d. Strategi Kebijakan Kelemahan Ancaman
-
Penegakan hukum terhadap ketentuan kelengkapan “cidomo”, peningkatan kesadaran hukum para kusir dan razia gabungan, desiminasi dan sosialisasi
pemasangan Gendongan Kotoran Kuda yang benar 5 cm dari ”“femur””
-
Penataan pemukiman masyarakat dan sistem kandang kumpul di Kota Mataram
-
Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” mengeluarkan larangan kusir dibawah umur dan usulan pemberlakuan trayek khusus bagi
“cidomo” dari luar Kota Mataram
4. Mencari Alternatif Solusi
Dalam upaya pengelolaan transportasi “cidomo” menuju transportasi yang ramah lingkungan di Kota Mataram perlu kebijakan peraturan dan kelembagaan yang baik dan
telah dirumuskan sendiri oleh Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” bersifat lebih tegas, preventif dan komprehensif dalam kebijakan dan pengaturan menuju
bentuk pengelolaan transportasi ramah lingkungan Dengan demkian hasil pelaksanaan Group Intervew merupakan alternatif solusi
pengelolaan transportasi “cidomo” di Kota Mataram antara lain : mewujudkan usulan pembentukan ketua koordinator kusir ”cidomo” di masing masing tempat mangkal
“cidomo” , mewujudkan usulan pembentukan Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir
”Cidomo” di tingkat kelurahan dan fasilitasi lembaga pengolah limbah kotoran kuda terpusat yang dikelola swasta, mensosialisasikan kembali aturan jarak Gendongan
Kotoran Kuda 5 cm dari ““femur”” yang telah ditetapkan oleh Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo”, mengimplementasikan pelarangan kusir dibawah umur
dan mengusulkan kepada Dinas Perhubungan untuk pemberlakuan trayek khusus “cidomo”
luar Kota Mataram supaya lebih tertib dan melarang masuk ”cidomo” luar Kota Mataram yang belum mengurus ijin trayek dalam Kota Mataram guna membatasi
jumlah ”cidomo” dari daerah lain yang beroperasi di Kota Mataram, program razia, sosialisasi dan desiminasi bagi kusir ”cidomo” oleh pihak Dinas Perhubungan.
5. Memilih Alternatif Terbaik
Dalam pengelolaan transportasi “cidomo” menuju pengelolaan transportasi yang ramah lingkungan perlu partisipasi penuh masyarakat kusir ”cidomo”, kemudian
Pemerintah Kota Mataram mengatur regulasi dari transportasi “cidomo”. Setelah pengaturan alternatif solusi kemudian memilih alternatif terbaik seperti
halnya usulan pembentukan ketua koordinator kusir ”cidomo” di masing masing tempat mangkal “cidomo”, usulan pembentukan Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir
”Cidomo” di tingkat kelurahan yang baru mengalami pemekaran dan fasilitasi lembaga pengolah limbah kotoran kuda terpusat yang dikelola swasta.
Dengan terpusatnya pengolahan limbah diharapkan dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi yakni menghasilkan pupuk dengan kualitas yang seragam dan dapat
memanfaatkan biogas dari kotoran kuda, mengingat kembali CH
4
yang dihasilkan merupakan jenis golongan emisi GRK gas rumah kaca dalam hal ini dibutuhkan
pengelola dari perusahaan swasta yang profesional dalam rangka mencegah lepasnya CH
4
ke atmosfir, menerapkan aturan jarak Gendongan Kotoran Kuda 5 cm dari “femur” dalam usaha pencegahan jatuhnya limbah organik kotoran kuda, pelarangan kusir
dibawah umur serta akan memberikan sangsi bila melakukan pelanggaran yang sengaja diulang. Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” mengusulkan kepada
Dinas Perhubungan untuk pemberlakuan trayek khusus transportasi “cidomo” dari luar Kota Mataram supaya lebih tertib dan Dinas Perhubungan melakukan kegiatan razia,
sosialisasi dan desiminasi yang terprogram.
6. Usulan Pengelolaan Transportasi “cidomo”.
Dalam upaya mewujudkan pengelolaan transportasi “cidomo” yang ramah lingkungan harus mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat yang lebih
rasional. Partisipasi masyarakat kusir sejak awal perencanaan, penyusunan dan identifikasi permasalah dilapangan serta alternatif solusinya yang relevan guna
pengelolaan kedepan harus melibatkan langsung masyarakat kusir.
Pengelolaan dan insentif merupakan hal yang penting guna keberlanjutan dari pengelolaan transportasi “cidomo”. Organisasi Forum Komunikasi Rukun Keluarga
Kusir ”Cidomo” Kota Mataram sebagai anggota masyarakat memikul sebuah tanggung jawab bagi kemajuan masyarakat dalam hal ini Forum Komunikasi Rukun Keluarga
Kusir ”Cidomo” Kota Mataram dapat merubah prilaku dari sifat statis menjadi dinamis dalam menghadapi semua tantangan di masa depan.
Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” FKRKKC bersepakat dan merasa terpanggil untuk menciptakan Kota Mataram sebagai Kota Ibadah, menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat, meningkatkan kesejahteraan hidup serta kesempatan dalam mendapatkan pendidikan bagi anggota dan keluarganya. Untuk itu
tepatnya pada tanggal 9 Juli 2003 organisasi Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” dibentuk dengan berasaskan Pancasila dengan tujuan organisasi untuk
mencapai kesejahteraan hidup yang layak dan adil jasmaniah, rohaniah bagi anggota Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” RKKC pada khususnya dan masyarakat Kota
Mataram pada umumnya yang berdasarkan Undang Undang Dasar 1945. Adapun usaha yang ingin diwujudkan adalah kebersihan lingkungan yang
diakibatkan limbah kotoran kuda dengan jalan memberikan bimbingan dan tuntunan bagi kegiatan Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” RKKC dalam bidang keamanan,
kenyamanan, ketertiban, kesejahteraan dan kegiatan usaha lainnya. Para anggota Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” terdiri dari
anggota biasa dan luarbiasa. Anggota biasa adalah warga Kota Mataram yang semua atau hanya sebagian usahanya di bidang transportasi “cidomo”. Sedangkan yang dapat
menjadi anggota luarbiasa adalah warga yang mempunyai minat untuk meningkatkan kualitas transportasi “cidomo” dalam rangka moderenisasi untuk taraf hidup masyarakat
Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” RKKC. Musyawarah Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” Kota Mataram
adalah kekuasaan tertinggi organisasi, musyawarah Forum Komunikasi Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” diadakan sekurang kurangnya lima tahun sekali, untuk tingakat
kecamatan diadakan sekurang kurangnya lima tahun sekali, musyawarah Rukun Keluarga Kusir ”Cidomo” RKKC kelurahan dan tingkat ranting adalah rapat anggota Rukun
Keluarga Kusir ”Cidomo” RKKC yang diadakan sekurang kurangnya setahun sekali. Pengambilan keputusan sejauh mungkin dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat