16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Ekonomi
3.1.1. Fungsi Produksi
Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini
disebut dengan hubungan antara input dengan output Suratiyah 2009. Nicholson 2001 dalam Chaerningrum 2010 menyatakan bahwa dalam suatu kegiatan
usahatani keberadaan fungsi produksi memperlihatkan jumlah output yang maksimal yang bisa diperoleh dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi
kapital dan tenaga kerja. Soekartawi 2006 mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi
yang menggambarkan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan X. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output
dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f X
1
, X
2
, ....., X
n
Keterangan: Y
= output hasil fisik X
1,
..., X
n
= input faktor-faktor produksi. Setiap input mempunyai kontribusi yang berbeda terhadap output
dibandingkan input lainnya dan setiap penggunaan input mempunyai konsekuensi biaya. Untuk studi mengenai hubungan input-output dengan pendugaan fungsi
produksi, diperlukan spesifikasi mengenai faktor-faktor produksi yang digunakan Hotimah 2000.
Suratiyah 2009 menjelaskan bahwa hubungan faktor produksi menerangkan hubungan antara produksi dan satu faktor produksi variabel yang
disebut sebagai fungsi produksi. Gambar 1 menggambarkan fungsi produksi hubungan antara satu output dan satu input. Dari fungsi ini dapat digambarkan
pula produk marginal PM dan produk rata-rata PR. PM adalah tambahan produk per kesatuan tambahan input, sedangkan PR adalah produksi per kesatuan
input.
17
Gambar 1.
Hubungan antara faktor produksi x dengan jumlah produksi y Fungsi produksi ini biasanya dibagi menjadi tiga daerah yaitu daerah I, II
dan III. Daerah I di sebelah kiri titik PR maksimum dengan elastisitas lebih besar dari satu Increasing Return to Scale, yang berarti bahwa setiap kenaikan faktor
produksi sebesar satu persen akan menyebabkan kenaikan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum tercapai karena produksi
masih bisa diperbesar dengan cara pemakaian faktor produksi yang lebih banyak. Pada daerah I disebut daerah tidak rasional.
Daerah II antara titik PR maksimum dan PM = 0 dengan elastisitas diantara nol dan satu Decreasing Return to Scale, yang berarti setiap kenaikan
satu persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen. Pada keadaan ini perusahaan bisa
untung dan rugi sehingga perusahaan harus memilih atau menetapkan tingkat produksi yang tepat agar mencapai keuntungan maksimum. Nilai elastisitas
produksi sama dengan satu terjadi pada saat PM = PR, hal ini berarti setiap
18 kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi
sebesar satu persen. Kondisi ini disebut sebagai Constant Return of Scale. Elastisitas produksi sama dengan nol dicapai saat produksi total mencapai
maksimum atau PM = 0. Daerah III di sebelah kanan PM = 0 dengan elastisitas kurang dari nol
Increasing Return to Scale. Kondisi ini dicapai saat produksi total menurun atau saat PM negatif. Pada daerah ini, kenaikan satu persen faktor produksi akan
menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah ini disebut juga daerah tidak rasional.
Pada umumnya dalam proses produksi pertanian, hubungan antara faktor produksi input dengan produksi output mempunyai bentuk kombinasi antara
kenaikan hasil bertambah dan kenaikan hasil berkurang. Mula-mula mengikuti bentuk kenaikan hasil bertambah kemudian mengikuti bentuk kenaikan hasil
berkurang atau mengikuti ”The Law of Deminishing Return”. Oleh karena itu, pada umumnya kalau kita menambah satu macam faktor produksi terus menerus
hasilnya akan naik tapi kenaikannya makin lama main kecil dan berkurang.
3.1.2. Skala Produksi