i. Excess Processing
Excess processing merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena
langkah-langkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.
Jenis pemborosan ini terjadi saat dilakukannya rework, dimana harus dilakukan proses produksi tambahan untuk memproses ulang produk yang
mengalami defect, produk return dari pelanggan, dan sisa pemotongan kertas. Proses produksi tambahan ini tidak seharusnya dilakukan jika tidak terdapat
masalah-masalah tersebut. Proses produksi tambahan tersebut menyebabkan lead time
produksi menjadi lebih panjang dari yang seharusnya.
5.2. Measure
Measure merupakan tahap pengukuran untuk mengetahui pencapaian
kinerja perusahaan saat ini berdasarkan waste yang terdapat pada proses produksi kertas. Pada tahap ini juga akan diketahui waste yang paling
berpengaruh terhadap kinerja proses produksi dan dijadikan prioritas yang akan dieliminasi pada tahap selanjutnya. Pengeliminasian waste akan mengurangi
lead time produksi, sehingga kinerja rantai pasokan dapat meningkat.
5.2.1. Pengukuran Waste Berdasarkan Frekuensi Kejadian
Pengukuran waste dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan diskusi dengan
pihak-pihak terkait di perusahaan. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari
Universitas Sumatera Utara
dokumen atau arsip yang telah dibuat oleh perusahaan. Pengukuran ini didasarkan pada frekuensi terjadinya waste.
Selanjutnya, dilakukan pengurutan dari persentase waste yang terbesar hingga terkecil, dimana waste terbesar merupakan yang berpengaruh signifikan
terhadap lead time produksi. Bagian produksi juga turut menentukan dengan cara berdiskusi pada peneliti untuk menentukan waste yang paling berpengaruh
tersebut. a.
Environmental, Health, and Safety EHS
Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data kecelakaan kerja yang terjadi selama bulan Januari hingga Juni 2013. Data ini diperoleh dari
pengamatan langsung dan dari bagian EHS. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab pendefinisian waste, terdapat dua jenis kelalaian terhadap peraturan
EHS, yaitu ringan dan berat. Perusahaan memiliki data mengenai kecelakaan kerja yang terjadi pada proses produksi, dimana melalui data tersebut diketahui
bahwa selama bulan Januari hingga Juni 2013 tidak pernah terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, persentase untuk waste ini adalah 0 dalam
mempengaruhi lead time produksi kertas. b.
Defects Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data produk
cacat selama bulan Januari hingga Juni 2013. Data ini diperoleh dari bagian quality assurance
. Pengukuran waste dilakukan dengan membandingkan jumlah produk cacat terhadap total produksi pada bulan Januari hingga Juni 2013.
Perhitungan waste jenis defect untuk bulan Januari adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
produksi Total
defect production
Indirect defect
production Direct
x 100
=
Ton 417
Ton 9,89
Ton 22,10
x 100 = 7,67
Hasil pengukuran waste jenis defect untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Hasil Pengukuran Waste Jenis Defect
Bulan Direct
Production Defect Ton
Indirect Production
Defect Ton Total
Produksi Ton
Persentase Defect
Januari 22,10 9,89 417
7,67 Februari 19,81 8,78
381 7,50
Maret 16,54 7,98 352 6,97
April 24,62 8,00 342 9,54 Mei 16,17 7,77 317 7,55
Juni 23,06 9,09 372 8,64
Rata-rata Persentase Defect
7,98
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.23, diketahui bahwa rata-rata persentase jumlah produk cacat adalah sebesar 7,98 dari total produksi bulan Januari hingga Juni
2013. Maka, persentase waste yang diakibatkan oleh defect adalah sebesar 7,98.
c. Waiting
Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data scheduled delay
dan unscheduled delay. Data ini diperoleh dari bagian engineering. Pengukuran waste jenis waiting dilakukan dengan cara menghitung jumlah jam
kerja yang hilang akibat terjadi scheduled delay dan unscheduled delay. Perhitungan waste jenis waiting untuk bulan Januari adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
sebulan dalam
kerja Jam
sebulan dalam
hilang kerja
Jam
x 100
=
Jam 744
Jam 48,36
x 100 = 6,50
Hasil pengukuran waste jenis waiting untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24. Hasil Pengukuran Waste Jenis Waiting
Bulan Jam Kerja dalam
Sebulan Jam Jam Kerja Hilang
dalam Sebulan Jam Persentase
Waiting
Januari 744 48,36 6,50
Februari 672 41,66 6,20
Maret 648 44,06 6,80
April 672 62,5 9,30
Mei 744 108,26
14,55 Juni 720
54,72 7,60
Rata-rata Persentase Waiting 8,49
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.24, diketahui bahwa rata-rata persentase jam kerja yang hilang akibat scheduled delay dan unscheduled delay adalah sebesar
8,49. Maka, persentase waste yang diakibatkan oleh waiting adalah sebesar 8,49.
d. Not Utilizing Employees Knowledge, Skill, and Abilities
NUEKSA Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data produk
cacat yang ditemui pada stasiun pemeriksaan visual. Data ini digunakan karena setelah didapatkan produk cacat pada stasiun pemeriksaan visual, kemudian
akan diseleksi lagi oleh bagian quality assurance. Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh dari bagian quality assurance, hasil pemeriksaan pada
Universitas Sumatera Utara
stasiun pemeriksaan visual selalu dapat diterima. Artinya, produk yang digolongkan cacat pada stasiun pemeriksaan visual mendapatkan persepsi yang
sama dari bagian quality assurance. Oleh karena itu, pemeriksaan visual ulang oleh bagian quality assurance
sebenarnya tidak perlu dilakukan lagi. Maka, waste diukur berdasarkan data produk cacat yang ditemui pada stasiun pemeriksaan visual. Data ini diperoleh
dari pengamatan langsung dan dari bagian quality assurance. Pengukuran waste dilakukan dengan cara membandingkan jumlah produk cacat terhadap total
produksi. Perhitungan waste jenis NUEKSA untuk bulan Januari adalah sebagai berikut:
produksi Total
cacat produk
Jumlah
x 100
=
Ton 417
Ton 5,47
1
x 100 = 3,71
Hasil pengukuran waste jenis NUEKSA untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.25. Hasil Pengukuran Waste Jenis NUEKSA
Bulan Jumlah Produk
Cacat Ton Total Produksi
Ton Persentase
NUEKSA
Januari 15,47 417 3,71
Februari 14,86 381 3,90
Maret 10,75 352 3,05
April 19,45 342 5,69 Mei 10,99 317 3,47
Juni 14,76 372 3,97
Rata-rata Persentase NUEKSA
3,96
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.25, diketahui bahwa rata-rata persentase waste pada stasiun pemeriksaan visual adalah sebesar 3,96. Maka, jumlah persentase
waste yang diakibatkan oleh not utilizing employees knowledge, skill, and
abilities adalah sebesar 3,96.
e. Transportation
Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data jumlah sisa pemotongan kertas pada stasiun roll slitter, ream cutter, dan bobbin slitter. Data
ini diperoleh dari pengamatan langsung dan dari operator bagian pengumpulan broke
. Pengukuran waste jenis transportation dilakukan dengan cara membandingkan data jumlah sisa pemotongan kertas terhadap total produksi.
Perhitungan waste jenis transportation untuk bulan Januari adalah sebagai berikut:
produksi Total
kertas pemotongan
sisa Jumlah
x 100
=
Ton 417
Ton 7
6 67,
x 100 = 16,23
Hasil pengukuran waste jenis transportation untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.26.
Tabel 5.26. Hasil Pengukuran Waste Jenis Transportation
Bulan Jumlah Sisa
Pemotongan Kertas Ton
Total Produksi
Ton Persentase
Transportation
Januari 67,67 417 16,23
Februari 64,37 381 16,90
Maret 64,54 352 18,34 April 53,56 342 15,66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26. Hasil Pengukuran Waste Jenis Transportation Lanjutan
Bulan Jumlah Sisa
Pemotongan Kertas Ton
Total Produksi
Ton Persentase
Transportation
Mei 47,71 317 15,05 Juni 60,84 372 16,35
Rata-rata Persentase Transportation 16,42
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.26, diketahui bahwa rata-rata persentase jumlah sisa pemotongan kertas adalah sebesar 16,42. Maka, persentase waste yang
diakibatkan oleh transportation adalah sebesar 16,42. f.
Inventories Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data jumlah
inventory setiap bulannya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan berupa
bahan baku dan bahan penolong. Data ini diperoleh dari pengamatan langsung dan dari bagian PPIC. Menurut Martin W. James 2007, perhitungan inventory
yang berlebihan excess inventory adalah sebagai berikut: Excess inventory = Inventory actual – Inventory optimum
dimana, Inventory optimum
= Inventory average demand during order cycle + Safety stock
Jika excess inventory 1, kurangi inventory Jika excess inventory 1, tambah inventory
Safety stock merupakan persediaan yang disediakan untuk mengantisipasi
fluktuasi jumlah order selama waktu siklus pemesanan order cycle. Untuk menghindari opportunity cost, maka safety stock didasarkan pada kapasitas
Universitas Sumatera Utara
maksimum produksi setiap bulannya Ari Primantara, 2010. Oleh karena itu perhitungan inventory optimum menjadi:
Inventory optimum = Inventory maximum demand during order cycle Kapasitas produksi PT. XYZ setiap harinya adalah 18 ton, atau
sebanding dengan 540 tonbulan diasumsikan 1 bulan = 30 hari. Perhitungan kapasitas penggunaan bahan baku maksimum per bulan inventory optimum
untuk bahan baku adalah sebagai berikut: Kapasitas penggunaan maksimum per hari x Jumlah hari dalam sebulan
= 18 Ton x 30 Hari = 540 Ton
Maka, perhitungan inventory optimum untuk bahan baku dan bahan penolong dapat dilihat pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27. Inventory Optimum untuk Bahan Baku dan Bahan Penolong
Inventory Kapasitas Penggunaan
Maksimum per Hari Kapasitas Penggunaan
Maksimum per Bulan
Bahan Baku Pulp 18 Ton
540 Ton CaCO
3
450 Kg 13.500 Kg
Chemical I
36 Kg 1.080 Kg
Deformer 12 Ltr
360 Ltr Chemical
II Potasium Natrium Sitrat
250 Kg 7.500 Kg
Chemical II Starch
125 Kg 3.750 Kg
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Berdasarkan Tabel 5.27, diketahui bahwa inventory optimum bahan baku pulp
selama satu bulan adalah 540 ton. Jumlah ini merupakan kapasitas maksimum penggunaan inventory selama satu bulan sesuai dengan kapasitas
produksi, begitu juga untuk inventory bahan penolong. Data pembelian bahan
Universitas Sumatera Utara
baku dan bahan penolong pada bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.28.
Tabel 5.28. Data Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong Inventory Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Bahan baku Pulp Ton 430 390 360 370 326 400
CaCO
3
Kg 11.400 10.800 10.600 10.450 10.700 10.500
Chemical I
Kg 928 832 928 896 928 896
Deformer Ltr
348 312 320 336 348 336 Chemical
II Potasium Natrium Sitrat Kg
6.400 6.100 5.800 5.500 5.800 6.000 Chemical
II Starch Kg 3.625 3.250 3.200 3.200 3.300 3.400
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Maka, perhitungan excess inventory adalah sebagai berikut: Excess Inventory
Bahan Baku = Inventory actual – Inventory optimum =
430 ton – 540 ton = -110 ton
Perhitungan waste
jenis inventory dilakukan dengan membandingkan excess inventory
dan inventory optimum. Perhitungan waste inventory adalah sebagai berikut:
Waste Inventories = Excess inventory Inventory optimum = -110 ton 540 ton
= -0,20
Tanda minus yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan menunjukkan bahwa persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan tidak dalam jumlah
yang berlebihan jika dibandingkan dengan jumlah inventory optimum. Maka, perhitungan waste dilakukan dengan membandingkan jumlah pembelian bahan
baku dan bahan penolong dengan jumlah yang digunakan setiap bulannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal tersebut, yang termasuk kedalam waste adalah sisa bahan baku dan bahan penolong yang tidak habis terpakai dalam sebulan. Data penggunaan
bahan baku dan bahan penolong dapat dilihat pada Tabel 5.29.
Tabel 5.29. Data Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Inventory Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Bahan baku Pulp Ton 417 381 352 342 317 372
CaCO
3
Kg 10.425 9.710 9.500 9.050 9.157 9.169
Chemical I
Kg 873 799 888 871 890 876
Deformer Ltr
317 291 294 316 318 310 Chemical
II Potasium Natrium Sitrat Kg
6.285 5.999 5.702 5.401 5.697 5.903 Chemical
II Starch Kg 3.499 3.133 3.098 3.106 3.184 3.300
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Data persediaan akhir bahan baku dan bahan penolong dapat dilihat pada Tabel 5.30.
Tabel 5.30. Data Persediaan Akhir Bahan Baku dan Bahan Penolong Inventory Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Bahan baku Pulp Ton 13 9 8 28 9 28
CaCO
3
Kg 975 1090 1.100 1.400 1.543 1.331
Chemical I
Kg 55 33 40 25 38 20
Deformer Ltr
31 21 26 20 30 26 Chemical
II Potasium Natrium Sitrat Kg
115 101 98 99 103 97 Chemical
II Starch Kg 126 117 102 94 116 100
Sumber: Data Sekunder dari PT. XYZ
Perhitungan waste
jenis inventories untuk bahan baku pada bulan Januari adalah sebagai berikut:
pembelian Jumlah
akhir persediaan
Jumlah
x 100
Universitas Sumatera Utara
=
Ton 430
Ton 3
1
x 100 = 3,02
Hasil pengukuran waste jenis inventories untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.31.
Tabel 5.31. Hasil Pengukuran Waste Jenis Inventories
Inventory Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Rata-rata
Bahan baku Pulp 3,02 2,31
2,22 7,57
2,76 7,00 4,15
CaCO
3
8,55 10,09
10,38 13,40
14,42 12,68
11,59 Chemical
I 5,93
3,97 4,31
2,79 4,09
2,23 3,89
Deformer 8,91 6,73 8,13 5,95 8,62 7,74
7,68 Chemical
II Potasium Natrium Sitrat
1,80 1,66 1,69 1,80 1,78 1,62 1,72
Chemical II Starch
3,48 3,60
3,19 2,94
3,52 2,94
3,28
Rata-rata Persentase Inventories
5,39
Sumber: Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.31, diketahui bahwa rata-rata persentase waste jenis inventories
adalah sebesar 5,39. Maka, jumlah persentase waste yang diakibatkan oleh inventories adalah sebesar 5,39.
g. Motion
Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data primer. Konsep untuk mengidentifikasi waste jenis motion ini adalah dengan konsep
nilai kerja work content yang didefinisikan sebagai berikut Nicholas, J. 1998: Nilai Kerja =
Kerja didefinisikan sebagai kegiatan permesinan machining, yaitu pengubahan bentuk fisik dari benda kerja. Sedangkan, gerakan adalah waktu
penyelesaian pekerjaan. Terdapat beberapa kegiatan permesinan dalam proses
Universitas Sumatera Utara
produksi kertas dengan motion yang jelas. Waktu mesin diperoleh berdasarkan waktu operasi mesin. Selama pengamatan dilakukan, diasumsikan tidak terjadi
gangguan pada mesin, sehingga waktu yang digunakan merupakan waktu operasi mesin yang sesungguhnya.
Pengukuran waktu operator dilakukan sebanyak 15 kali pengamatan untuk masing-masing proses permesinan. Alat ukur yang digunakan adalah
stopwatch. Pengamatan dilakukan pada bulan Juli 2013. Data pengukuran waktu
operator dapat dilihat pada Lampiran. Perhitungan waste jenis motion untuk proses pembentukan lembaran sheet adalah sebagai berikut:
100 ─
Gerakan Kerja
x 100
= 100 ─
Menit 8,78
Menit 93,33
Menit 93,33
x 100
= 100 ─ 91,40
= 8,60 Hasil pengukuran waste jenis motion untuk proses pembentukan
lembaran sheet dan pemotongan jumbo roll dapat dilihat pada Tabel 5.32.
Tabel 5.32. Hasil Pengukuran Waste Jenis Motion
Stasiun Nama Mesin
Waktu Mesin
Waktu Operator
Persentase Nilai Kerja
Persentase Motion
Proses pembentukan lembaran sheet
Four drinerPaper
machine 93,33
Menit 8,78 Menit
91,40 8,60
Proses pemotongan jumbo roll
Roll slitter 120 Menit
5,50 Menit 95,62
4,38
Rata-rata Persentase Motion
6,49
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.32, diketahui bahwa rata-rata persentase motion adalah sebesar 6,49. Maka, jumlah persentase waste yang diakibatkan oleh
motion adalah sebesar 6,49.
h. Excess Processing
Data yang digunakan untuk pengukuran waste ini adalah data total produk rework selama periode Januari sampai Juni 2013. Data ini diperoleh dari
pengamatan langsung dan dari bagian quality assurance, serta bagian pengumpulan broke. Pengukuran waste excess processing dilakukan dengan cara
membandingkan total produk rework terhadap total produksi pada setiap bulannya. Perhitungan waste jenis excess processing untuk bulan Januari adalah
sebagai berikut:
produksi Total
produk Total
rework
x 100
=
Ton 417
Ton 01,19
1
x 100 = 24,27
Hasil pengukuran waste jenis excess processing untuk bulan Januari sampai Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.33.
Tabel 5.33. Hasil Pengukuran Waste Jenis Excess Processing
Bulan Total Produk
Rework Ton Total Produksi
Ton Persentase
Excess Processing
Januari 101,19 417
24,27 Februari 92,96
381 24,40
Maret 89,06 352
25,30 April 86,18
342 25,20
Mei 71,64 317 22,60
Tabel 5.33. Hasil Pengukuran Waste Jenis Excess Processing Lanjutan
Universitas Sumatera Utara
Bulan Total Produk
Rework Ton Total Produksi
Ton Persentase
Excess Processing
Juni 93,00 372 25,00
Rata-rata Persentase Excess Processing
24,46
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.33, diketahui bahwa rata-rata persentase total produk rework adalah sebesar 24,46. Maka, jumlah persentase waste yang
diakibatkan oleh excess processing adalah sebesar 24,46.
5.2.2. Penentuan Waste yang Berpengaruh Signifikan terhadap Lead Time