Penambahan tanggung jawab terhadap manusia, produksi dan uang;
Perubahan dalam peran sosial yang ‘menemani’ promosinya, misalnya menjadi ketua dari berbagai macam panitia, mewakili
menjadi anggota dari delegasi organisasi dalam negosiasi dengan pihak-pihak lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aulya 2013, pada 65 responden yang dilakukan penelitian, tingkat stres kerja lebih
banyak dialami oleh responden yang tidak puas atas promosi yang berlaku di perusahaan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara promosi kerja dengan stres kerja.
2. Kepuasan Gaji
Gaji merupakan kompensasi yang diterima oleh pekerja apabila ia telah menyelesaikan pekerjaannya Munandar, 2006. Sedangkan
menurut Schultz 1998 salah satu penyebab tingginya turn over pekerja disebabkan gaji yang mereka terima sewaktu bekerja tidak sesuai dengan
yang diharapkannya. Selain itu gaji dapat mempengaruhi motivasi pekerja. Berdasarkan teori dua faktor oleh Heizberg 1990 dalam
Munandar 2006 menyatakan kepuasan bekerja sangat menentukan motivasi untuk bekerja, salah satu komponennya adalah upah.
Menurut penelitian Setyani 2013, dari 40 responden yang memiliki gaji yang tidak sesuai sebanyak 35,0 mengalami stres kerja,
berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara gaji dengan stres kerja dengan p value 0,045. Namun menurut penelitian
Nugroho 2004, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara gaji dengan stres kerja.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Munandar 2006 menjelaskan bahwa risiko dan bahaya jika digandengkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber dari stres.
Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap memliki risiko tinggi, dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polisi, pekerja
tambang, tentara, pegawai di lembaga permasyarakatan, pegawai mobil kebakaran, pekerja pada eskplorasi gas dan minyak, dan pada instalasi
produksi.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa para pekerja melihat risiko dan bahaya berkaitan dengan pekerjaan sebagai sumber stres. Makin
besar kesadaran akan bahaya dan akibat pembuatan kesalahan, makin
besar depresi dan kecemasan pada seorang pekerja.
Risiko dan bahaya berkaitan dengan banyak jabatan yang tidak dapat diubah, tetapi persepsi karyawan terhadap risiko dapat dikurangi
melalui pelatihan dan pendidikan. Para pekerja yang cemas, memiliki
obsesi dan takut, kurang bermotivasi untuk bekerja, mempunyai semangat rendah dan lebih mudah menimbulkan kecelakaan, dan dalam
jangka panjang dapat menderita akibat-akibat dari penyakit yang
berhubungan dengan stres, termasuk sakit jantung dan perut. 2.4.4.
Hubungan dalam Pekerjaan
Stres akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami
stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan khususnya moril dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan
semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya baik pimpinan maupun bawahan akan cenderung
lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan
pekerjaan dan tugasnya. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan
secara positif berhubungan dengan ketaksaaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antarpribadi yang tidak sesuai antara para tenaga
kerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan
rekan-rekan Khan dkk. dalam Munandar, 2006. Hubungan sosial yang menunjang supportive dengan rekan-rekan kerja,
atasan, dan bawahan di pekerjaan, tidak menimbulkan tekanan-tekanan antar pribadi yang berhubungan dengan persaingan. Kelompok kerja dapat
memberikan tekanan yang besar kepada anggota kelompoknya untuk berperilaku konform, sesuai dengan norma-norma kelompok kerjanya.
Kondisi ini dapat merupakan sumber dari stres jika individu memliki keyakinan, nilai dan norma yang berbeda. Tenaga kerja yang penuh
semangat kerja akan merasakan stres dalam situasi kerja dimana semua rekan-rekan kerjanya bekerja secara santai.
2.4.5. Struktur dan Iklim Organisasi