untuk dibuat sebagai pupuk dan biogas. 3.
Menerapkan ketentuan trayek khusus “cidomo” luar kota mengantisipasi jumlah dan ketertiban
kelengkapan Aspek Hukum
Aturan 3
4. Melarang beroperasinya kusir dibawah umur
Aspek Aturan 4
5. Jarak gendongan kotoran kuda 5 cm dari “femur”
dan dianjurkan lebih mepet untuk menghindari jatuhnya kotoran kuda
Aspek Hukum Aturan
5
6. Masing masing kelurahan dibentuk FKRKKC
Aspek Kelembagaan
6 7. Razia, sosialisasi dan desiminasi yang
terprogram dari pihak Dinas Perhubungan Aspek Hukum
Aturan 7
Setelah mengelompokkan hasil dari pelaksanaan Group Intervew tersebut diatas dapat disimpulkan sebuah pengelolaan transportasi “cidomo” tidak terlepas dari aspek
hukumaturan dan aspek kelembagaan yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan sebuah pengelolaan. Menurut Rahardjo 1981 dalam Samekto 2007: 2 bahwa
penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan, dalam hal ini pengelolaan transportasi “cidomo” harus didukung dengan penegakan hukumaturan
untuk sebuah pegelolaan transportasi yang ramah lingkungan. Apa yang telah dilakukan pada Group Intervew diatas menurut Suhartini, Halim,
Khambali dan Basyid 2005 bahwa salah satu ciri dari sebuah pemberdayaan masyarakat berbasis komonitas ialah penumbuhan partisipasi masyarakat. Partisipasi atau peran serta
masyarakat pada dasarnya usaha untuk menumbuhkan rasa memiliki dan semangat terhadap kegiatan pembangunan masyarakat dilihat atas keterlibatannya mulai proses
perencanaan, implementasi dan evaluasi pembangunan. Hal utama dalam partisipasi yakni self conciusnes penyadaran diri dan penumbuhan semangat dalam berbagai
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
4.10. Analisis Kebijakan
Pelayanan transportasi “cidomo” di Kota Mataram tidak lepas dengan masalah berupa limbah organik kotoran kuda mengotori jalanan. Dari data Dinas Perhubungan
tahun 2007 pelanggaran tanpa Gendongan Kotoran Kuda “cidomo” luar Kota Mataram 186 unit, melanggar jalur 113 unit, tanpa surat surat 185 unit, tanpa perlengkapan 162
unit dengan total pelanggaran mencapai 646 unit “cidomo”.
Gambar 48. Contoh “
Cidomo” Memotong Arus Lalulintas Tanpa Memperhatikan Pengguna Jalan yang lain
Sumber Dokumen Hasil Penelitian, 2008
Pelanggaran lalulintas dan ketertiban oleh para kusir di Kota Mataram tahun 2007 dengan jenis pelanggaran tanpa Gendongan Kotoran Kuda 273 unit, melanggar jalur 170
unit, tanpa surat surat 265 unit, tanpa perlengkapan 221 dengan total pelanggaran mencapai 929 unit “cidomo” gabungan data tersebut berjumlah 1.575 unit pelanggaran
pada tahun 2007. Kondisi transportasi “cidomo” juga diperparah dengan rendahnya sumberdaya
manusia kusir “cidomo” yang sebagian besar tidak tamat sekolah akibat desakan kondisi ekonomi yang kurang mapan demikian juga dengan penegakan hukum oleh aparat Dinas
Perhubungan yang dalam hal ini masih kekurangan personil dan kurangnya kegiatan razia, sosialisasi dan desiminasi khusus untuk kusir “cidomo”. Hasil wawancara
menunjukkan kegiatan razia “cidomo” kurang mendatangkan Pendapatan Daerah, pada jalan yang di razia sering terjadi jalanan jadi sepi tidak dilalui “cidomo” para kusir lebih
pintar dalam menghindari razia dengan mengambil alternatif jalan yang lain : “ Pada pelaksanaan razia lebih di tekankan sifatnya pembinaan dan evaluasi
pelanggaran oleh kusir biasanya diperingati lebih dahulu dan apabila tidak mengindahkan aturan yang dimaksud, petugas akan melakukan penahanan
barang bukti berupa “cidomo” .
Tidak terprogramnya razia Dinas Perhubungan seperti dijelaskan diatas juga menimbulkan problem baru berupa kotornya jalan raya akibat limbah organik kotoran
kuda, dari hasil wawancara daerah yang paling kotor adalah di Kecamatan Ampenan pada badan Jalan Saleh Sungkar dan Jalan Yos Sudarso.
Untuk Kecamatan Mataram di sepanjang Jalan DR. Soetomo, Jalan Kemerdekaan sekitar Pasar Pagesangan, Sekarbela serta daerah Karang Tapen.
Untuk daerah Kecamatan Cakranegara jalan raya yang paling kotor pada Jalan Imam Bonjol sampai menuju pasar Sayang sayang, di Belakang Pasar Cakranegara
termasuk juga Pasar Sindu kemudian daerah paling timur yakni di daerah Pasar Mandalika dan Jalan Tuan Guru Haji Faisal.
Dari pemaparan daerah jalan raya yang kotor oleh limbah organik kotoran kuda dapat diajukan tiga daerah utama yang harus segera dibentuk Ketua Koordinator Kusir
“Cidomo” pertama Pangkalan Pasar Kebon Roek dan Pasar ACC untuk daerah Kecamatan Ampenan. Kedua Pangkalan “Cidomo” Pasar Pagesangan untuk daerah
Kecamatan Mataram. Ketiga Pangkalan “Cidomo” Pasar Sindu dan Mandalika untuk Kecamatan Cakranegara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta timbulan limbah kotoran
kuda pada gambar dibawah ini :
Gambar 50. Kotoran Kuda yang jatuh saat Parkir
Foto Dokumentasi Hasil Penelitian