5 Punggur, Lampung Tengah. Pada tahun 2009 produksi nanas di Kecamatan
Punggur menempati urutan pertama yaitu mencapai 12.010 kw Tabel 5.
Tabel 5 . Lima Besar Kecamatan Memproduksi Nanas di Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2009 No.
Kecamatan Produksi kw
1. Punggur
12.010 2.
Rumbia 5.000
3. Bandar Mataram
703 4.
Gunung Sugih 540
5. Kalirejo
386
Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah 2009
Desa Astomulyo merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai sentra nanas di Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Saat ini Desa
Astomulyo masih memiliki lahan yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan sebagai lahan nanas. Pemerintah setempat memperkirakan terdapat 500 hektar
lahan yang berpotensi untuk budidaya nanas di Desa Astomulyo.
1.2. Perumusan Masalah
Desa Astomulyo memiliki delapan kelompok tani yang khusus membudidayakan nanas. Dari delapan kelompok tani tersebut terdapat satu
kelompok tani yang mengalami penurunan luas lahan nanas, yaitu Kelompok Tani Makmur. Pada tahun 2011 terdapat 36,25 hektar, namun saat ini hanya tinggal
25,875 hektar lahan nanas. Banyak petani yang sudah menkonversikan lahan nanasnya.
Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting di dalam usahatani. Luas lahan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani, karena luas lahan
akan mempengaruhi jumlah produksi. Lahan petani yang sempit akan menyebabkan jumlah produksi yang sedikit, sehingga tingkat pendapatan petani
pun rendah. Hernanto 1989 membagi golongan petani berdasarkan luas lahan menjadi empat, yaitu petani lahan luas 2 hektar, lahan sedang 0,5-2 hektar,
lahan sempit 0,5 hektar, dan petani penggarap tidak memiliki lahan. Petani
6 di lokasi penelitian termasuk ke dalam golongan petani lahan sedang dan sempit
karena lahan yang dimiliki antara 0,25-1,5 hektar. Tingkat pendapatan petani selain dipengaruhi oleh luasan lahan juga dapat
dipengaruhi oleh produktivitas dari tanaman yang diusahakan. Produktivitas yang rendah akan menyebabkan penerimaan yang diperoleh petani rendah sehingga
tingkat pendapatan petani juga akan rendah. Rendahnya produktivitas tanaman dapat disebabkan oleh penggunaan bibit yang tidak berkualitas atau penggunaan
pupuk yang tidak optimal. Sampai saat ini, petani responden belum mau mengikuti Standart Operational Procedure SOP dalam penggunaan faktor
produksi yang dianjurkan oleh penyuluh lapang di desa tersebut. Petani masih enggan mengubah sistem budidaya yang dilakukannya.
Sehubungan dengan hal yang telah diungkapkan sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Apakah ada perbedaan penggunaan faktor produksi pada petani lahan
sempit dan lahan sedang di Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo? 2.
Apakah ada perbedaan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan petani nanas pada petani lahan sempit dan petani lahan sedang di Kelompok Tani
Makmur, Desa Astomulyo? 3.
Bagaimana pendapatan dan efisiensi usahatani nanas yang diterima petani nanas, berdasarkan luas lahan garapan yang dimiliki petani pada
Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo?
1.3. Tujuan Penelitian