40 petani yang sudah melakukan budidaya nanas, pendapatan yang diperoleh dari
budidaya nanas jauh lebih besar dibandingkan budidaya jagung. Ini sangat mendukung rencana pemerintah dalam pengembangan areal lahan nanas.
5.5. Karakteristik Petani Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani nanas yang merupakan anggota Kelompok Tani Makmur di Desa Astomulyo yang sudah melakukan
minimal satu kali musim tanam yaitu berjumlah 42 orang. Beberapa karakteristik petani yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap usahatani mencakup
umur, tingkat pendidikan, pengalaman dalam bertani nanas, luas lahan, status kepemilikan lahan, dan sifat usahatani.
5.5.1. Umur Petani Responden
Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Seperti yang terlihat pada
Tabel 10, umur petani responden berkisar antara 31-75 tahun dengan rata-rata umur 49,70 tahun. Petani tersebut dikelompokkan menjadi petani responden
berumur 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar adalah petani usia 51-
60 tahun yang berjumlah 18 orang atau sebesar 42,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani nanas yang dilakukan di Desa Astomulyo banyak
dikembangkan oleh petani yang masih berusia produktif yang tergolong potensial serta memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya. Namun ada beberapa
petani yang sudah memiliki usia tidak produktif yaitu petani yang usianya lebih dari 60 tahun berjumlah 4 orang 9,52 persen. Mereka menganggap bahwa
bertani merupakan mata pencaharian yang telah turun temurun.
41
Tabel 10.
Karateristik Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Astomulyo pada Tahun 2012
Kelompok Umur Tahun Jumlah Orang
Persentase 31-40
9 21,43
41-50 11
26,19 51-60
18 42,86
≥ 60 4
9,52 Total
42 100,00
5.5.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden
Tingkat pendidikan seorang petani sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan petani diharapkan petani semakin mudah dalam menerima dan mengadopsi inovasi-inovasi baru mengenai teknik budidaya maupun pengelolaan
pasca panen. Petani responden memiliki tingkat pendidikan formal yang beragam,
antara lain Tidak Sekolah TS, Sekolah dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, dan Sekolah Menengah Atas SMA. Tingkat pendidikan petani
responden paling tinggi hanya sampai Sekolah Menengah Atas SMA. Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa petani responden memiliki tingkat pendidikan yang
masih rendah. Jumlah petani yang hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar SD melebihi setengah dari jumlah keseluruhan responden yaitu 54,76 persen.
Sedangkan petani yang memiliki pendidikan formal sampai Sekolah Menengah Atas SMA hanya 7,14 persen.
Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Astomulyo Tahun 2012 Tingkat Pendidikan
Jumlah Orang Persentase
Tidak Sekolah TS 5
11,90 Sekolah dasar SD
23 54,76
Sekolah Menengah Pertama SMP 11
26,19 Sekolah Menengah Atas SMA
3 7,14
Total 42
100,00
42 Rendahnya tingkat pendidikan petani dapat diatasi dengan adanya para
penyuluh pertanian setempat yang memberikan informasi-informasi terbaru mengenai usahatani nanas. Oleh karena itu petani responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah tetap memiliki pengetahuan usahatani yang baik.
5.5.3. Pengalaman Usahatani Nanas Petani Responden