Keterbatasan Penelitian Gambaran Stres Kerja

95

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : 1. Pengukuran indikator stres kerja yang sangat banyak, membuat responden merasa terbebani untuk menjawab kuesioner tersebut sehingga timbul perasaan malas untuk menjawab. 2. Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghubungkan variabel-variabel yang diperkirakan memiliki hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih terdapat kemungkinan variabel-variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep. 3. Uji coba kuesioner dilakukan pada tempat yang sama dilakukannya penelitian yang memungkinkan dapat menyebabkan terpilihnya kembali sebagai responden penelitian. 4. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner penelitian bersifat subjektif dan relatif sesuai dengan persepsi individu masing-masing, sehingga membuat responden memilih jawaban sesuai dengan keinginannya. 5. Waktu pengisian kuesioner dilakukan pada saat responden bekerja melaksanakan kegiatan standby sehingga mempengaruhi kualitas dari hasil pengukuran stres kerja terkait beban kerja. 6. Pengukuran variabel kebisingan dilakukan dengan pertanyaan persepsi, tidak dilakukan dengan pengukuran objektif.

6.2. Gambaran Stres Kerja

Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai satu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja Widyasari, 2007 Stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan, tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Akibat adanya stres kerja tersebut, orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan perubahan kondisi fisik individu. Sebagai hasil dari adanya stres kerja pekerja mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti mudah marah dan agresif, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mau terlibat dan kesulitan masalah tidur Agungpia, 2008. Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap 96 pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK di Bandar Udaraa Soekarno-Hatta tahun 2014 ini menunjukkan sebagian besar pekerja mengalami stres kerja ringan yaitu sebesar 68,8, sementara itu untuk stres kerja berat sebesar 21,9 dan sisanya 9,4 tidak mengalami stres kerja. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerja PKP-PK dengan sejumlah tanggung jawab pekerjaannya, berpotensi mengalami stres kerja. Berbagai faktor penyebab terjadinya stres merupakan bagian terintegrasi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Faktor penyebab terjadinya stres tersebut sangatlah kompleks dan bervariasi serta sangat sulit untuk diidentifikasi secara pasti apa yang menjadi penyebab stres sesungguhnya. Sehingga sering ditemui bahwa seseorang yang terkena stres biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang dialaminya. Sauter, et a.l 1990 dikutip dari National Institute for Occupational Safety and Health dalam Tarwaka, 2004 memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja. Rekomendasi ini juga bisa diaplikasikan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan meminimalisasi stres kerja pada pekerja PKP-PK. Upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut : 1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban kerja berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan. 2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan. 3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian. 4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antar tenaga kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman. 5. Kejadian stres kerja harus di desain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan usaha. Kejadian stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK di Bandar Udaraa Soekarno-Hatta Tahun 2014 adalah faktor intrinsik pekerjaan beban kerja, rutinitas dan kebisingan, pengembangan karier promosi kerja, kepuasan gaji dan pendidikan dan pelatihan dan faktor pekerja umur, masa kerja, pendidikan dan status pernikahan. Berikut akan dibahas satu persatu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK.

6.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja