm
m memenu encakup pr
lian persedi kapasitas, d
financial pl arang maup
rmasuk pen memberikan
milih suppl s bisa berbe
make to or
pada Mod
, SCOR m , source, ma
diuraikan, mintaan dan
uhi kebutuh roses mena
iaan, perenc an melakuk
lan. pun jasa u
njadwalan otorisasi pe
lier , menge
eda tergantu rder
, atau en
del SCOR
membagi pr ake, deliver
yaitu: n pasokan u
han penga aksir kebu
canaan prod kan penyes
untuk mem pengiriman
embayaran u evaluasi ki
ung pada ap ngineer to
roses- r,
dan
untuk adaan,
tuhan duksi,
suaian
enuhi n dari
untuk inerja
pakah order
Universitas Sumatera Utara
c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan bakukomponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok make to stock,
atas dasar pesanan make to order, atau engineer to order. Proses yang terlibat disini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan
produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi work in process, memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya.
d. Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap
barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari
pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk
karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian,
dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan bagian dari proses return.
SCOR memiliki tiga hierarki proses. Tiga hierarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail
seperti halnya model Chan Li. Tiga level tersebut adalah: a.
Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses diatas plan, source, make, deliver, dan return.
Universitas Sumatera Utara
b. Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply chain
perusahaan bisa dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini as is maupun yang diinginkan to be.
c. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen
proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses. Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR bisa
mengukur kinerja supply chain secara obyektif berdasarkan data yang ada serta bisa mengidentifikasikan dimana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan
keunggulan bersaing. Implementasi SCOR tentu saja membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat ini maupun
mendefinisikan proses yang diinginkan.
5
Model SCOR Supply Chain Operations Reference menetapkan dua kategori utama, yaitu: 1 Customer Facing, berkaitan dengan evaluasi kinerja
pelanggan, dan 2 Internal Facing, berkaitan dengan evaluasi kinerja internal perusahaan. Kategori Customer Facing terdiri dari tiga atribut kinerja
performance attribute, yaitu: 1 Supply chain delivery reliability, 2 Supply chain responsiveness,
dan 3 Supply chain flexibility. Kategori Internal Facing terdiri dari dua atribut kinerja performance attribute, yaitu: 1 Supply chain
cost, dan 2 Supply chain asset management efficiency. Kedua kategori utama
itu ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Mengikuti Model SCOR Kategori 1:
Customer Facing
5
Vincent Gaspersz, All in One 150 Key Performance Indicators and Balanced Scorecard, Malcolm Baldrige, Lean Six Sigma Supply Chain Management,
Cetakan Pertama Bogor: Tri-Al- Bros Publishing, 2013, hh. 880-881.
Universitas Sumatera Utara
Atribut Kinerja Metrik Kinerja
Definisi
Supply chain delivery reliability
Delivery performance Persentase order terkirim sesuai jadwal
dan sepenuhnya pada pelanggan Fill rate
Persentase jumlah permintaan dikirim dalam 24 jam dari menerima pesanan
Perfect order fulfillment Persentase order yang terkirim tepat
waktu dan sepenuhnya, sesuai dengan pesanan secara sempurna tanpa ada
kesalahan
Supply chain responsiveness
Order fulfillment lead time
Jumlah hari dari menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan
Supply chain flexibility
Supply chain response time
Jumlah hari rantai pasokan untuk merespon perubahan permintaan
signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti
Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Mengikuti Model SCOR Lanjutan Kategori 1:
Customer Facing Atribut Kinerja
Metrik Kinerja Definisi
Supply chain flexibility
Production flexibility Jumlah hari untuk meraih 20
perubahan pesanan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti
Kategori 2: Internal Facing
Atribut Kinerja Metrik Kinerja
Definisi
Supply chain cost Supply chain management
cost Biaya langsung dan tidak langsung
untuk perencanaan, sumber, dan pengiriman produk dan jasa
Cost of goods sold Biaya langsung dari material dan tenaga
kerja untuk memproduksi sebuah produk atau jasa
Value-added productivity Biaya material langsung dikurangi dari
pendapatan dan dibagi dengan jumlah pekerja, seperti penjualan per pekerja
Supply chain cost Warrantyreturns
processing cost Biaya langsung dan tidak langsung
terkait dengan pengembalian karena cacat, pemeliharaan yang direncanakan,
dan kelebihan persediaan
Supply chain Asset Management
Efficiency Cash to cash cycle time
Jumlah hari terkait kas sebagai modal kerja
Inventory days of supply Jumlah hari terkait kas sebagai
simpanan Asset turns
Pendapatan dibagi dengan total aset termasuk modal kerja dan aset tetap
Sumber: Russell and Taylor, 2006
Universitas Sumatera Utara
3.3.1. Metrik pada Model SCOR
6
Seperti halnya model Chan Li yang memiliki berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja, SCOR juga menggunakan beberapa dimensi umum, yaitu:
a. Reliability
b. Responsiveness
c. Flexibility
d. Costs
e. Assets
Tabel 3.2. Performance Metrics Level 1
Performance Attribute Customer Facing
Internal Facing
Reliability Responsiveness
Flexibility Costs Assets
Delivery performance √
Fill rate by line item √
Perfect order fulfillment √
Order fulfillment lead time √
Supply chain response time √
Production flexibility √
Supply chain management costs
√ Costs of goods sold
√ Value added productivity
√ Warranty cost or return
processing cost √
Cash to cash cycle time √
Inventory days of supply √
Asset turns √
Sumber: Supply Chain Council
Tabel 3.2 menunjukkan 13 metrik level 1 yang ada pada model SCOR. Metrik-metrik tersebut ada yang customer facing, artinya penting bagi
6
I Nyoman Pujawan, op.cit., hh. 244-248.
Universitas Sumatera Utara
pelanggan, dan ada juga internal facing, yang berarti penting untuk monitoring internal tetapi tidak langsung menjadi perhatian pelanggan. Sebagai contoh,
pelanggan sangat berkepentingan terhadap kinerja pengiriman. Keterlambatan dan kerusakan sewaktu proses pengiriman menjadi perhatian penting bagi
pelanggan sehingga delivery performance adalah metrik yang customer facing. Sebaliknya, pelanggan tidak perlu repot memonitor jumlah persediaan yang
dimiliki perusahaan, tetapi secara internal perusahaan sangat berkepentingan untuk memiliki jumlah persediaan yang cukup tetapi tidak berlebihan. Oleh
karena itu, inventory days of supply, yang merupakan ukuran tingkat persediaan, merupakan metrik yang internal facing.
Perusahaan-perusahaan yang tergolong best in class memiliki kinerja supply chain
yang secara signifikan lebih bagus dibandingkan dengan perusahaan rata-rata. Tabel 3.3 menunjukkan perbedaan kinerja supply chain
antara perusahaan-perusahaan bagus dengan mereka yang berada pada tingkat rata-rata. Sebagai contoh, perusahaan best in class mampu mengirim 93 dari
pesanan pelanggan sesuai jadwal, sementara perusahaan rata-rata hanya mampu mencapai angka 69.
Tabel 3.3. Beberapa Penjelasan Metrik Supply Chain serta Benchmark
Kinerja Metrik Penjelasan
Best in class
Rata- rata
Delivery performance Persentase order terkirim sesuai jadwal
93 69
Fill rate by line item Persentase jumlah permintaan dipenuhi
tanpa menunggu, diukur tiap jenis produk line items
97 88
Perfect order fulfillment
Persentase order yang terkirim komplit dan tepat waktu
92,4 65,7
Universitas Sumatera Utara
Order fulfillment lead time
Waktu antara pelanggan memesan sampai pesanan tersebut mereka terima
135 hari 225 hari
Warranty cost or return processing cost
Persentase pengeluaran untuk warranty terhadap nilai penjualan
1,2 2,4
Inventory days of supply
Lamanya persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalau tidak ada pasokan lebih
lanjut 55 hari
84 hari
Cash to cash cycle time
Waktun antara perusahaan membayar material ke supplier dan menerima
pembayaran dari pelanggan untuk produk yang dibuat dari material tersebut
35,6 hari 99,4 hari
Asset turns Berapa kali suatu asset bisa digunakan untuk
memperoleh revenue dan profit 4,7 kali
1,7 kali
Sumber: Supply Chain Council, seperti dikutip Vollmann et all, 2005, p.105
3.3.2. Beberapa Contoh Perhitungan
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut akan didefinisikan beberapa metrik tersebut dan contoh perhitungannya.
3.3.2.1. Inventory Days of Supply
Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu hari. Jadi, inventory days of supply adalah lamanya rata-rata dalam hari suatu
perusahaan bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Metrik ini berada pada klasifikasi asset. Kinerja
supply chain dikatakan bagus apabila mampu memutar asset dengan cepat
dengan kata lain memiliki asset turn over yang tinggi. Dengan demikian, maka semakin pendek inventory days of supply, semakin bagus kinerja asset suatu
supply chain . Contoh perhitungan inventory days of supply:
Perusahaan rata-rata menyimpan suatu komponen sebanyak 150 unit. Kebutuhan rata-rata komponen tersebut per tahun adalah 4000 unit. Jumlah hari kerja dalam
setalurn adalah 250. Dengan kata lain, rata-rata kebutuhan komponen per hari
Universitas Sumatera Utara
adalah 4000 250 unit = 16 unit sehingga jumlah hari rata-rata yang bisa ditutupi oleh persediaan yang dimiliki adalah 150 16 = 9,375 hari. Perhitungan
inventory days of supply ini bisa dilakukan per jenis barang atau secara agregat
untuk sekelompok atau keseluruhan persediaan yang dimiliki perusahaan. Apabila perhitungan dilakukan secara agregat, rata-rata persediaan maupun rata-
rata kebutuhan konsumsi sama-sama diwujudkan dalam satuan uang nilai persediaan dalam rupiah.
3.3.2.2. Cash to Cash Cycle Time
Metrik ini mengukur kecepatan supply chain mengubah persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan, semakin bagus bagi
supply chain . Perusahaan yang bagus biasanya memiliki siklus cash to cash
pendek. Dell Computers, yang menjual produk langsung ke pelanggan akhir tanpa menyimpan produk akhir, memiliki cash to cash cycle time negatif, sekitar
-10 sampai -20 hari Vollmann et all, 2005, p.108. Ada tiga komponen dalam perhitungan cash to cash cycle time, yaitu:
a. Rata-rata account receivable dalam hari yang merupakan ukuran seberapa
cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima. b.
Rata-rata account payable dalam hari yang mengukur kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk materialkomponen yang sudah
diterima. c.
Rata-rata persediaan dalam hari, yaitu inventory days of supply. Dengan tiga komponen tersebut, cash to cash cycle time bisa dihitung
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Cash to cash cycle time = inventory days of supply + average days of account
receivable - average days of account payable
Metrik ini pada dasarnya mengukur kesehatan finansial suatu supply chain
. Untuk memperpendek cash to cash cycle time, perusahaan bisa melakukan salah satu atau kombinasi dari tiga cara berikut:
Menurunkan tingkat persediaan, melakukan negosiasi term pembayaran ke supplier
supaya lebih lama, dan melakukan negosiasi dengan pelanggan supaya mereka membayar lebih cepat. Menurut Vollmann et al. 2005, cash to
cash cycle time mengintegrasikan siklus yang terjadi di tiga fungsi yaitu
pengadaan purchasing, produksi manufacturing, dan penjualandistribusi salesdistribution.
3.4. Konsep Dasar
Lean
7
Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi akitivitas-aktivitas yang
tidak bernilai tambah non-value-adding activities dalam desain, produksi untuk bidang manufaktur atau operasi untuk bidang jasa, dan supply chain
management yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Lean dapat
didefenisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste atau aktivitas-aktivitas
yang tidak bernilai tambah non-value-adding activities melalui peningkatan terus menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk material, work in
7
Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hh. 1-3.
Universitas Sumatera Utara
process, output dan informasi menggunakan sistem tarik pull system dari
pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar kesempurnaan.
3.5. Konsep Dasar
Six Sigma
8
Six Sigma adalah suatu upaya terus-menerus continuous improvement
efforts untuk:
a. Menurunkan variasi dari proses, agar
b. Meningkatkan kapabilitas proses, dalam
c. Menghasilkan produk barang dan atau jasa yang bebas kesalahan zero
defects- target minimum 3,4 DPMO Defects per Million Opportunities,
d. Untuk memberikan nilai kepada pelanggan customer value.
Catatan Penting: Apabila produk barang dan atau jasa diproses pada tingkat kinerja kualitas
kapabilitas proses Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari
apa yang diharapkan oleh pelanggan akan ada dalam produk barang dan atau jasa itu.
APICS dictionary
2005 mendefinisikan Kualitas Six Sigma sebagai sekumpulan konsep dan praktik terbaik dalam bisnis yang bertujuan:
a. Menurunkan variabilitas dalam proses dan mengurangi cacat dalam produk.
b. Hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau operasi
3,4 DPMO.
8
Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hh. 6-7.
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan inisiatif-inisiatif peningkatan proses untuk mencapai target
kinerja six sigma. d.
Meningkatkan kinerja bottom-line. e.
Menciptakan dan memonitor aktivitas-aktivitas bisnis agar mengurangi pemborosan waste dan kebutuhan sumber-sumber daya.
f. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
3.6. Konsep Dasar