Partisipasi Masyarakat danTata Kelola Transportasi

Di Asia pada awal abad 21 sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, seperti diketahui pertumbuhan tersebut sangat tergantung dari pelayanan transportasi dan meningkatnya jumlah sarana transportasi serta aktifitasnya yang kian meningkat dan pada akhirnya secara garis besar hal tersebut diatas membawa pengaruh pencemaran udara dari hasil pembakaran BBM fosil. Semua negara negara di Asia mengalami pencemaran yang sangat serius dari kegiatan transportasi, kemudian membawa dampak terhadap lingkungan dan sosial ekonomi. Dampak lain dari pencemaran udara yang dihubungkan dengan kesehatan masyarakat serta dampak lingkungan seperti halnya kebisingan suara, kemacetan lalulintas yang merugikan secara ekonomi karena waktu terhambat, ketidak efisienan dari penggunaan bahan bakar karena putaran mesin pada kecepatan rendah, penggunaan yang besar terhadap BBM yang tak terbaharukan yakni BBM fosil dan hilangnya habitat asli pada daerah tertentu. Hasil penelitian WHO untuk standar kualitas udara pada lima belas kota besar di Asia sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 1999 menunjukkan pencemaran udara diperkotaan telah menyebabkan kematian 800.000 orang pertahun di seluruh belahan bumi, dan menariknya 500.000 orang berasal dari negara di Asia Onogawa, 2007:2. Ditambahkan lagi bahwa 1,2 juta orang meninggal karena kecelakaan lalulintas diantarnya 720.000 orang korban meninggal dari negara Asia. Manajemen lalu lintas pada dewasa ini dirasakan semakin penting dalam peningkatan pelayanan angkutan umum. Tujuan utama strategi perencanaan transportasi saat ini yakni mendorong peningkatan pelayanan angkutan umum termasuk didalamnya pelayanan perparkiran, khusus untuk kegiatan bisnis waktu parkir minimal 3 tiga jam Suprapto dan Waldijono, 1995: 282. Di Kota Mataram jenis angkutan yang terpenting adalah angkutan perkotaan Angkot dan transportasi “cidomo”.

2.4. Partisipasi Masyarakat danTata Kelola Transportasi

Masyarakat merupakan tujuan utama dari pembangunan yang berkelanjutan dengan menjiwai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan dalam sila ke empat dari Pancasila telah memaparkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan hal yang esensi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kegiatan transportasi peranserta masyarakat dalam merumuskan dan merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan transportasi sangat diharapkan lebih lanjut menurut Soejachmoen 2005:68 tata kelola transportasi kota yang baik perlu diletakkan pada nilai nilai dasar dari tatakelola yang baik. Dengan demikian perlu sebuah penyederhanaan, kemudian dirumuskan menjadi enam nilai dasar dari tata kelola transportasi yang baik. Pertama, transportasi kota harus dikelola dengan bertanggung jawab atau akuntable dalam konteks kebaikan dan mutu, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pengguna sekaligus pemilik. Kedua, penyelenggaraannya harus transparan sehingga semua orang dapat ikut memantau dan mengontrol proses penyelenggarannya secara proporsional. Ketiga, transportasi publik harus responsif terhadap kebutuhan masyarakat kota, termasuk diantaranya terhadap kemungkinan masalah yang muncul maupun terhadap kemungkinan peluang mengembangkan tata transportasi yang baru dan lebih baik. Keempat, pengelolaan harus berdasarkan prinsip kewajaran atau fairness dimana pengelolaan tidak boleh merugi atau memeperoleh subsidi yang berlebihan, namun tidak boleh dibebani untuk mencari laba yang sebesar besarnya. Dengan demikian harus diterapkan key performance indicators-nya Kelima, menjadi kesetaraan dasar dari setiap pengguna, artinya pelayanan yang baik dan bermutu tidak membedakan kepada siapa pelayanan tersebut diberikan Keenam, masyarakat harus berpartisipasi untuk menjamin bahwa pelayanan transportasi kota berjalan dengan baik dan bermutu baik dalam menjaga dan memelihara infrastrukturnya, yang pada akhirnya masyarakat dapat menjadi pemelihara, investor atau pengelolanya

2.5. Otonomi Daerah