Penanaman Pemeliharaan Budidaya Nanas

62

6.2.2.3. Penanaman

Terdapat dua macam pola tanam pada tanaman nanas, yaitu pola tanam satu alur dan pola tanam ganda jejer legowo. Pola tanam satu alur berbentuk persegi panjang dengan jarak dalam baris 20-25 cm dan jarak antar baris 80-100 cm. Sedangkan pola tanam ganda memiliki jarak dalam baris 20-25 cm dan jarak antar baris terdekat 50 cm dan antar baris terjauh 100 cm. Pola tanam yang banyak digunakan oleh petani responden adalah pola tanam satu alur. Pola ini dipilih petani karena akan mengurangi kompetisi antar tanaman dalam menyerap cahaya, unsur hara, dan air. Dengan menggunakan pola tanam tersebut bibit yang dapat ditampung sebanyak 40.000 per hektar. Bibit yang digunakan petani responden adalah golongan Queen dengan varietas nanas batu. Penanaman bibit nanas tidak boleh terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Jika bibit ditanam terlalu dalam akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat, sedangkan jika bibit ditanam terlalu dangkal dapat menyebabkan tanaman nanas kurang kuat. Setelah bibit ditanam, bagian tanah disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak roboh. Bibit dapat ditanam pada musim kemarau ataupun musim hujan. Namun penanaman yang baik dilakukan pada saat awal musim hujan. Tanaman nanas yang ditanam oleh petani responden dilakukan secara monokultur di lahan sawah atau tegalan. Dalam satu kali musim tanam waktu yang diperlukan sekitar 3-4 tahun. Hal ini berarti, petani dapat melakukan panen 2-3 kali dalam satu kali musim tanam. Panen dapat dilakukan setiap tahunnya dalam musim tanam. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman adalah 45,21 HOK atau sebesar 1,91 persen Tabel 16.

6.2.2.4. Pemeliharaan

Proses pemeliharaan merupakan proses yang membutuhkan tenaga kerja paling banyak. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan pada proses pemeliharaan adalah 2.114,96 HOK yaitu sekitar 89,42 persen dari total penggunaan tenaga kerja dalam usahatani nanas Tabel 16. Pemeliharaan tanaman nanas terdiri dari pemupukan dan penyiangan. Petani melakukan pemupukan organik dan pemupukan kimia. Pemupukan organik menggunakan kotoran ternak, hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam, yaitu setelah 63 tanaman berumur kurang dari satu bulan. Jumlah pupuk organik yang diberikan oleh petani responden tidak sama, tergantung dari kemampuan setiap petani. Pemupukan organik dilakukan dengan cara diratakan dengan tanah atau dimasukkan di setiap lubang tanaman. Selain pemupukan organik mereka juga melakukan pemupukan kimia dengan menggunakan pupuk urea, phonska, atau TSP. Rata-rata petani melakukan pemupukan kimia sebanyak tiga kali setiap tahunnya. Pemupukan ini dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Rata-rata penggunaan pupuk kimia setiap tahunnya oleh petani responden relatif banyak yaitu urea 1.414 kilogram per hektar, TSP 638 kilogram per hektar, dan phoska 591,9 kilogram per hektar. Hal tersebut melebihi batas Standar Operasional Procedure SOP yang diberikan oleh Dinas Pertanian setempat. Dinas pertanian memberikan standar penggunaan pupuk kimia baik urea, TSP, maupun phonska dalam satu tahun adalah sama yaitu 600 kilogram per hektar. Tingginya penggunaan pupuk kimia dipengaruhi oleh karakteristik petani. Petani beranggapan bahwa dengan menggunakan dosis pupuk yang lebih banyak akan menghasilkan produksi yang tinggi pula. Pemupukan kimia dilakukan dengan cara membenamkan pupuk ke dalam tanah atau dapat juga dilakukan dengan menyemprotkannya. Penyiangan merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu cukup lama. Dalam proses penyiangan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu penyemprotan herbisida Gramaxone, pembersihan tanaman liar, dan pembubunan. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput liar dan gulma pesaing yang tumbuh pada lahan pertanian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam hal kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari. Selain itu juga rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan lima kali dalam satu tahun, namun tidak ada jadwal yang pasti karena penyiangan dilakukan tergantung dari pertumbuhan tumbuhan liar pada lahan. Penyemprotan herbisida dilakukan petani karena dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya. Namun tidak semua petani di lokasi penelitian melakukan penyemprotan herbisida. Rata-rata penggunaan herbisida oleh petani adalah 7,62 liter per hektar. Pembersihan tanaman liar dilakukan dengan secara manual, yaitu menggunakan cangkul dan sabit. Setelah lahan bersih dari rumput liar, maka 64 dilakukan pembubunan. Pembubunan perlu dilakukan karena biasanya tepi tanah pada bedengan longsor. Kegiatan ini berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah sehingga tertutup kembali dan tanaman nanas dapat berdiri kuat. Petani responden melakukan kegiatan pengarbitan dengan menggunakan Protephon. Protephon merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pembungaan, agar tanaman nanas dapat berbuah secara serempak sesuai keinginan. Selain itu Protephon juga dapat meningkatkan ukuran dan bobot buah nanas. Rata-rata penggunaan Protephon oleh petani responden adalah 9,5 kilogram per hektar. Sedangkan SOP yang dianjurkan oleh penyuluh adalah 8 kg protephon ditambah 1 kg urea dicampur dengan 600-800 ml air. Kegiatan pengarbitan tidak boleh dilakukan pada siang hari atau pada saat hujan. Waktu yang tepat adalah pada pagi hari yaitu pukul 05.00 sampai 08.00. Hal ini dikarenakan, pengarbitan memerlukan bantuan air atau embun yang terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang dapat merangsang pembungaan. Di lokasi penelitian para petani melakukan kegiatan pengarbitan pada waktu pagi hari yaitu pukul 06.00 hingga pukul 10.00. Pengarbitan dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam bulan untuk bibit sogolan dan berumur 18 bulan untuk bibit siwilan. Dari proses pengarbitan hingga proses pemanenan diperlukan waktu 5-6 bulan. Dalam waktu enam bulan tersebut diperlukan satu kali pemupukan kimia. Hal ini dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang mulai berkurang sehingga tanaman dapat meningkatkan produktivitas buah.

6.2.2.5. Pemanenan

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO USAHATANI NANAS (Ananas comosus (L.)Merr) DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

6 22 15

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN NANAS (Ananas Comosus [L] Merr) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

10 25 51

INVENTARISASI PATOGEN DI PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus L.) VARIETAS QUEEN DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 7 48

ANALISIS BIAYA IMBANGAN DAN POTENSI PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

3 32 96

Analisis Usahatani Nanas pada Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah

10 58 217

PENGARUH PERUBAHAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN MENJADI TANAMAN NANAS TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH - repository UPI S GEO 1202420 Title

0 0 3

KINERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Performance and Household Income of Pineapple Farmer Group Members in Astomulyo Village, Punggur Subdistrict, Lampung Tengah Dist

0 0 9

UPAYA KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI NANAS DI DESA TOTOKATON KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH - Raden Intan Repository

0 0 139

STRATEGI KELOMPOK TANI NANAS DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH - Raden Intan Repository

0 2 105

PEMBERDAYAAN KAUM PEREMPUAN GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada kelompok wanita tani sekarmulia, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah) - Raden Intan Repository

0 1 126